13. OLD STORY

825 127 31
                                    

Seorang gadis berjalan memasuki rumah dengan langkah lebar dan cepat. Wajahnya tertekuk dan merah. Wajah kecilnya terlihat marah. Rambutnya yang pendek sesekali beterbangan saking cepatnya langkahnya. Nafasnya memburu. Bahunya naik-turun. Matanya yang bulat terus menatap lurus dengan tatapan tajam. Mengabaikan sosok laki-laki yang mengejarnya dan terus berusaha berbicara dengannya.

"Sena! Lo denger! Lain kali jangan pulang bareng Jisung Chenle lagi!" Jeno terus mengejar kembarannya dengan jalan cepat.

Gadis itu mengabaikannya. Sena terus melangkah masuk ke dalam rumah, mengabaikan segala peringatan-peringatan Jeno.

Sedaritadi di motor, Jeno memarahinya karena ia pulang dengan Chenle dan Jisung yang merupakan seorang laki-laki. Jeno marah karena Sena pulang dengan laki-laki, walaupun Jeno tau bagaimana sifat Chenle dan Jisung selama di kelas.

BRAKK

Sena membanting pintu kamarnya, namun Jeno sudah lebih dulu menahannya membuat pintu cokelat yang nyaris tertutup itu kembali terbuka lebar-lebar, menampilkan Jeno dengan sorot mata khawatir dan wajah yang merah.

"Lo denger gue bilang apa, kan!"

"BERISIK!" teriak Sena kencang. Membalikkan badannya yang tinggi, menatap Jeno dengan sorot mata tajam. "LAGIAN SIAPA SURUH LAMA! BACOT BANGET!"

"Ya tapi gak usah pulang bareng Chenle Jisung juga! Lo juga bonceng tiga! Kalo lo kenapa-kenapa, gimana?! Kalo lo jatuh! Kalo lo dibawa ke tempat lain gimana, Sen!" Bahu pemuda itu naik-turun. Nafasnya memburu. Suhu tubuhnya panas-dingin, merasakan perasaan yang begitu emosional pada dirinya. Jeno hanya khawatir.

Sena hanya menatap Jeno tajam dengan bahu naik-turun. Saking emosinya ia, matanya yang bulat mulai berkaca-kaca. Tangannya yang kurus mengepal begitu kuat.

"KALO KEJADIAN DULU KEULANG, GIMANA!"

"STOP!" teriak Sena sekuat tenaga. Gadis itu memejamkan matanya dan berusaha menahan sebuah memori buruk yang akan menghantui benaknya. "JANGAN BERANI LO NGUNGKIT KEJADIAN LAMA! NGERTI LO!"

"THAT'S WHY GUE NGELARANG LO!" bentak Jeno balik. Wajah terlihat sangat marah. Jantungnya berdegup kencang. Dadanya terasa panas karena emosianal yang ia rasakan. Matanya mulai terasa panas dan berkaca-kaca.

Seakan-akan tak mau kalah, gadis itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Menantang kembali kembarannya yang hanya khawatir kepadanya. Matanya yang berkaca-kaca menatap Jeno dengan pandangan yang buram. Matanya terasa panas. Sangat panas.

"Salah gue kalo gue pulang bareng Chenle Jisung? LO YANG SALAH! LO NGANTER KARINA DULUAN DARIPADA GUE! LO MENTINGIN KARINA DARIPADA GUE! LO NINGGALIN GUE DI SEKOLAH SENDIRIAN CUMAN BUAT NGANTERIN KARINA—"

"Sena, lo juga harus ngerti. Gue juga punya pacar—"

"TAPI GUE KEMBARAN LO!" potong Sena dengan teriakan yang kuat. Benar-benar kuat sampai urat di lehernya menonjol begitu jelas. "LO UDAH JANJI BUAT NURUTIN APAPUN KEMAUAN GUE! LO GAK INGET! LO GAK INGET APA YANG LO LAKUIN DULU KE GUE!"

Hening. Baik Jeno maupun Sena tidak ada yang berbicara.

Jeno terdiam di ambang pintu. Mendadak tatapan matanya kosong. Matanya terasa semakin panas. Matanya yang kecil sedikit bergetar, sebelum akhirnya sebuah cairan bening lolos di matanya.

Ia ingat. Ia ingat janjinya kepada Sena dulu. Ia ingat, ia berjanji akan menuruti apapun keinginan gadis itu. Akan selalu memprioritaskan gadis itu apapun yang terjadi. Akan selalu melindungi gadis itu dimanapun dan kapan pun. Ia ingat. Jeno ingat.

"Jadi kalo lo masih nganterin Karina duluan, gue bakal pulang sama Chenle Jisung—"

"Gak! Gak boleh!" Tatapannya yang kosong kini berubah menjadi tajam. "Oke. Gue gak bakalan nganterin Karina duluan. Kita bakalan pulang bareng. Gue gak bakalan ninggalin lo sendirian lagi di sekolah—"

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang