.
.
."Itu anak ngapain tidur di luar?" gumam Kun ketika terbangun di pagi hari, ia melihat sosok Donghyuck tengah tertidur di sebuah kursi menuju ruang taman belakang.
"Gue yang ngunciin," jawab Doyoung yang baru datang.
Kun terlihat heran. "Lo ngapain ngunciin dia?" tanyanya.
"Iseng aja, sih. Emang gak boleh?" balas Doyoung.
Kun mendengus. "Harusnya lo kunciin dia di kamar mandi aja kaya minggu lalu."
Doyoung tertawa yang disambung oleh Kun. Kemudian keduanya beranjak ke dapur untuk membuat makanan tanpa memperdulikan sosok Donghyuck yang tengah meringkuk kedinginan di kursi.
Tidak lama setelahnya muncul anggota lain dari kamar masing-masing. Mereka juga tampak heran saat melihat Donghyuck tidur di luar. Tapi, tidak ada satu'pun dari mereka yang berniat membuka kunci pintu menuju halaman belakang.
Suara berisik membuat Donghyuck terbangun. Badan pemuda itu terasa pegal dan juga sakit karena tidur di kursi kayu yang kasar.
Setelah mengatur napas dengan normal, Donghyuck beranjak untuk membuka pintu karena ia berpikir mereka telah membukanya. Namun, ternyata pintu masih terkunci dari dalam.
"Jisung, tolong bukain pintu ini." Donghyuck memanggil Jisung yang berjalan melewati pintu halaman belakang.
Sang maknae NCT hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan langkahnya tanpa peduli pada perkataan Donghyuck yang meminta tolong untuk dibukakan pintu.
Donghyuck menghela napas. Kepala pemuda itu mulai terasa pusing dan badannya juga lemas. Dia berusaha memanggil anggota lain agar membukakan pintu untuknya.
Namun, tidak ada satu'pun dari mereka yang menolong. Justru tawaan meledek yang terdengar.
Donghyuck kembali menarik napas. Percuma saja ia terus meminta tolong, usahanya akan sia-sia. Hanya satu cara agar ia bisa keluar dari taman belakang. Yaitu; manjat dari tembok perbatasan, hingga nanti dia berjalan memutar untuk bisa tiba di depan dorm.
Namun, yang menjadi permasalahannya sekarang. Tembok tersebut sangat tinggi. Dalam kondisi yang fit mungkin Donghyuck bisa melakukannya, hanya saja saat ini tubuh pemuda itu sedang lemas, tak ada tenaga untuk bisa memanjat tembok. Donghyuck justru takut kalau sampai ia malah terjatuh.
Tiba-tiba Donghyuck tersenyum kala melihat tanaman bunga Dandelion miliknya. Pemuda itu berjalan mendekat, lalu mengambil selang untuk menyiram semua tanaman yang berada di halaman belakang.
"Kalian harus tumbuh dengan baik," gumam Donghyuck dengan senyumannya.
Tanaman-tanaman tersebut ditanam oleh Donghyuck sendirian. Bukan hanya bunga Dandelion, namun ada tanaman lain, walau tidak terlalu banyak. Tapi, sudah cukup untuk menjadi penghias halaman agar tidak terlihat gersang.
Sementara di dalam ruangan, beberapa anggota tampak memperhatikan Donghyuck yang tengah menyiram tanaman.
"Dia malah kesenengan dikunci di sana," cetus Lucas dengan wajah bosan. "Punya mainan, sih."
"Harusnya semalam lo kerjain dia aja, Doy. Terus dikurungnya di kamar mandi aja," ucap Ten yang tengah meminum secangkir teh hangat.
"Gak kepikiran. Lagian gue udah ngantuk. Masih untung gue inget kunciin dia di sana, kan? Enak tuh, tidur dingin-dingin tanpa pake selimut. Mana cuaca lagi dingin gini. Biar mampus sekalian," kata Doyoung.
Mereka yang berada di sana tertawa mendengar perkataan dari Doyoung.
"Gue ada ide bagus, nih," ucap Jeno sambil bersiul-siul.
"Apaan, Jen?"
"Gimana kalau kita rusakin semua tanaman dia? Pasti itu anak bakal panik, sedih dan lain-lain. Kalian semua tau kalau tanaman udah kaya temennya Haechan, kan?" ujar Jeno.
Mereka saling memandang, kemudian tertawa.
"Bener juga lo, Jen. Kenapa gue gak kepikiran dari dulu, ya? Seneng ngelihat dia sedih gitu," kata Ten.
"Ya, udah, setelah kelar kerjaan hari ini, kita mulai beraksi," ucap Doyoung. "Dia pasti bakal telat lagi pulangnya kaya biasa."
"Okey."
Mereka semua berucap setuju, lalu kembali memandangi Donghyuck yang masih sibuk menyiram tanaman.
Doyoung bergerak untuk membuka kunci pintu.
"Kenapa dibuka, Doy?" tanya Ten heran.
"Kali aja gue berbaik hati sama dia," sahut Doyoung seraya membuka pintu dengan lebar. "Lagian bentar lagi Manager bakal jemput. Gue males denger Taeyong kena omel hanya karena Haechan telat."
"Emang pembawa sial," gerutu Lucas.
"Heh, lo! Cepetan mandi, kita bentar lagi bakal ke Agensi!" teriak Doyoung.
Donghyuck menoleh, lalu mengangguk. Dalam hati dia bernapas lega karena akhirnya pintu dibuka juga oleh mereka.
"Sok perhatian lo," cibir Ten seraya beranjak dari tempat itu.
"Padahal mah busuk." Lucas tertawa, begitupula yang lain.
"Udahlah, ayo kita siap-siap."
"Oke."
Donghyuck mematikan keran air dan juga meletakkan selang kembali pada tempat semula setelah setelah pekerjaannya selesai. Dia tersenyum kecil memandangi tamanan Dandelion miliknya.
"Baik-baik di sini, ya. Aku kerja dulu, pulang sedikit larut. Sampai jumpa nanti malam."
Donghyuck segera melangkah meninggalkan tempat itu dengan sedikit berlari karena ia yakin jika sudah cukup siang. Manager Hyung mungkin dalam perjalanan untuk menjemput beberapa anggota yang tak memakai kendaraan pribadi. Hanya Donghyuck sendirian yang selalu ke mana-mana memakai mobil sendiri.
Bukan kemauan Donghyuck, namun semua anggota sudah tidak menginginkan pemuda itu satu mobil dengan mereka. Akan selalu ada drama jika Donghyuck harus pergi bersama mereka.
Donghyuck terlihat berjalan dengan sangat buru-buru menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Segala rasa pusing ia enyahkan dulu. Sekarang ini tidak penting memikiran rasa sakit di tubuhnya.
Pemuda itu membuka pintu kamar, lalu mengambil handuk serta beberapa alat perlengkapan mandi. Kemudian keluar kamar dan berjalan menuju loteng. Dia mandi di tempat itu.
Tenang saja, tempat tersebut sudah dibuat lebih tertutup oleh Donghyuck menggunakan beberapa benda agar tidak ada yang mengintip dari arah manapun kala ia sedang mandi.
Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit bagi Donghyuck untuk membersihkan diri. Pemuda itu turun dari loteng dengan sedikit berlari, hingga menghasilkan suara cukup berisik yang berasal dari tangga.
"Woy! Berisik, sialan!"
Donghyuck tersentak ketika mendengar suara Taeyong yang berteriak dari lantai bawah. Suara pemimpin NCT itu terdengar sangat kesal.
"Kalau gak bisa tenang, lebih baik lo angkat kaki dari sini!"
Perkataan Taeyong kali ini membuat hati Donghyuck teriris sakit. Sudah sering mereka marah atau berteriak dan berkata kasar bahkan memukulnya, tapi tidak pernah sekalipun kalimat itu terucap dari mulut mereka. Kalimat pengusiran.
Donghyuck menyandarkan tubuhnya ke sisi tangga loteng. Perasaan sakit itu tidak bisa dihindari lagi. Pusing di kepalanya semakin menambah rasa sakit di diri pemuda itu.
Cairan merah menetes dari hidung tidak dipedulikan oleh Donghyuck.
.
.
.Tbc.
Hello~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion Promise(Brothership)
ФанфикPada akhirnya aku hanya bisa berjanji, walau tidak bisa ditepati. Warning ⚠️ It's Bromance story of Lee Donghyuck NCT. Not boyslove. Happy Reading!