Sebuah hotel dengan menyediakan pelayanan satu kamar khusus pada lantai teratas hotel tersebut sangat membuat Anna takjub dengan pemiliknya.
Siapa yang punya ide untuk membangun hotel, tapi ada satu kamar khususnya di lantai paling atas. Ruangannya besar dan sangat mewah.
Anna masih terdiam di tempatnya. Ia terpaku dengan kamar hotel satu ini. Merasa keran saja begitu. Pertama kali ia tahu ada hotel seperti ini. Menyediakan kamar khusus.
Coba saja aku menikah dengan pemilik hotel ini. Aku bisa belajar bisnis banyak dengannya. Tapi, kalau dia sudah tua, so sorry. Lebih baik sendiri. Batin Anna.
"Masih mau berdiri?" Ryann melirik ke belakang setelah beberapa langkah memasuki kamar hotel itu.
Anna tersadar setelah mendengar suara suaminya. Ia pun masuk ke dalam menyusul Ryann.
Melihat sosok pria yang selalu mendampingi suaminya berdiri di ambang pintu kamar hotelnya dan hendak menutup pintu tanpa ikut masuk ke dalam membuatnya heran.
"Siapa dia? Kenapa tidak ikut masuk?" Anna berdiri dengan cepat di hadapannya. Ryann pun terpaksa Menghentikan langkahnya. Menatap kedua manik mata istrinya itu.
"Suamimu satu atau dua?"
"Menurutmu?" Balas Anna jengkel.
"Pantaskah dia masuk, jika tidak ada keperluan?"
"Menurutmu? Biasanya dia selalu ikut denganmu? Kenapa sekarang tidak?" Balas Anna dengan kesal.
Ryann melangkah sekali dan memajukan wajahnya hingga tepat di samping telinga Anna. "Mau tidur bertiga dengannya? Tapi, kau ditengah?"
"Heh, gila! Kau ini tidak waras ya." Anna mendorong dada Ryann yang keras agar menjauh darinya.
Anna sedikit terhuyung ke belakang karena tenaganya dengan Ryann berbeda jauh. Ia merasa geli dengan perkataan Ryann. Menggosok-gosok telinganya beberapa kali. Berharap perkataannya dapat hilang dari bayang-bayangnya.
•••~~~~~•••
•••~~~~~•••
Bangun tidur di pagi hari ini terasa berbeda. Karena suasana kamar yang berbeda. Kali ini dia sudah menikah. Hanya saja tidak seperti orang menikah pada umumnya yang tidur dalam satu kamar dan satu ranjang.
Mereka tidur dalam ruangan yang berbeda. Itulah salah satu keuntungan yang dimiliki kamar khusus hotel ini. Terdapat tiga kamar dalam satu kamar khusus.
Anna memesan makanan melalui telepon meja yang ada di atas nakas. Dua puluh lima menit. Makanan itu sudah datang diantarkan oleh staff hotel.
Namun, saat Anna keluar dari kamarnya untuk mengambil makanan sarapannya. Ia sama sekali tidak melihat keberadaan suaminya di ruang tamu bahkan seluruh ruang tengah kamar hotel.
Setelah menerima makanannya. Ia membawanya ke ruang makan lebih dulu. Penasaran dengan keberadaan manusia yang tinggal bersama dengannya mulai malam tadi. Anna ingin melihat kamar yang ditempati oleh Ryann.
"Lho, kosong?" Gumam Anna sembari celingak-celinguk melihat sekitar. Namun, tidak ada siapa-siapa. Kosong didalamnya.
"Kemana ya dia? Apa ke rumah sakit kali ya?" Gumamnya.
"Biarkan saja lah. Yang penting tidak ada yang menggangguku." Lanjutnya.
Anna kembali ke ruang makan untuk memakan sarapannya. Spaghetti Aglio favorit pastanya. Tidak peduli mau dimakan saat apapun. Makanan terenak baginya ya itu.
•••~~~~~•••
•••~~~~~•••
Anna bosan dengan hari ini. Dirinya merasa kosong sekali harinya. Karena ia memilih cuti tiga hari. Secara ia berpikir kalau ini adalah sebuah pernikahan. Menurut sang ibu ia harus meluangkan waktunya sejenak setelah menikah untuk rehat dari bekerja.
Tetapi, nyatanya suaminyalah yang bahkan acuh dengan pernikahannya. Cuti saja tidak. Paginya sudah menghilang tanpa mengabari lebih dulu.
Lagipula tidak mungkin juga sih. Jika, ada pasien yang sekarat dan membutuhkan jasanya untuk membantu. Tidak mungkin juga Ryann berdiam dirumah tidak turut membantu.
Anna pun menggunakan waktu kosongnya untuk bekerja dari hotel menggunakan laptopnya. Memeriksa file yang memang harus ia periksa dan memeriksa berkas penting secara online yang dikirimkan melalui email oleh sekretarisnya di kantor.
Ting tong! Ting tong!
Anna menghentikan sejenak pekerjaannya. Ia mendengar bel kamar dibunyikan. Takut salah mendengar ia menunggu bel kamar dibunyikan kembali.
Ting tong! Ting tong!
Anna beranjak dari sofa dimana ruang tamu menjadi tempat ia bekerja dengan laptopnya. Berjalan menuju pintu kamar hotel.
"Selamat siang, mohon maaf mengganggu waktu istirahatnya. Saya ingin mengantarkan titipan untuk Tuan Ryann Setyawan Arthajaya dari Nona Arselia." Staff itu berkata dengan sopan seraya memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Anna.
Anna menerimanya dengan wajah bingung. "Dari siapa mas tadi?" Anna bertanya lagi.
"Titipan dari Nona Arselia untuk Tuan Ryann Setyawan Arthajaya, nona."
"Oh, iya sudah baiklah. Terima kasih ya." Anna tersenyum ramah seraya menutup pintu.
"Sama-sama, nona." Staff itu menunduk hormat seraya melenggang pergi.
Anna menaruh kotak sedang itu di atas meja makan. Kedua tangannya dilipat depan dada. Keningnya berkerut.
"Arselia?"
Bersambung.
Terima kasih semua yang sudah baca episode ini ❤
Andreana Salma VS Dokter Ryann
Arselia siapa yaa??
Salam sayang untuk semuanyaa 💛
Jaga kesehatannya ya... 💙
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomantizmPerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...