I|I
"Rene!"
"Eirene!"
Setelah mendengar namanya di panggil-panggil, Eirene segera menatap kearah pintu kamarnya. Dan disana ternyata sudah ada neneknya yang tengah berdiri sambil memegangi gagang pintu kamar.
Jika nenek datang ke kamarnya pagi-pagi begini, itu biasanya pertanda jika Eirene sudah harus turun kebawah untuk sarapan.
"Ayo, turun! Sarapannya sudah Omah siapkan," lihatlah, tebakan Eirene tadi bahkan tidak melenceng sedikitpun!
Eirene turut tersenyum begitu ia melihat neneknya tengah memberikan senyuman yang cukup lebar padanya. "Iya, Omah sebentar lagi aku turun, kok," jawabnya. "Omah duluan aja!" ujarnya lagi agar nenek tidak menungguinya.
"Jangan terlalu lama siap-siapnya ya, hari ini kan, hari pertama kamu masuk kuliah jadi kamu tidak boleh terlambat, Eirene!"
"Iya Omah, iya. Nggak ada sekitar lima menit kok, aku pasti udah dibawah." Eirene terlihat cukup gemas dengan neneknya itu. Walaupun begitu, gadis itu tidak melunturkan senyumannya sama sekali.
"Kalau begitu Omah turun dulu."
Setelah melihat kepergian nenek, Eirene menggeleng pelan sambil senyum-senyum kecil karena memikirkan betapa sering neneknya itu mengkhawatirkan dirinya bahkan sampai ke hal-hal kecil seperti tadi. Tentu Eirene tahu jika itu terjadi karena nenek sangat menyayanginya, tapi terkadang sikap nenek yang seperti itu malah membuatnya merasa sesak. Ia merasa tidak bisa melakukan banyak hal yang sebenarnya ingin ia lakukan. Tapi mau bagaimanapun juga Eirene harus menjaga perasaan nenek, satu-satunya anggota keluarga yang ia punya disini.
Merasa sudah tidak punya banyak waktu lagi, Eirene akhirnya kembali menatap cermin rias didepannya, lalu ia mulai melanjutkan kegiatan memakai lip-tin yang tadi sempat tertunda.
Untuk memberikan hasil warna yang sempurna di bibirnya, Eirene mengatupkan bibir bawah dan atasnya untuk beberapa kali. Setelah merasa cukup, Eirene berdiri dari duduknya sambil menata ulang rambut panjangnya.
Sebelum Eirene meninggalkan kamar, ia terlebih dulu menyentuh kalung yang melingkar di lehernya. Ia tersenyum tulus saat melihat pantulan kalungnya di cermin. Kalung yang menurutnya begitu cantik itu sebenarnya adalah kalung yang bahkan sudah Eirene pakai sejak bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang DEWA | Lee Jeno
ФанфикContent warning(s) ; Physical touch, kissing, cuddle, alcohol, harsh word, harshness, sensitive topic, etc. Sang Dewa, julukan yang sangat tepat bagi seorang Dewanggara Dewoni. Tampan? Jangan diragukan lagi! Ketampanan Dewa bahkan hampir mendekat pa...