🥤32. Perang Dingin

72 22 4
                                    

Bukannya berhenti Jovan malah kian memerdalam Ciumannya dan sekarang mulut gue di lumat-lumat ga jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya berhenti Jovan malah kian memerdalam Ciumannya dan sekarang mulut gue di lumat-lumat ga jelas.

"Hhhhhhh... sesek bego!" Gue dorong Jovon sekuat tenaga sampai akhirnya berhasil menghentikan kegilaannya dan menghirup udara sebanyak mungkin.

"Lo ngapain sih! Lo baru buka mata main  nyosor orang aja. Gila lu yah!" Hujat gue menutupi debaran jantung yang menggila. Dada gue naik turun karena kekurangan udara.

"Ah... ternyata gitu. Kamu ngebalesnya kalau pas ga sadar doang. CK... mengecewakan... tapi gapapa." ujarnya lalu coba kembali memangkas jarak kami lagi dan lekas gue tahan pundaknya.

"Ap—Mau apa lagi lo!"

"Apa lagi? Yah lanjutin yang tadi lah. Kan belum selesai."

Gue ternganga. Enak banget tu mulut ngomong. "Gila lo yah. Enggak! Awas awas minggir ih."

Dia nangkap kedua tangan gue dan menahannya ke atas kepala gue. ih... kok ini orang jadi nyeremin gini sih. Beneran ini Jovan yang muka polosnya gemesin tadi?

"Lepasin ih bang! Udah bercandanya! Gue minta maaf deh kalau hari ini kadar kurang ajar gue meningkat... Gue minta maaf."

Namun, meski gue sudah berontak sekuat tenaga tapi tetap belum bisa menghentikan kegilaan Jovan yang entah tengah kerasukan apa.

"Sttt. Jangan berisik, disamping mama papa lagi tidur, kamu mau semua orang penasaran sama kegiatan kita ini?"

"Nah itu! Disamping ada mama papa, bang! Gimana kalau kita ketahuan, entar pada syok lagi loh!"

"Kayaknya sebaliknya deh. Asal kamu tahu... yang mulai ini bukan aku. Tapi kamu, jadi kamu haru—"

"Mimpi lo ya! Lo barusan tidur ga ngapa-ngapain lo ya. Yang ada lo yang-"


"Mel..."


Glek



Bulu Kuduk gue makin merinding, kini mata Jovan... memandang gue aneh banget. Pikiran kotor gue mulai traveling kemana-mana. Ga mungkin dia mau... In gue kan?



Jangan...


Gue ambil ancang-ancang hendak melepaskan diri dari Jovan namun baru memikirkan sebuah rencana, Saat gue lengah Jovan ga menyia-nyiakan peluang untuk melanjutkan niat mesumnya dan kembali memulai prahara. Gue di bawah tubuhnya mulai kehabisan tenaga tetap terus menolak perlakuannya.

Lama, kami berjibaku menghadapi bibir satu sama lain. Untungnya Jovan ga menggerayang bagian tubuh gue manapun selain bibir. Meski begitu gue sudah dibuat pusing, otak gue semakin ga bisa mencerna apapun atas perbuatan Jovan ini, entah apa Jovan telah meracun gue dengan obat apa sebelumnya, hingga bikin gue mulai merasa terhanyut dalam permainan Jovan dan berhenti meronta begini.

Our Blue Sky : JOVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang