Selamat Membaca Kisah
Perjalanan MerekaNow Playing : Agnes Mo - Tanpa Kekasihku
***
Bab 17 | Lemah Tak Berdaya
Semuanya sudah terlambat tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali meminta pertolongan hanya itulah salah satu cara
***
Di tempat lain Wahyu tidur di kamar tamu milik Farid, di keadaan seperti ini Farid selesai mengerjakan pekerjaan dan tinggal lah mereka berdua disana, Wahyu masih tidur dengan nyenyak dari pagi sampai menjelang malam Farid sesekali mengecek keadaan Wahyu apakah sang sahabat baik-baik saja atau membutuhkan sesuatu.
Tidak terasa waktu telah menunjukan malam, rupanya Wahyu sudah terlalu lama tidur jadi Farid ingin membangunkannya lalu ia segera mengambil air minum ke arah dapur namun belum sampai ia ke sana tiba-tiba di kejutkan dengan erangan seseorang di kamar tamu.
"Argh!"
Farid terhenti dan mendengarkan dengan seksama dengan suara itu. Lalu erangan berikutnya kembali terdengar dengan lirihan begitu menyakitkan, sontak saja Farid bergerak menuju kamar tamu terlihat Wahyu dengan merintih kesakitan.
Farid mendekati Wahyu. Ia melakukan lihat sang sahabat yang merasakan sakit yang luar biasa, badannya panas, keringat dingin mulai turun membasahi tubuh nya. Farid mengelap keringat sahabat dengan sapu tangan yang ada disana. Sang sahabat tidak membuka matanya seolah kedua mata susah buat di buka.
"Wahyu...." Farid menepuk-nepuk pipi Wahyu agar bangun.
Akan tetapi Wahyu tidak kunjung bangun namun raut wajah kesakitan masih tersirat disana. "Wahyu ... Bangun," ucap lagi Farid.
Akhirnya Wahyu membuka matanya dengan air mata yang berlinang di sela-sela matanya. "Argh, sa--kit Rid," rintih Wahyu.
"Sakit, yang mana sakit," ujar Farid cemas.
"Di--bagi--an be--la--kang argh!"
Wahyu menekan bagian punggung ke ranjang karena sakit, disana Farid bingung pasalnya baru pertama kali ia mengurusi orang yang sakit. Ia panik benar-benar panik namun yang Farid hanya tahu itu bagaimana cara menanggulanginya yaitu dengan mengambil air panas dan memgompresnya di bagian sakit.
Gerak cepat Farid melakukan hal itu. Lalu ia mempraktikannya, dan disana Wahyu mulai merasa tenang karena rasa hangat di air itu beradu dengan rasa sakit yang ia rasakan, perlahan-lahan ia mulai tenang dan nyaman.
"Gimana masih sakit?" tanya Farid memastikan.
"Udah mendingan," lirih Wahyu.
Lalu tangan Wahyu memegang tangan Farid "Maaf, merepotkan," ujar Wahyu yang lain.
"Gapapa.... Ini pertama kalinya gue repotkan sama lo, justru ini pembuktian gue berguna jadi sahabat lo," ungkap Farid yang tangannya masih mengopres bagian punggung atas, leher belakang hingga bagian kepala Wahyu.
"Gue malu hiks." pertama kalinya Farid mendengar Wahyu menangis, karena jarang banget seorang Wahyu menangis seperti ini. Farid hanya bisa menatap sendu dan mengusap punggung sahabatnya yang sekarang lemah itu.
Alli membiarkan Tigris menangis hingga tidak lama berselang Wahyu menyuruhnya berhenti, dan Farid menuruti lalu setelah ia di minta untuk di bersandar dan Farid pun membantu nya.
"Rid sekali lagi makasih ya, seharusnya ini tugas dan tanggungjawab keluarga gue yang harus mengurus anaknya yang sedang sakit, tapi malah elo yang ngurusin gue. Sekali lagi makasih dan gue minta maaf karena ngerepotin lo," pinta Wahyu dengan memohon kepada Farid.
"Gapapa Yu, gapapa. Sekarang lo jelaskan apa yang terjadi sama lo, cerita sama gue apa sebenarnya ada apa?" kekeh Farid dengan apa yang terjadi sama sahabat.
Wahyu tahu Farid akan menuntut apa yang pertanyaan sekarang ini dan mau tidak mau siapapun akan meminta penjelasan kepada Wahyu. "Gue di usir sama orang tua gue sendiri," ungkap Wahyu.
Mendengar itu Farid langsung terkejut, lalu ia tidak berkata apa-apa dan membiarkan Wahyu bercerita apa yang sebenarnya terjadi. Farid mendengar semuanya cerita dari awal sampai akhir sampai Farid menangkap kesimpulan dari cerita yang di ceritakan sama Wahyu.
Disana seorang Farid merasa prihatin seharusnya orang tua tidak boleh membanding-bandingkan antara satu anak dengan yang lain karena semua anak membawa rezekinya masing-masing dan tiada anak pembawa masalah, sial dan lain sebagainya. Dan hati siapa yang merasa sakit di perlakukan seperti itu apalagi setelah itu di tuduh melakukan hal yang tidak di perbuat oleh orang terdekatnya sendiri.
"Tega banget sekali Ibu lo," tutur Farid merasa tidak menyangka.
"Mungkin Ibu sedang khilaf tapi mudah-mudahan Ibu bisa kembali ke jalan yang benar," doa Wahyu.
"Amin. Jadi sekarang lo lagi mencari cara untuk menggantikan uang celengan adik kamu Iqbal," tebak Farid.
Wahyu mengangguk. Lalu setelah itu Farid mengambil dompet di saku celananya dan memberikan beberapa lembar uang dan di berikan nya kepada Wahyu.
"Ini gue punya sedikit uang buat lo mengganti uang celengan buat adik lo. Ambillah," serah nya
"Gak Farid. Enggak, gue gak bisa nerima uang itu gue harus kerja untuk dapat," tolak Wahyu.
"Wahyu dengerin gue. Besok lusa adik Lo akan karantina, lo mau kerja apa kan lo sedang sakit dan mau mengganti pake apa. Ini ambil uang gue aja, ya. Please," mohon Farid.
Apa yang di katakan Farid ada benarnya juga akhirnya ia menerima uang itu "Oke kalo lo maksa gue ambil. Tapi ini gue anggap hutang kalo gue punya uang gue akan bayar ke elo,"
"Santai aja."
"Dan satu lagi gue minta tolong sama lo?" tanya Wahyu lagi.
"Apa, Yu. Gue akan tolong lo kok," jawab Farid dengan senang hati.
"Kasih uang ini buat adik gue, tapi ingat jangan kasih tahu ini dari gue takutnya ia nolak. Lo kasih tahu aja dari siapa kek, sepintar-pintarnya lo aja ya."
Farid mengambil uang itu dan membentuk tangan membentuk huruf O tanda oke. Setelah itu Farid di tinggal keluar untuk mengambil sesuatu, dan Wahyu hanya bisa menghela napas menatap dirinya yang seolah tidak berdaya.
Dan munculnya kembali Farid dengan membawa semangkok bubur dan air teh manis buat Wahyu agar sang sahabat makan dan tidak merasakan sakit lagi. Awalnya Wahyu menolak namun Farid memaksa jadinya Farid menyuapi Wahyu dan sang sahabat hanya bisa membuka mulutnya ragu-ragu.
"Gimana bagian belakang lo masih sakit," tanya Farid khawatir.
"Udah agak enakkan, walaupun sedikit sakit," jawabnya sambil meringis.
"Emang sakitnya bagian mana." Farid menyimpan mangkok sisa bubur walaupun Wahyu makan beberapa suap akan tetapi asal perutnya tidak kosong.
"Gak tahu tapi bagian punggung atas sampai kepala tapi tidak tentu bagian mana yang sakit." Farid mengecek punggung Wahyu terlihat ada luka lebam namun sudah agak memudar.
"Punggung lo kenapa?"
"Di pukul sama preman dengan tongkat besi karena mengabulkan ponsel milik adik gue,"
"Tapi udah periksa ke dokter,"
Wahyu menggelengkan kepalanya. Dan Farid lagi-lagi menghela napas karena tidak habis pikir dengan Wahyu kenapa orang tuanya tidak mengecek anaknya sendiri malah mengecek anak yang lain padahal jelas tidak apa-apa. Farid takut bekas luka itu berakibat fatal untuk Wahyu kedepannya.
"Ya sudah kita tidur aja yuk," ajak Wahyu kepada Farid mengalihkan perhatian.
***
Tbc.
Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up lagi. Gimana dengan Wahyu nih sob, apa yang terjadi sama Wahyu selanjutnya? Dan apa yang di lakukan sama Iqbal nanti, kita lihat aja di next bab ya!!!
Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣Lis_author
KAMU SEDANG MEMBACA
BBS [5] Wahyu Iqbal ✓
Ficção Adolescente"Ketika kita berjalan ke arah yang sama namun berakhir dengan jalan yang berbeda" *** Wahyu Lutfhi dan Iqbal Lutfhi adalah kakak-beradik yang terpaut usia beda satu tahun. Di kala mereka menginjak usia remaja, Wahyu lulus dari bangku menengah kejuru...