Aji terbangun dan merasa badannya lebih segar, dia melihat jam dinding yang ada di kamarnya. Matanya terbelalak tidak percaya, dia tidur lebih dari dua belas jam? Bagaimana bisa tidak ada satu orang pun yang membangunkannya? Dia tidur dari jam sepuluh malam kemarin dan sekarang sudah hampir jam empat sore? Sebenarnya dia tidur atau pingsan?
Setelah membersihkan diri, gegas lelaki itu turun ke lantai bawah rumah orang tuanya. Perutnya sudah meronta ingin diisi sesuatu. Entah hanya perasaannya saja atau memang suasana rumah terdengar lebih ramai dari biasanya. Ah, mungkin Ratih dan anak-anaknya sedang berkunjung.Tadinya Aji bermaksud langsung menuju ruang makan, tetapi suara gaduh di ruang tamu membuat rasa penasaran mengalahkan perihnya perut yang meronta.
Aji mematung, menatap tidak percaya apa yang dilihatnya kini. Andaru, anaknya sedang asyik memangku Puspa dan bercengkerama dengan Maharani anak sulung Ratih. Sedangkan Keshwari tampak mengobrol asyik dengan Ibu dan adiknya. Tidak lupa di sofa lain ada Wijaya dan Hardian suami dari Ratih.
Oh, adakah seseorang yang mau mencubit atau menamparnya agar Aji segera terbangun dari mimpi indahnya? Atau jangan bangunkan dia agar mimpi indah ini terus berlangsung.
"Pakde! Kenapa bengong di sana?"
Ternyata bukan sebuah tamparan yang menyadarkan Aji, tetapi sebuah teriakan dari gadis kecil bernama Puspa, keponakannya. Lelaki itu tersadar kemudian melangkah mendekat. Dia masih memandang dengan tidak percaya ke arah Daru yang masih tak acuh, kemudian ke arah Keshwari yang terlihat tidak mau bertatap muka dengannya dan mengalihkan pandangan ke arah Ibunya seolah bertanya, kok bisa?
"Ekhm, nggak usah seneng dulu, Bapak belum ngasih tahu syaratnya kemarin!".
.
.
.
.
.
.
.“Karena itulah aku tidak berani menerima permintaan Bapak untuk menikah denganmu. Aku sadar kamu berhak mendapat laki-laki yang lebih baik dariku. Jika dulu Daru selalu menjadi pertimbangan utamamu karena takut dia merasa tersisih dan kasih sayang untuknya terbagi, sekarang kamu tidak perlu khawatir lagi. Raihlah kebahagiaanmu, aku akan menjaga Daru dengan sepenuh hatiku. Memberikan segalanya dan mendampinginya jika kamu memutuskan untuk membuka hatimu dan hidup bersama orang lain nantinya,” papar Aji panjang lebar.
Ibu dari Andaru itu hanya termangu, walau jujur dia agak bingung mengapa Aji berpikir sampai sejauh itu.
“Kamu juga pasti sama dengan Shinta dan wanita normal lainnya dan tidak mau menghabiskan sisa usiamu dengan laki-laki yang bisa di bilang cacat sepertiku?” tanya Aji tiba-tiba.
Keshwari hanya diam dan memandang bingung ke arah Aji. Sebenarnya apa yang lelaki itu maksud, tanyanya dalam hati.
Baru saja dia akan mencoba menjawab tetapi Aji lebih dahulu bersuara.
“Sudahlah jangan terlalu di pikirkan. Intinya mulai sekarang kamu tidak usah khawatir jika ingin membangun hubungan dengan siapa pun karena ada aku yang akan menjaga Daru jika nanti kamu mempunyai keluarga baru, mengerti?”
Keshwari mengangguk, “ya, saya mengerti,” jawab wanita itu singkat karena bingung akan berkata apa.
Baiklah, simbok memang sudah menyiapkan jodoh lain buat Mba Keshwari🤭
Jangan lupa, open PO sampai tanggal 10 September 2022, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Pertama
RomanceSangaji Prasetya seoarang lelaki yang baru saja menghadapi badai rumah tangga mencoba mencari ketenangan dengan pindah ke luar kota dan mengajar di tempat terpencil. Namun sayang, niatnya menyembuhkah luka malah membuka cerita yang sama sekali tidak...