Bab 1: Rumit

29 6 0
                                    

"TENG TENG TENG", Suara itu menunjukkan para siswa diwajibkan untuk segera memasuki kelas masing-masing. Semua wali kelas pun juga memasuki kelas-kelas. 

 "Baiklah ananda, siapa yang bisa memimpin berdoa hari ini?","saya buk!"seorang anak laki-laki menyauti pertanyaan dari buk guru tersebut. "Semua siap!", "Siaaap", "Bersiap untuk membaca doa!", "Siaaap", "Berdoa sesuai kepercayaan,mulai".

 Semua murid menundukkan pandangannya. "Berdoa selesai",semua murid kembali mengangkat pandangannya.

"Baiklah Ananda semua, perkenalkan nama ibu, Buk Fitria, Biasa di panggil buk Tia. Tahun ini ibu akan menjadi walas kelas 7E setahun kedepan ".

 "Oke,ibuk akan mengabsen Ananda semua. Jadi diharapkan untuk mengangkat tangan dan menjawab panggilan ibuk ya!". "Baik buuk!!"

Akhirnya semua siswa kelas 7E telah selesai diabsen. Tak terasa ini jam ke-2 yaitu pelajaran MTK. Memang sangat sulit diterima bahwasannya belajar MTK di hari pertama sekolah. 

Luckly,  guru pelajaran MTK tidak bisa hadir dengan alasan sakit. Semua siswa bersorak dan jamkos di hari pertama. Ini kesempatan siswa kelas 7E untuk menjalin hubungan pertemanan.

 Hana tentu tidak menyia-nyikan kesempatan tersebut. Ia langsug mengumpulkan 3 teman sekaligus. Yaitu Sintia, Lulu, dan Issie.

Ya semua teman Hana perempuan. Karena Hana tidak memiliki keberanian untuk memulai pembicaraan dengan lawan jenis.

 Hana merasa iri dengan perempuan yang lain, karena bisa akrab dengan semua orang maupun sejenis maupun lawan jenis.

***

Saatnya istirahat, Hana dan 3 orang temannya pergi ke kantin sekolah. Dari sekian menu yang lezat,Hana hanya menginginkan nasi goreng karena,enak dan murah. Itulah moto Hana.

Mereka berempat memandang seluruh sisi kantin untuk menemukan meja kosong. Tetapi, mereka tak menemukan meja kosong satupun. Dan memutuskan membungkus makanan dan membawa makanan itu ke kelas segera.  

DUUG!!. Hana tidak sengaja menyenggol salah seorang senior. "HEH JALAN TU PAKE MATA DOONGG!!" keras sang senior. "m-maaf kak, aku ga sengaja". Mereka pun saling meninggalkan dan mencoba melupakan hal barusan.

***

Hal yang dinanti-nantikan semua pelajar akhirya datang, ya waktunya pulang. Selama dikoridor, Hana membincangkan sesuatu dengan teman barunya. Siapakah senior itu?. Beberapa orang menganggap dia senior yang paling jutek. Tapi banyak laki-laki mempunyai rasa kepada si senior.

Hana tidak bisa mengobrol lebih lama dengan temannya dikarenakan Ayah Hana selalu menjemput Hana tepat waktu. Selama perjalanan pulang, Hana tak bisa berhenti mengoceh. Dia ingin menuangkan pengalamannya selama hari pertama sekolah.

Tapi... "BISA BERHENTI BICARA TIDAK?!, TIDAK LIHAT AYAH SEDANG FOKUS BERKENDARA?!!". Hana terkejut atas apa yang dilontarkan oleh Ayahnya sendiri. Ayah Hana tidak pernah marah hanya karena alasan sepele, tapi ini sangat aneh.


Tatapan Ayah sangat berbeda hari ini. Hana lupa memperhatikan detail kecil itu. "Ada yang menganggu pikiran Ayah", kata-kata itu selalu bergema dipikiran Hana selama diperjalanan pulang.

***

Ayah meninggalkan Hana didepan rumah dan pergi secepat kilat. Hana bahkan tidak sempat mengucapkan terimakasih kepada Ayahnya sendiri."Assalamualaikum... Bunda, Hana pulang". Tidak seorang pun menyahut. 

"Waalaikumussalam neng". Sorak bik Idah dari dapur rumah. Hati Hana merasa lega karena ada yang akan menemaninya dirumah. Tapi dimana Bunda?.

"Mmhh Bik, Bunda kemana?", akhirnya Hana melontarkan pertanyaan itu. Bunda Hana sangat jarang keluar rumah. Bahkan hampir tidak pernah."Anu neng, Ibuk lagi ada urusan, tapi ga tau urusan apa". "Ooo gitu bik".

Hana segera mengganti seragam dan turun ke lantai dasar rumahnya untuk menikmati makan siang sendirian untuk pertama kalinya. Hanya ada sayur bayam bening dan ayam goreng tadi pagi yang ada didalam tudung saji. Tetapi Hana tetap menikmati santapannya itu.

***

"DIIINK DIINK DIINK!!", alarm Hana berbunyi menunjukkan pukul 05.15, waktunya sholat subuh. Hana merasa tidurnya kurang nyenyak semalam. Hana mendengar keributan dari jam 10 malam sampai jam tengah malam. Tetapi Hana tak mau terlalu campur tangan dan memutuskan untuk tetap tidur. 

Setelah mandi dan mengenakan seragam, Hana segera turun menuju meja makan. Namun, Hana tidak melihat sosok Ayah dimeja makan. Hana hanya melihat sang ibunda yang terlihat tidak bersemangat menjalani pagi.

Kali ini, Hana berangkat kesekolah dengan ojek online langganan bunda. Bunda berkata bahwa Ayah berangkat lebih awal karena kepadatan jadwal. Dan Hana meng-iyakan semua perkataan bunda.

Sebenarnya sewaktu sarapan pagi tadi, Hana ingin menanyakan tentang kegaduhan yang ia dengar semalam. Teapi entah mengapa mulut Hana tak sanggup mengeluarkan pertanyaan itu. Bagaimana pun juga,nasi sudah menjadi bubur, Hana sudah berada di sekolahnya, Academic Junior High School.

Proses PBM akhirnya berlangsung. Hana merasa ada yang tidak beres dalam keluarganya. Ia juga tidak berkonsentrasi selama proses belajar berlangsung. Dalam pikirannya hanya terngiang satu hal,"apa yang terjadi?".

***

Tidak seorangpun dirumah. Sama dengan kemaren. Hanya ada dirinya dan bik Idah. "ini neng, ibuk sama bapak ga bilang mau pergi kemana". Meski begitu, Hana merasa tergoyahkan. Padahal ia tak melakukan apapun.

Hana juga makan malam berdua dengan Bik Idah. Tanpa ditemani oleh orang tuanya. Hana merasakan kekosongan. Dia berharap hanya terjadi malam ini saja. Dan tidak terulang dihari  yang akan datang.

Setelah Sholat Isya dan mengerjakan kewajibannya sebagai pelajar, Hana beranjak keranjang empuknya untuk mengistirahatkan dirinya. Hana juga tak lupa mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidurnya.

Baru beberapa saat setelah Hana tertidur, lagi-lagi ia mendengar kegaduhan. Hingga akhirnya...

BRAAAK!!



IIHHH,bunyi apa tu weeh 😭??. Semoga bukan maling ygy...jangan lupa divote yaaa kiww kiww...semoga rame aamiin....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puberity Hit MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang