11. Mencari Yang Tak Ada

485 39 3
                                    

SIALAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SIALAN... situasi ini lagi...

Sambil mengerjapkan dua matanya, Mala mengeluh dalam hati. Ia bangun di kamar yang sudah begitu akrab dengannya dalam waktu lama. Sandaran ranjang itu terasa empuk menyentuh punggung. Selimut tebal berwarna kelabu berhasil membuat tidurnya pulas ketika hanya baju tidur berbahan satin tipis membalut tubuhnya semalaman di suhu kamar yang dingin.

Mala mengumpulkan kesadarannya. Pagi itu ia bangun dalam keadaan baik, ia tidak merasakan pengar. Bau minuman beralkohol pun tidak terlalu menyengat. Sebab ia ingat, hanya satu gelas Tequila saja yang ia teguk . Tidak seperti biasanya, karena malam itu ia harus cukup sadar saat seseorang datang membutuhkan kehadirannya. Menoleh di sisi kanannya, Mala melihat pintu kamar mandi itu terbuka. Dan di sanalah sosok pria yang terus menyeretnya dalam situasi seperti ini terlihat. Bertingkah normal, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kamu harus berhenti mencari sesuatu yang nggak kamu temui dari Denis Van..." Tutur Mala dari tempat tidur. 

Sambil mengenakan kemeja hitamnya, Ivan melirik Mala melalui patulan cermin, "kamu bisa pergi kalau kamu mau."

Cih... pergi dia bilang? Mala mendecih sinis. Seharusnya Ivan tahu, sejauh manapun ia pergi, pria itu akan tetap lari kepadanya saat Denis kembali menjatuhkan harga dirinya. "Mungkin emang aku yang terlanjur bodoh, atau kamu yang kelewat kejam karena memperlakukan aku sama Denis kayak gini." Mala tertunduk, ia meremas kencang tepian selimut yang ada pangkuannya. Wajah dan perasaannya penuh sesal, tetapi sisa-sisa rasa cintanya pada Ivan selalu saja menang menguasai egonya.

"Aku minta maaf La, aku cuma bingung karena aku nggak punya orang lain yang ngertiin aku sebaik kamu ngertiin aku."

Mala menyingkap selimut dan beranjak dari tempat tidur, kini ia berdiri tepat di samping pria tinggi yang sudah terlihat rapi dengan setelan kantornya. "Ya kalau gitu kamu harusnya tahu kan harus apa?"

Mendengar pertanyaan itu, Ivan lah yang kini tertunduk. Nyalinya tiba-tiba ciut saat Mala menatapnya penuh harap. "Nggak bisa... Aku cinta banget sama Denis. Mala sorry... aa..ku.."

"Aku capek Van!"

"La, tunggu dulu!" seru Ivan. Ia berhasil menahan Mala yang mencoba pergi darinya. 

"Kamu minta aku nungguin apa? Kita itu nggak punya masa depan. Aku nggak sanggup kalau terus-terusan kayak gini." Lalu ujung matanya mulai terlihat berkilauan, sambil terus berusaha mengatur emosinya, Mala tetap mencoba berkata-kata. "Udah seharusnya kita tuh selesai dari dulu. Tapi karena kamu tahu aku lemah, kamu terus aja seenaknya dateng dan pergi. Van... sumpah... aku udah nggak bisa..."

Air matanya jatuh. Berbarengan dengan jatuhnya pertahanan Ivan. Nirmala, gadis yang sudah di kenalnya dari masa remaja itu terlalu berarti untuk Ivan biarkan berjalan sendiri. Tumbuh dan hidup di panti asuhan hingga memiliki nama besar seperti sekarang, tidak lepas dari dukungan Ivan selama ini. Saat Mala bertemu masa-masa sulit, saat Mala dilanda rasa tak percaya diri, hingga cibiran-cibiran yang terus mengarah padanya, Ivan mencoba selalu ada untuknya. 

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang