Penjara yang berada bawah laut terasa apak dan dingin. Langit di luar terlihat gelap, entah sudah berapa lama aku dan LingLing terjebak di sini. Yang pasti sudah lama sekali.
Fiuh! Aku menghela napas pelan, merebahkan tubuh di atas lantai penjara yang dingin menyengat. Aku menatap LingLing yang menyandarkan punggung ke dinding, matanya terpejam. Sepertinya dia tertidur. Raut wajahnya tampak begitu kelelahan. Beberapa saat yang lalu aku dan dia barusan bertarung dengan Naga Singa yang cukup menguras tenaga. Namun sayangnya selepas kami bertarung Naga Ikan menangkap kami dan membawa kami ke penjara Bawah laut ini.
Aku berganti menatap jeruji besi yang kokohnya minta ampun. Dengan kekuatan Naga tempurku besi ini tidak hancur sama sekali.
"Jangan besar kepala! Kalian tidak semestinya bisa melalui apapun tanpa bantuan orang lain. Suatu saat nanti kalian pasti membutuhkan kami," perkataan Tian Lo terlintas di benak ku. Percakapan dengan nya sebelum bertempur dengan Naga Singa cukup menusuk hatiku. Percakapan yang sempat aku dan Ling-Ling abaikan terbukti. Lihatlah sekarang kami terpenjara yang tidak tahu kapan keluar. Sedangkan Tian Lo dan lainnya, entah mereka mau membantu apa tidak? Mengingat kami pernah mengabaikan mereka dan berlaku sombong.
Lagi-lagi aku menghela napas, mendongak dan melihat kesunyian. Seharusnya aku mendengar perkataan Tian Lo dan tidak kabur meninggalkan nya. Mungkin sekarang dia pasti mencari keberadaan kami, atau mungkin dia mengabaikannya dan memilih mencari keberadaan teman-temannya yang jauh lebih penting ketimbang kami.
Fiuh! Helaan napas kembali keluar. Mungkin dengan tidur dan menunggu esok datang bisa mengusir kecemasan ini.
"Tidak perlu diambil pusing. Kita pasti bisa keluar dari sini," kata Ling-Ling yang tahu kegelisahan ku. Dia belum tidur rupanya.
"Tapi Ling-Ling, bagaimana jika kita selamanya terjebak di sini? Aku juga tidak tahu apa rencana Naga ikan menangkap kita," sanggah ku.
Ling-Ling membuka mata, "jika itu terjadi biarlah. Lagipula dengan bersamamu, aku tidak cemas sekali pun."
"Apa seharusnya kita meminta bantuan pada Prajurit Naga lainnya? Barang kali mereka bisa membantu kita?"
Ling-Ling mendengus, menatap tajam. "Aku tidak perlu meminta bantuan pada orang lain. Lagipula mereka mana mungkin membantu kita."
Kami terdiam, lengang sejenak.
"Ling-Ling. Apa kita tidak berlebihan dengan sikap kita pada mereka? Seharusnya kita tidak perlu menyombongkan diri dengan apa yang kita lampaui sekarang."
Ling-Ling menatapku tajam, sejenak dia memalingkan wajahnya. "Aku tidak terlalu percaya pada mereka. Bukankah mereka lemah. Aku tidak yakin mereka bisa tida di sini," dia menyilang tangan, bersedekap. "Aku juga tidak ingin ada orang bernasib sama seperti Kakak, lagi. Sudah cukup orang-orang memandang remeh diriku. "
Aku terdiam memandang Ling-Ling. Anak berambut biru itu tampak kesal sekaligus sedih, aku bisa melihat matanya berkaca-kaca seakan mengenang sebuah kejadian.
Kejadian tragis di masa lalu Ling-Ling, yang aku tidak tahu banyak mengenai kejadian tersebut. Ling-Ling seolah merahasiakannya.
"Lupakan. Memikirkan mereka saja membuat ku bertambah kesal. "
"Ling-Ling," panggilku tajam. Anak berambut biru itu spontan menatap ku. "Semakin kamu membencinya, semakin sering kamu menginginkannya. Jangan sering menganggap mu lebih hebat, lebih kuat dari mereka. Apapun itu, kau maupun aku bakal bertarung bersama mereka. Dan yang terpenting dari itu..." Aku menghela napas panjang. "Mereka bisa menjadi temanmu. Jika suatu saat kita berpisah."
Ada rasa sesak saat menjelaskan itu pada Ling-Ling. Aku tahu suatu saat nanti aku bakal berpisah dengannya. Berat rasanya jika kejadian itu terjadi.
"Maaf. Bukannya bermaksud menyindir kesombongan mu. Aku tidak ingin melihatmu kesepian lagi," aku diam menunduk. Ling-Ling pasti marah akibat ucapkanku. Namun tiba-tiba kurasakan belaian di punggung ku. Ke tercengang dan menatap Ling-Ling yang kemudian memeluk erat tubuhku.
"Apapun yang terjadi kita tidak akan berpisah, meskipun memang perpisahan itu terjadi. Aku berharap kita bisa bertemu kembali suatu saat nanti." Ling-Ling menatapku. "Dainase, seharusnya aku minta maaf sudah egois menyuruhmu untuk menjauhi teman-teman nagamu. Aku tahu kamu begitu ingin bersahabat dengan mereka. Maaf untuk sementara ini aku masih sulit menerima mereka, aku akan berusaha keras menerima keberadaan mereka dan bertarung bersama Prajurit lainnya."
"Ling-Ling," aku tersenyum senang.
Bunyi debur mengagetkan kami. Dari balik pintu terlihat seseorang melangkah mendekat.
"Ling-Ling, Dainase. Kalian baik-baik saja. Bersiaplah, kita akan pergi dari sini," ucap seorang anak berkacamata.
Aku tersenyum, bantuan telah tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Dragon Warrior
ContoSebuah kisah yang terinspirasi dari kartu Dragon Warrior yang sempat populer di zaman. Tentang persahabatan, pengorbanan, harapan dan keinginan.