Deven: Hai..., selamat pagi, semuanya. (Seisi kelas menjawab, kecuali Farida dan Reyna)
Deven: Itu, Lang, lo lihat dua cewek yang sedang sibuk baca buku kan? Salah satunya itu, cewek yang kemarin gue ceritain. Lihat kan, dia benar-benar nggak jawab sapaan gue!
Gilang: Ya sudah sih, buat apa di pikirin. Palingan juga, dia memang nggak suka sama lo.
Deven: Bentar, bentar! Ini masalahnya bukan soal suka atau nggak suka, Lang. Tapi, ini, soal...
Azam: Assalamualaikum.
Farida dan Reyna: Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. (Deven berjalan, menghampiri tempat duduk Farida dan Reyna)
Deven: Beri gue, satu alasan, kenapa kalian tidak menjawab sapaan gue, tapi kalian menjawab ucapan salam Azam?
Sherly: Maaf Deven, maafin mereka yah. Tadi mereka sedang fokus baca, jadinya tidak dengar sapaan kamu. Terus waktu Az...
Deven: Bisa diam, nggak? Gue itu sedang bicara sama mereka, bukan sama lo.
Sherly: Iya, tapi aku cuma mau mewakili mereka untuk memperje...
Deven: DIAM! LO NGGAK TULI KAN? GUE BILANG, DIAM, YA, DIAM! NGGAK PAHAM, SAMA PERKATAAN GUE? HAH?
Plak
Reyna: JAGA YAH, UCAPAN LO SAMA SHERLY! LO NGGAK BERHAK, BENTAK DIA SEPERTI ITU. SEKALI LAGI, LO BUAT DIA SAKIT HATI? LO TERIMA BALASAN DARI GUE!
Sherly: Jangan, Re. Jangan. Aku kok yang salah, aku yang terlalu banyak omong sama Deven. Ini semua salah aku kok, Deven nggak salah apa-apa. (Farida mengelus kedua bahu Sherly pelan)
Teman-teman kelas begitu antusias melihat keributan di depan matanya sendiri. Bahkan ada yang video dan live di berbagai media sosial. Benar-benar, aneh, pikir Gilang. Karena itu, dia segera mengusir paksa mereka, agar saat ini, teman-temannya bisa menyelesaikan masalah.
Azam: Astaghfirullahal'adzim. Deven, istighfar! Kamu sedang di kuasai amarah yang datangnya dari syaitan!
Gilang cepat-cepat memaksa Deven duduk. Dia ingat betul, apa yang di lakukan Rasulullah saat marah. Jika kita marah, dan kita dalam posisi berdiri, kita harus duduk. Karena dengan itu kemarahan bisa hilang. Jika belum hilang, kita harus mengambil posisi tidur. Tetapi kalau masih belum hilang juga, banyak pendapat yang mengatakan, segera berwudhu dan sholat.
Deven: Sudahlah, gue pergi saja. Gue akan pindah dari sekolah ini. Supaya, nggak ada lagi keributan.
Farida: Tunggu!
Deven: Kenapa? Lo mau ceramahin gue lagi? Belum puas, ceramahin gue waktu kemarin, di kantin?
Farida: Aku tidak bermaksud ceramah. Tapi aku hanya ingin menjawab pertanyaan mas yang tadi, sekaligus, memberi saran.
Deven: To the point!
Farida: Maaf sebelumnya, kalau nanti ucapan aku menyinggung. Sebagai seorang muslim, sudah sewajibnya menjawab salam, dan...
Azam: Dan sebaik-baiknya seorang muslim adalah mengucapkan salam ketika masuk ruangan. Maaf Mba, saya potong. Silahkan, lanjut.
Farida: Tidak apa-apa, makasih, mas. Sedikit saran dari aku, sebaiknya jangan mengambil keputusan di saat kita sedang marah. Sebaiknya tunggu kita sudah tenang, baru, berpikir dengan kepala dingin, agar keputusan yang di ambil tidak kita sesali di hari kemudian.
Deven: Sudah?
Reyna: Bukan dengan cara pergi, kita menyelesaikan sebuah masalah. Tapi dengan hadapi, cari solusi dari masalah tersebut. Jika memang lo nggak nyaman sama sikap banyak omongnya Sherly, saran-saran baik dari Farida, dan termasuk sikap jutek, gue. Ya, lo, tinggal jauh-jauh dari kita. Cari, perempuan-perempuan yang menurut lo enak di ajak bicara. Mudah, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories Of Heart
EspiritualTentang kumpulan cerita pendek yang membahas mengenai hati