Maju Terus Pantang Mundur!

2.8K 455 35
                                    

Raka mengintip dari balik pohon yang ada dilapangan. Ia menajamkan penglihatannya saat melihat Kiranti berdiri tegap mengawasi Ale yang sedang mengikuti jam pelajaran olahraga.

"Penghalang!" Gerutu Raka.

Menghembuskan nafasnya kasar, Raka berjalan mendekati Kiranti. Ia memasang wajah datarnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

"Ular!!!" Teriak Raka sambil melempar ular itu kearah Kiranti.

Kiranti menoleh kearah Raka karena mendengar anak itu berteriak. Dengan santai, ia menangkap ular itu dan memasukkannya kedalam saku jasnya. Melihat itu, Raka mendengus karena Kiranti sedikitpun tidak terkejut dan takut.

Bagaimana mau takut? Jika Raka mengucapkan berteriak dan menyebutkan kata ular dengan wajah datar dan suaranya yang biasa-biasa saja. Apalagi, ular mainan itu masih terpasang label harga yang belum dicopot dari kepalanya.

"Sekolah akting dulu kalau mau menakut-nakuti saya." Ucap Kiranti.

"Ck! Balikin ular mainan saya!" Kesal Raka.

"Melempar berarti sudah menjadi milik saya."

"Balikin!"

"Tidak."

"Itu punya saya!"

"Dan sudah menjadi milik saya."

"Beli sendiri!"

"Saya dikasih gratis."

"Saya aduin, Paul!"

"Silahkan."

Raka menggeram karena merasa kesal. Ia ingin mengadu kepada Adit tetapi ia tidak punya nomor ponselnya. Tidak tahu saja engkau Raka, jika ini semua ulahnya Paul yang terlampau gaul untuk mengerjai dirimu.

"Tolong, izinkan saya berbicara sama Ale sebentar." Pinta Raka.

"Maaf, tidak bisa." Jawab Kiranti.

"Tolong, sebentar aja."

"Saya hanya menjalankan tugas."

"Saya janji, hanya sebentar."

Kiranti menatap Raka dari balik kacamata hitamnya. Jujur, ia merasa kasihan dengan anak laki-laki ini yang begitu kekeh ingin berbicara dengan Ale. Namun, ia tidak bisa memberikannya izin karena sudah mengantongi tugas yang diperintahkan oleh Adit.

"Tetap tidak bisa." Ucap Kiranti.

Mendengar itu, Raka tertunduk. Ia mengepalkan kedua tangannya untuk menyalurkan kekesalan hatinya.

"Lalu? Saya harus apa agar saya bisa berbicara dengan Ale?" Tanya Raka dengan lirih.

"Kejar." Jawab Kiranti.

"Kejar?"

"Kejar dengan caramu sendiri. Setelah itu, saya tidak akan menghalangi lagi."

Kiranti menepuk pundak Raka. Ia tersenyum tipis saat melihat kebingungan dari wajah anak itu yang kini memandang Ale dari kejauhan.

"Jatuh harga diri gue sebagai bodyguard, hanya untuk ngurusin cinta monyet bocah SMP." Batin Kiranti.

Sedangkan Raka, ia langsung berlari kedalam kelasnya untuk mencari Yogi. Ia harus meminta saran kepada teman lemotnya itu agar bisa mengejar Ale seperti kata Kiranti.

"Gi!!!"" Teriak Raka.

Yogi tersentak mendengar teriakkan itu. Ia menatap bingung Raka dan menaikkan satu alisnya tinggi.

"Kenapa, Ka?" Tanya Yogi.

"Lo harus bantuin gue!" Jawab Raka berapi-api.

"Bantuin apa?"

My Ale! (Side Story Of Raka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang