Bagian dua puluh tiga

444 73 35
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.
.

Bukan ide buruk, melebih-lebihkan cerita hanya agar Jimin secepatnya datang. Kang Mirae tidak merasa menyesal sama sekali. Ia yakin sudah melakukan hal yang tepat. Lalu, diintipnya Seonmi dari sebalik kaca pintu ruang rawat. Perempuan itu masih terlelap dengan pakaian rumah sakit. Barulah sedikit kentara perutnya yang buncit.

Mirae mengembuskan napas panjang. Apa yang dipikirkan perempuan itu saat ia memutuskan untuk menggendong Hajoon di usia kandungannya yang sudah memasuki trimester ke-2? Pertanyaan yang selalu melayang di benaknya sejak beberapa puluh menit yang lalu. Apakah Seonmi selalu se-ceroboh ini?

Jelas saja itu sangat berbahaya. Saat digendong Seonmi, Hajoon pasti melingkarkan kedua kakinya ke depan hingga mungkin menekan perutnya.

"Lantas, kenapa Seonmi melakukan itu? Apa Jimin menyakitinya lagi? Apa Jimin tidak menginginkan bayi itu?" gumam Mirae seraya menggigit ujung jari jempol.

"Benarkah? Apa anakmu yang kurang ajar itu menyuruh Seonmi menggugurkan kandungannya? Bukankah ini sudah keterlaluan, Nyonya Kang?"

Kang Mirae mendongak dan mendapati Minseok yang menatapnya sangat tajam. Mirae langsung bangkit dari tempatnya duduk, berniat memberi salam. Melihat itu, Minseok hanya memutar bola matanya jengah lalu berkacak pinggang.

"Dengar, Nyonya Jin. Anda salah paham. Saya bahkan tidak tahu kalau Seonmi hamil andai saja tidak ada kejadian ini-"

"Tunggu, apa?! Jadi kau merasa senang karena ada kejadian yang menyebabkan putriku sekarang tidak sadarkan diri?" tuduh Minseok asal.

Kang Mirae terkejut. "Tidak, bukan. Bukan itu maksud saya," elaknya.

"Lalu apa maksudmu? Kau bahkan tidak mendesak putramu untuk segera menikahi Seonmi-ku."

Kang Mirae hanya menunduk lesu sementara Minseok mencercanya dengan kata-kata kasar. Sampai akhirnya beberapa perawat tampak keluar kamar dan mempersilahkan masuk. Saat itu pun Minseok langsung melarang keras Mirae yang berjalan masuk ke dalam kamar rawat.

Mirae spontan berhenti dan tidak bergerak seperti patung tepat di ambang pintu. Wajahnya kelihatan bingung dan sorot matanya tampak kecewa. Minseok mendadak goyah, iba dan kesal secara bersamaan sehingga mau tidak mau ia juga memberi jalan masuk untuk Mirae.

Fokus Minseok sekarang hanyalah Seonmi, ia sangat khawatir Mirae akan melakukan hal-hal yang buruk pada Seonmi saat ia lengah. Kendati sejauh ini belum ada yang patut dicurigai, bahwasannya wanita Kang itu juga yang membawa Seonmi ke rumah sakit. Namun Minseok tetap tidak bisa memandang Mirae secara baik-baik.

Trauma akan hubungan kelabu dengan orang-orang kalangan atas di masa lalu, menjadikan Minseok sosok yang tidak lagi percaya akan kebaikan cuma-cuma dari seorang konglomerat seperti Mirae. Bagi Minseok, orang kaya selalu punya cara untuk memperalat orang miskin dengan embel-embel membantu. Ya ... kendati ia sendiri tidak lagi miskin.

"Pulanglah besok dan paksa anakmu untuk segera menikahi Seonmi sebelum perutnya bertambah besar."

"A-ah, ya. Akan saya lakukan. Jad-jadi apakah benar, yang dikandung Seonmi sekarang adalah anak Jimin juga?"

"Kau meragukan putriku lagi?!" hardik Minseok sembari menunjuk Mirae dengan kesal. Ia lantas menengadah sejenak untuk menarik napas dalam. Tidak habis pikir pada Mirae yang seolah sedang menguji kesabarannya.

"T-tentu saja tidak," bantah Kang Mirae. "Saya hanya ingin memastikannya lagi," tegasnya.

"Seonmi memberi waktu sampai ia melahirkan dan tentu saja itu bertentangan dengan kemauanku. Aku beri waktu kalian sebulan. Dia harus segera menceraikan istrinya dan menikahi Seonmi. Jika tidak-"

(Un)Forgotten Wedding [M]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang