Twenty

76 14 0
                                    

Pagi hari telah tiba, semburat sinar matahari menelisik pepohonan lebat di hutan terawat namun terpencil dari perkotaan. Cahaya memijar dari celah dedaunan lebat yang menghiasi kepala pohon hutan rimba tersebut.

Menggeliat pelan lagi dan lagi pandangan yang ia tangkap setelah bangun tidur adalah muka damai ciptaan Tuhan yang sangat rupawan.

Tanpa drama dan basa - basi Kim Jiya menggoyang pelan lengan Jaemin yang masih tertidur lelap padahal jelas cahaya matahari menyilaukan namun tak mengusik tidurnya sedikit pun.

"Jaemin, bangun ini sudah jam makan di kegiatan perkemahan."

_______

"Tadi malam kau tidak tidur di tenda?" Pertanyaan dari Karina membuat Winter melipat kedua tangan di dada, perempuan itu enggan menjawab basa - basi Karina meskipun wajah Karina tampak mengkhawatirkannya.

Lirikan orang - orang pada Winter membuat perempuan itu kesal belum lagi ada beberapa murid laki - laki yang berbisik dan meliriknya.

"Tadi malam Na Jaemin juga tidak ada di tenda. Apa kalian tidur bersama?" Pertanyaan salah satu murid laki - laki membuat Winter tersenyum simpul. Meski dalam hatinya tercabik - cabik karena fakta yang ia alami.

"Woahh benarkah? Benarkah mereka tidur bersama?" Itu suara murid laki - laki lainnya.

Sementara Jaemin memilih diam sembari menampakkan wajah malasnya sebenarnya ia masih sangat ngantuk sampai tadi Jiya yang menyikati giginya dan mencuci mukanya. Jaemin tersenyum dalam hati, ia tidak peduli dengan issue yang saat ini menyebar karena ia dan Winter tidak ada di tenda. Baginya isu itu basi.

"Jiya, duduk sini saja." Gissele menyapa dengan senyum manisnya sembari menepuk pelan kursi nyaman di sebelahnya. Perempuan bertubuh gempal yang masih membawa nampan makanannya itu tersenyum ia berjalan mendekati meja yang di tempati Gissele. Namun belum juga sampai di meja gadis Jepang blasteran Korea itu Jeno melangkah dengan cepat mendekati perempuan gempal yang tampak bahagia wajahnya.

Brukkkk

Malang, gadis bertubuh tambun itu jatuh dengan posisi tengkurap sementara nampannya jatuh berserakan dengan cepat pelayan hotel segera membereskannya. Namun Jeno mencegahnya.

"Maaf, lebih baik gadis gendut ini yang membereskan dia yang berbuat."

Pelayan hotel tidak menanggapi Jeno tetap pada pekerjaannya.

Di sela kediaman itu semua memperhatikan Jiya dengan tatapan jijik. Perempuan itu berdiri dan tanpa mempedulikan sekeliling ia segera keluar dari restoran hotel tersebut, nafsu makannya seketika hilang melihat Jeno yang berulah di pagi hari yang cerah ini.

Tidak sampai situ, pria bermarga Lee itu mengikutinya dari belakang. Kim Jiya berjalan agak cepat melewati kolam renang yang berada di luar restoran itu. Ia tahu Jeno mengikutinya dari belakang namun dirinya tetap berjalan. Malas sekali menanggapi tingkah usil Jeno ia tahu pria tersebut hanya sedang ingin bermain - main dengannya.

Mengepalkan tangannya Jiya menghentikan langkahnya. Sementara Jeno yang masih setia di belakangnya tersenyum puas seakan ikan yang ia pancing sudah mau tertangkap.

"Tak bisakah kau tidak usah mengusikku jika kau membenciku sebaiknya anggap aku tidak ada!" Pekik Jiya cukup kencang suaranya sudah terdengar bergetar karena wanita itu sebenarnya lemah sangat lemah apalagi menghadapi Jeno yang sangat menyebalkan.

Dari dalam restoran para murid menyaksikan drama mereka melalui kaca yang membatasi antara restoran dan area kolam renang.

Jeno tertawa remeh dengan santainya kaki panjangnya menyandung kembali kaki pendek gadis dihadapannya itu tangan Jeno menggenggam kuat pergelangan tangan Jiya gadis itu sudah kehilangan keseimbangannya.

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang