12. Tak Bisa Sembunyi

476 40 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TEPAT pukul sembilan pagi, ponsel Denis berhenti dari dering menyahut serta pesan yang tidak kunjung putus dari Ivan. Setelah menyembunyikan dirinya di pantry, kini ia kembali ke meja kerjanya. Terbersit niat untuk mematikan total ponselnya seharian ini, tapi rasanya itu tidak mungkin. Karena pasti akan banyak telepon masuk yang meminta bantuan perihal pekerjaan di sepanjang jam kerja.

Syukurlah, mungkin pria itu sudah bergumul di kesibukannya menjelang jabatan baru yang segera diemban. Sehingga untuk beberapa saat, Denis bisa mengambil waktunya untuk berpikir tindakan apa yang harus ia lakukan nanti ketika bertemu Ivan lagi.

"Ya Tuhan... kenapa gue malah jadi kabur dari dia begini sih?"

Denis menyangga dagunya. Memandangi foto berpigura putih yang ia letakan persis di sebelah monitor. Ivan terlihat mencium pucuk kepalanya, sementara Denis terpejam malu sambil memeluk tubuh tegap kekasihnya. Foto yang diambil di balkon apartement tempatnya tinggal dulu di Singapura adalah sepenggal kenangan ketika keduanya baru memasuki dua bulan masa berpacaran.

Saat di mana semuanya terasa begitu manis. Semuanya terasa begitu indah. Hari-hari itu, tidak sekalipun Denis lewati tanpa kehadiran Ivan. Meski ia harus rela di tinggal beberapa hari dalam sebulan untuk kepentingan pekerjaan di Jakarta, Denis tidak pernah meragukan kekasihnya itu sedikitpun. Terus saja begitu hingga kini hampir tiga tahun keduanya berjalan beriringan.

Tetapi ceritanya perlahan berubah ketika Denis mulai menetap lagi di Jakarta. Manis hari-hari yang ia jalani sedikit demi sedikit berubah menjadi keanehan, dan lama kelamaan malah menimbukan perasaan takut bagi Denis seperti sekarang.

"Bu, mau nitip makan siang apa?"

Terdengar suara ketukan, kemudian dari sana Denis melihat wajah OB kantor yang menyembul dari balik pintu.

"Apa ya? Yang lain pada beli apa emang?" sahut Denis sambil berputat-putar memainkan kursinya.

"Ketoprak, Mie ayam, Nasi Padang atau Pecel Lele Bu. Mau yang mana? Bebas sih, nanti kalau Bu Denis mau yang lain bisa saya cariin."

Hmmm.... Pecel Lele ya?

Entah kenapa nama makanan itu malah membawa ingatannya pada satu nama. Siapa lagi kalau bukan Nathan?

"Gimana Bu?" Tanya Si OB lagi

"Mie Ayam aja deh. Pakein pangsit rebus ya."

Setelah dipikir lagi, Denis merasa belum berterimakasih pada Nathan. Pria yang tidak tahu kenapa selalu muncul tiba-tiba ketika dirinya dan Ivan sedang berseteru. Konyolnya lagi, pada akhirnya Nathan lagi lah yang menjadi penyelamatnya. Denis tidak tahu nasibnya jika semalam tidak bertemu Nathan. Mungkin dengan keadaan kacau pikirannya, Denis bisa saja berjalan tanpa arah tujuan sambil menangis. Atau dengan segala kuasa yang Ivan miliki, bukan tidak mungkin dalam waktu singkat Adam atau bodyguard Ivan bisa menemukannya tanpa kesulitan.

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang