sebelas

101 17 0
                                    

1242 words

Sejujurnya, Asahi tidak ingin kembali menapakan kakinya ke rumah dengan halaman luas ini lagi. Sekali pun tidak akan pernah mau. Ada perasaan malu dan takut ketika harus berhadapan dengan keluarga besar Yoon yang dulu menatapnya teduh kini mereka bersaing untuk melemparkan tatapan paling menjijikan mereka pada Asahi.

Kehadirannya tidak pernah diharapkan. Jika bukan karena sosok ibu Jaehyuk meminta dengan paksa untuk menemui Asahi sekali lagi saja, keluarga ini tidak akan pernah membukakan pintu mereka sedikit pun untuk Asahi. 

Namanya kembali tercoreng. Nama Hamada yang menjadi kebanggannya kembali tercoreng. Ia tak masalah. Karena mungkin memang takdirnya untuk selalu dilabeli oleh siapapun yang tak tahu menahu dengan sebutan yang cukup aneh.

Pelacur. Sinting. Penipu. 

Sekali lagi, Asahi tidak keberatan.

Ia datang kesini hanya untuk memenuhi permintaan wanita berusaha lima puluh tahun itu yang kini duduk di kursi yang menghadap jendela besar kamarnya. Wanita itu tersenyum bahagia untuk pertama kalinya setelah menjalani operasi besarnya. Dan orang yang paling beruntung bisa membuat wanita itu tersenyum adalah Hamada Asahi.

Pria yang membungkuk terlalu dalam sesaat setelah berdiri dihadapannya. Setengah bersujud jika kau tanya jelasnya. Memohon pengampunan tanpa sepatah kata pun terucap. Sejujurnya, ia meminta ampun kepada seluruh keluarga Yoon yang sudah ia kelabui mentah-mentah. Khususnya pada Jaehyuk yang kini berdiri diambang pintu. Memberikan sedikit ruang agar ibunya dan juga mantan kekasihnya dapat berbincang dengan leluasa.

"Kau nampak sehat," ibu Jaehyuk nampak berbasa-basi. Namun, perempuan itu tak sepenuhnya salah. Kini tubuh Asahi terlihat lebih hidup dari sejak terakhir kali mereka bertemu—pernikahan Jeonghan dan juga Seungcheol.

"Asahi—Hamada Asahi," suara parau keluar dari mulut Ibu Jaehyuk ketika dengan terbata ia mengeja nama Asahi. Nama lengkapnya. Ada jeda penuh kecanggungan dan juga penuh ketegangan. "Kenapa kau melakukan itu?"

Dan saat itu pula tangis Asahi pecah. Dari puluhan mata yang menatapnya menjijikan, hanya dua orang yang sudi bertanya tentang mengapa dia melakukan semua ini. Yoshinori dan juga Ibu Jaehyuk. Asahi tidak pernah keberatan jika ada yang bertanya mengenai alasan Asahi bertindak sebodoh dan sekeji itu pada Jaehyuk. Justru ia selalu menantikan pertanyaan itu sebelum nanti akhirnya sang penanya akan menjustifikasinya.

Selanjutnya, dua jam mereka habiskan dengan sebuah cerita yang berawal dari nama Hamada Asahi, si pelacur. Dan berakhir dengan nama Hamada Asahi, si penipu.

Jaehyuk mencuri dengar. Memasang wajah baik-baik saja miliknya, demi menghalau beberapa kerabat yang terlalu ingin ikut campur dalam urusan pribadinya. Jeonghan dan Seungcheol ada disana. Meminta maaf pada Jaehyuk berkali-kali, namun diakhiri dengan pembelaan bahwa semua yang mereka lakukan berdasar pada rasa peduli, tanpa niat awal untuk merusak hubungan antara Jaehyuk dan Asahi.

Jaehyuk mencoba untuk mengerti meskipun separuh dirinya tak bisa menerima. Cepat atau lambat Asahi memang akan pergi. Tanpa bantuan dari Jeonghan ataupun suaminya— Seungcheol, pada akhirnya Jaehyuk akan menjadi sisi yang ditinggalkan. Karena tidak akan pernah sampai hati Jaehyuk meninggalkan Asahi.

Seburuk apapun itu. Asahi adalah orang yang pernah memberikan segalanya pada Jaehyuk. Satu-satunya orang yang mengerti Jaehyuk meskipun sebenarnya itu berlandaskan pada kepentingan Asahi sendiri. 

Sejujurnya, Jaehyuk tidak akan pernah keberatan jika benar dirinya dimanfaatkan oleh Asahi. Sebut dia gila sekarang, karena ia memang sudah gila. Rasa cintanya pada Asahi sudah tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Rasa yang bermula dari dua detik bertatapan di sebuah toko piringan hitam. Berlanjut hingga membuat lautan tak berdasar yang terisi oleh perasaan yang bergejolak tiap kali mengingat sosok pemuda Jepang itu.

are you listening? || jaesahi || TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang