Bab 19 | Pergi Tanpa Pamit

54 7 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Tulus - Pamit

***

Bab 19 | Pergi Tanpa Pamit

Rasanya kurang lengkap pergi tanpa berpamitan dengan orang yang sempat mengalami kesalahpahaman

***

Hari ini hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh Iqbal pasalnya penantian lama sudah ada di depan mata dan tinggal menjalaninya saja. Setelah semua telah di masukan kedalam koper Iqbal bersiap untuk pamit karena hari ini ia di bantu sama Dian dan pihak sekolah yang mengantarkan ke tempat karantina.

"Bu, Iqbal berangkat ya. Doakan Iqbal disana agar baik-baik dan pulang membawa hasil yang membanggakan buat Ibu," ucap Iqbal sambil menyalami tangan Ify.

Ify hanya merespon dengan memeluk sang anak kesayangan tidak ketinggalan air mata yang sudah menjadi kebiasaan ketika acara perpisahan. Dan Iqbal berjanji tidak akan menangis lagi, lalu setelah itu ia langsung mendekati sang ayah dan tidak lupa menyalaminya.

"Makasih Yah. Berkat Ayah, Iqbal bisa berangkat. Pengorbanan Ayah akan selalu Iqbal ingat dan doakan anakmu ini agar pulang membawa hasil yang membanggakan,"

Setelah itu Iqbal berjalan meninggalkan rumahnya dan kedua orang tuanya. Lalu tidak luput lambaian ia berikan kepada mereka lalu mulai masuk kedalam mobil, mobil pun berjalan meninggalkan semuanya dan disana ia duduk menikmati perjalanan menuju tempat karantina.

"Andaikan Bang Wahyu ada disini, lengkap sudah kepergian ku ini tanpa meninggalkan kesalahpahaman apapun,"

"Bal?" panggil Dian.

"Iya." Iqbal tersentak kaget pasalnya ia baru saja melamun memikirkan sang Abang yang entah kemana perginya.

"Lo oke kan?"

"Gue oke. Kok lo nanya gitu," ucap Iqbal yang langsung memperbaiki posisi duduknya menghadap sang sahabat.

"Gak kok cuma nanya aja. Soalnya gue takut lo kenapa-kenapa,"

"Gue cuma kangen sama bang Wahyu aja, dimana sekarang ia berada?"

Benar. Iqbal sedang memikirkan wahyu sekarang karena tidak ada pikiran lain selain pikiran abangnya yang selalu timbul tenggelam, tapi bagaimanapun Iqbal tetap sedikit kecewa kepada abangnya karena tindakannya tempo dulu, namun walaupun begitu tidak lengkap rasanya kalau tidak berpamitan dengan sang Abang.

"Kita doakan aja mudah-mudahan Abang lo baik-baik saja dan ia juga akan mendoakan lo agar nanti lo bisa menang," jawab Dian menasehati.

Iqbal mengangguk dan sampailah iya di sebuah tempat yang dituju. Iqbal dan Dian mulai turun dan setelah itu ini akan menjadi perpisahan antara sahabat karena salah satu sahabatnya akan berjuang dan sebagai sahabatnya ia kan terus mendukung walaupun dari kejauhan.

"Gapapa ya gue sama pihak sekolah ngaterin lo sampai sini, lo baik-baik disini ingat sekarang lo lagi membawa nama keluarga, sekolah dan lembaga pemerintah jadi lo semangat ya," jelas Dian.

"Gapapa makasih banyak lho udah ngertiin sampai sini, dan buat bapak makasih banyak ya." Tidak lupa Iqbal berterimakasih kepada orang yang sudah mengantarkan nya kesini.

"Sama-sama Iqbal. Semangat ya,"

Setelah itu Iqbal langsung masuk ke dalam sebuah hotel di mana itu menjadi tempat karantina sementara buat para audisi Putra Putri Indonesia. Setelah masuk dian langsung menengok ke belakang dan disana ia melihat salah satu orang sedang mengintip di sekitaran halaman hotel dan orang tersebut adalah Wahyu abang dari Iqbal.

Setelah itu Dian dan juga salah satu dari pihak sekolah masuk dan meninggalkan hotel tersebut lalu setelah itu mereka berhenti dan Wahyu segera masuk ke dalam mobil itu dan berjalan meninggalkan kediaman tempat itu.

"Udah bang lihatnya," sahut Dian.

"Udah makasih ya Dian udah bantu Abang, maaf jadi ngerepotin." Wahyu tersipu malu.

"Gapapa bang. Oh ya bang tadi Iqbal bilang ia kangen sama Abang."

Mendengar nama Iqbal kangen kepadanya membuat Wahyu  sedikit tersentak ternyata di dalam lubuk hati Iqbal ternyata ia masih merindukan kepada abangnya ini walaupun sebenarnya ia sedikit kecewa dengan apa yang mereka katakan tempo dulu

"Tapi ia masih gengsi kan. Hahahaha gapapa biarlah,"

"Oh yah abang tinggal dimana sekarang?" tanya Dian mulai menanyakan tempat.

"Sebenarnya kemarin abang tinggal di rumah Farid--- sahabat abang. Tapi kayaknya hari ini abang mulai pindah dan cari kontrakan serta kerjaan nanti," jawab Wahyu yang mulai merasakan sakit di bagian belakangnya.

Lalu Dian tiba-tiba mencari sesuatu di dalam tasnya dan Wahyu mulai menunjukkan raut wajahnya namun sekarang Dian sedang fokus jadi Wahyu bisa mencuri-curi kesempatan merasakan sakit dengan sedikit menunjukkan raut wajahnya.

"Oh ya bang ini buku yang abang minta kemarin." Wahyu refleks memasang raut wajah biasa saja kala Dian menyodorkan buku nya.

"Oh ya makasih." Wahyu menerima nya

"Tapi bang pada saat Dian masuk dan mengambilnya, kondisi kamar bang udah terlihat bersih dan rapih dan buku itu ada di meja belajar Abang," sahut Dian.

Wahyu mendengarnya langsung terkejut apa jangan-jangan Iqbal telah membacanya karena kamar tidak akan terlihat bersih dan rapi kalau bukan Iqbal yang melakukannya. Lalu setelah itu wahyu tidak mengatakan apa-apa dan mereka mulai sibuk dengan pikiran masing-masing.

Akhirnya model tersebut berhenti di depan gerbang sekolah dan di sana mereka langsung berpamitan satu sama lain. Wahyu berjalan menuju kediaman rumah Farid, untuk mengambil barang-barangnya. Namun belum sampai ia berjalan menuju rumah Farid eh tiba-tiba sosok sang sahabat datang menggunakan motornya sambil membawa tas milik Wahyu.

"Wahyu, naik yuk?" ajaknya.

"Kemana?"

"Naik. Nanti lo juga tahu." Akhirnya wahyu menurut dani ke atas motor Farid.

Setelah itu mereka sampai di salah satu komplek kontrakan yang tidak jauh dari sekolah mereka dan disana Wahyu cukup terkejut dan bertanya-tanya kenapa Farid membawanya ke sini. Setelah mereka turun Farid. langsung menarik tangan sahabatnya untuk masuk ke dalam salah satu rumah.

"Ini rumah siapa?" tanya Wahyu.

"Ini rumah lo gue tahu lo di usir dan juga lo pasti gak mau numpang d rumah gue terus, jadi makanya gue inisiatif untuk mengontrak di kompleks ini dan kebetulan gue udah masukin di salah satu perusahaan ayah gue untuk kerja jadi office boy, gapapa ya. Yu," jawab Farid panjang lebar.

Mendengar Farid berbicara panjang lebar membuat Wahyu tidak bisa mengatakan apa-apa akhirnya ia cuma bisa memeluk sahabat sambil menangis dan terus mengucapkan terima kasih karena memang ia membutuhkan semuanya itu dan dia beruntung punya sahabat terbaik seperti Farid. Andai orang yang baik seperti Farid itu adalah kedua orang tuanya ia tidak akan susah seperti ini.

"Udah jangan nangis, lebih baik lo istirahat dan besok udah mulai kerja," titah Farid.

Wahyu mengangguk dan mulai merapikan semua barang bawaannya lalu setelah itu sebelum Wahyu istirahat kebetulan Farid membawa makanan untuk mereka makan bersama. Dan di sana Farid bisa melihat senyuman Wahyu walaupun hanya sedikit saja dan dia terus berdoa agar wahyu terus bahagia.

Tuhan, izinkan aku terus melihat senyuman bahagia sahabatku ini

***

Tbc.

Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up lagi. Doakan mudah-mudahan Iqbal bisa lancar ikutan audisi Putra Putri Indonesia. Mudah-mudahan hasilnya memuaskan, dan oh ya kalian mau gak punya sahabat kayak Farid ke Wahyu.

Lis juga mau??

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣


Lis_author

BBS [5] Wahyu Iqbal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang