"Ya, ya, ya!" Tentu aku ingat!" Tzuyu mengepit ponsel antara telinga dan bahu karena tangannya sedang sibuk mencabuti jarum pin dari bantalan maneken. "Tadi malam aku sudah membuat rancangannya, sesuai dengan yang kau pesan. Kau bisa datang ke boutique dan mencoba gaunnya terlebih dahulu." Tzuyu segera menaruh ponselnya ke atas meja setelah Hae-Won memutuskan sambungan. Ia melanjutkan pekerjaannya menyatukan potongan-potongan kain kasa.
"Eonni." Eun-Jung yang mengerjakan hal yang sama dengannya, memasang wajah prihatin.
"Gwenchana. Sebentar lagi Hae-Won akan datang. Gaun pengantinnya ada di maneken sebelah ruang ganti nomor tiga. Aku bisa mengerjakan ini sendiri. Pergilah." Tzuyu kembali fokus pada pekerjaannya setelah melihat Eun-Jung mengangguk.
Sejak satu minggu yang lalu, sejak pemberitahuan penyitaan Chou's Boutique datang, ia mulai bekerja seperti orang tidak waras. Jika sebelumnya ia memiliki batas pemesanan setiap bulannya dan menolak beberapa pelanggan karena alasan kualitas gaun yang dihasilkan, maka kali ini tidak.
Ia menerima setiap pesanan yang datang padanya, membuat sketsa gaun pengantin pesanan pelanggannya setiap malam, paginya ia akan membuat toile, lalu menggunting kertas pola, menyatuka potongan-potongan kain, memasang payet, menabur glitter, dan meminta pelanggannya datang untuk melakukan fitting.
Ia berusaha mengumpulkan banyak uang, sebisa mungkin sampai menutup setengah utangnya pada perusahaan Tuan Baek. Tidak lagi peduli pada penampilannya yang berantakan. Tidak lagi peduli pada wajahnya yang kusam hanya berpulas bedak seadanya dan kantung mata yang hitam. Juga, mengabaikan perutnya yang sering telat diisi akhir-akhir ini. Ia tidak ingin Chou's Boutique lepas dari tangannya dan harapan satu-satunya yang ia miliki lenyap begitu saja.
💕💕💕
Taehyung baru saja meraih gelas plastik dari mesin kopi. Kemudian meninggalkan pantry, berniat akan kembali ke ruangan kerjanya. Sembari berjalan, ia merogoh saku celananya untuk meraih ponsel. Tangan kanannya memegang gelas dan menyesap kopi dengan ringan, sementara tangan kirinya memegang layar ponsel.
Sudah lebih dari satu minggu, ia tidak bertemu dengan Tzuyu. Akhir-akhir ini ia memang disibukkan dengan rubrik baru yang akan membahas trend fashion bintang-bintang Hollywood.
"Kau memang terbaik!" Seruan itu terdengar girang dan Taehyung belum sempat mengangkat wajah saat satu pelukan menghambur padanya.
"Ya!" Taehyung merasakan tangan kanannya panas, tersiram kopi yang ia bawa. Gerakan refleksnya merentangkan tangan saat Woo-Shik akan memeluknya tadi tidak berhasil menyelamatkan kopinya. "Kau harus mengganti kopi ini!" bentak Taehyung ketika Woo-Shik meregangkan pelukannya.
"Tentu!" Suara Woo-Shik terdengar lebih riang. "Untuk kamera terbaru yang kau hadiahkan untukku, aku tidak akan pernah menolak apa pun perintahmu." Ia menyebutkan benda yang taehyung berikan untuknya, yang Taehyung simpan di atas meja kerja tanpa diketahui olehnya kemarin.
Taehyung melepaskan tangan Woo-Shik dari bahunya dengan wajah gerah. "Dulu aku pernah memberikannya padamu, kau menolaknya mentah-mentah."
"Jangan bahas dulu." Woo-Shik tersenyum cerah.
"Sudahlah, jangan banyak tersenyum. Membuatku ngeri saja." Taehyung menghampiri tempat sampah yang berada di tikungan koridor, membuang gelas kopinya. "Omong-omong, kau melihat Tzuyu akhir-akhir ini?" Taehyung kembali menghampiri Woo-Shik.
Woo-Shik mengangguk. "Dia selalu datang terlambat dan pulang terburu." Kemudian tatapannya menerawang. "Ketika aku akan bertanya padanya mengenai apa yang terjadi, ia tidak pernah menjawab dan hanya buru-buru pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Roman d'amourIni adalah cerita dari Novel yang aku baca. Jadi ini remake pake cast Taehyung BTS dan Tzuyu Twice. Chou Tzuyu Desaigner gaun pengantin yang belum bisa melupakan seorang pria dari masa lalunya. Pria dengan bahu lebar 45 centimeter. Bahu tempatnya b...