🍃 04 - Pertemuan Menyebalkan

258 51 6
                                    

04 - Pertemuan Menyebalkan

   

Feli tidak tahu kalau kedekatannya dengan Ellen sangat berpengaruh pada pekerjaannya. Beberapa hari belakangan gadis kecil itu sering mengajaknya main setiap kali datang ke salon. Selain itu Feli juga lebih dikenal oleh Irene.

Meski belum naik pangkat, namun pekerjaannya sedikit banyak berubah. Feli lebih sering berinteraksi dengan para seniornya juga.

"Fe, dipanggil bu Irene." Feli baru selesai makan siang saat Dahyun menghampirinya.

"Iya, Bu." Meski bingung karena dipanggil tiba-tiba, Feli tetap menurut dan segera membereskan bekas makannya, lhalu beranjak untuk menemui Irene.

"Permisi, ibu manggil saya?"

Irene menoleh. "Fe, saya butuh bantuan kamu secepatnya. Ini ambil, saya udah pesenin taksi online di bawah, kamu tinggal pergi. Nanti bilang aja ke staffnya, kamu karyawan Ellens Salon."

Feli menerima tas make up dari tangan Irene. "Tulis nomor kamu di sini nanti saya hubungi. Saya masih ada tamu VIP."

Dengan begitu Feli hanya bisa menurut. Membawa tas make up di pelukannya untuk turun dari lantai tiga. Tidak lupa mengambil handphone di lokernya terlebih dahulu sebelum keluar dan mendapati taksi online untuknya sudah terparkir di depan gedung salon.

***

Saat taksi yang ditumpanginya berhenti, Feli segera turun lalu berlari memasuki gedung perusahaan di mana suami atasannya yang tak lain adalah bapak Suho berada.

Saat diperjalanan tadi Irene sudah memberitahu kalau Suho menelpon dan meminta bantuan Irene untuk mengirimkan salah satu karyawan dari Ellens Salon ke perusahaan. Salah satu MUA mendadak sakit dan tak bisa hadir sedangkan pemotretan harus selesai hari ini juga.

Dan karena Tuhan sedang berbaik hati pada Feli, tanpa diduga Irene malah menyuruh dirinya yang pergi meskipun banyak karyawan yang lebih senior di sana.

"Salon kedatangan banyak tamu VIP hari ini, mereka akan sibuk, kamu aja yang pergi ya." Begitu perintah Irene tadi.

Awalnya Feli ingin menolak, ia takut mengacau di sana. Feli sadar dirinya kadang ceroboh tapi Irene kembali meyakinkannya dengan alasan dirinya hanya datang untuk membantu bukan bertanggung jawab sepenuhnya atas riasan para model nanti.

"Tapi, Bu ... saya bahkan belum lama kerja di sini."

"Tidak apa, kamu hanya jadi asisten perias di sana. Tidak usah secemas itu."

Bisakah Feli menolak perintah atasannya? Tentu saja jawabannya tidak.

Meski hanya menjadi asisten tapi ia tetap harus membawa perlengkapan make up sendiri, jaga jaga kalau ada yang kurang.

Ia berjalan cepat sembari mengecek ulang isi tas make up-nya tanpa sadar ada orang lain yang berjalan dari arah berlawanan.

Bruk!

"Ya Tuhan, make up gue!" Feli segera berjongkok memunguti peralatan make up yang sudah berhamburan. Ia harus dibuat melotot saat melihat bedak mahal milik salon sudah pecah tak berbentuk. "Bedaknya---"

"Anjir, kamera gue!" Suara lain terdengar membuat Feli segera menoleh. "Woy kok mati heh!"

Seorang lelaki dengan kaos hitam di balut jaket warna senada, celana hitam, juga sepatu dengan warna yang sama tengah memukul-mukul kameranya pelan.

Astaga, ini orang mau pergi melayat apa gimana? Kenapa pakaiannya hitam semua?

"Heh, lo kalau jalan lihat-lihat dong! Lihat nih kamera gue mati gara-gara lo!" Tiba-tiba lelaki itu marah-marah padanya. Tentu saja Feli tidak terima, mereka tidak mungkin tabrakan kalau hanya dirinya yang tidak melihat jalan.

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang