01 | Pejuang Kelas Sore

73 6 1
                                    

Alicia menatap lampu lalu lintas yang berada beberapa meter darinya. Berharap segera adanya pergerakan dari merah ke hijau. Huh, gara-gara tadi atasannya mengajak berbincang, membuat Alicia molor untuk keluar dari kantornya. Sekarang dirinya hanya bisa pasrah. Meskipun, para dosennya cukup menormalisasikan keterlambatan mahasiswa kelas karyawan, bukan berarti membuat Alicia 'bawa santai aja'. Selain merasa sungkan jika terlambat, dia tidak suka apabila ada beberapa penjelasan dosennya yang akan terlewat.

Setelah melewati lamanya lampu lalu lintas dan macetnya jalan raya di Surabaya ketika sore hari, Alicia segera memarkirkan sepeda motornya pada lahan parkir dalam kampus. Cukup jauh dari kelasnya di gedung B, yang terletak paling ujung jika dilihat dari arah lahan parkir.

Ersya
Kamu ndak lagi cuti kan? Ini Pak Romi sudah di depan kelas, cuma kepending lagi ngobrol sama dosen lain.

Alicia
Eh, masuk. Ini otw ke kelas.
Thx.

Hari ini sebagai hari pertama di semester 5. Menjadi mahasiswa akuntansi merupakan harapan Alicia sejak dulu. Dia cukup tertarik dengan perhitungan, apalagi akuntansi juga masuk pada rumpun soshum.

Universitas Nusantara Persada menjadi tempat pilihannya untuk melanjutkan bidang serupa dari sekolah vokasinya. Kebetulan, UNP memberikan berbagai jenis pilihan kelas sesuai kebutuhan mahasiswanya.

Alicia mempercepat langkahnya setelah membalas pesan Reyna. Tetapi, sembari menyimak huru-hara grup kantornya. mempercepat langkahnya. Dia tidak ingin ketinggalan berita dan informasi terkini.

"G*blok! Bisa jalan yang benar nggak? Makanya Hp ditaruh dulu!" ungkapan lelaki beralmamater biru tua itu terdengar bernada tinggi yang menggambarkan kekesalannya. Bagaimana bisa mahasiswi mungil ini membuat laporan pentingnya berceceran. Yang membuatnya naik pitam, kertas-kertas itu mengenai genangan air, yang diprediksi bekas tukang kebun universitas yang tadi menyirami lahan universitas.

Alicia mengalihkan pandangan dari ponselnya. Dia merasa dikatakan bodoh sekarang.

"Iya maaf saya salah. Tetapi, kamu juga kenapa bisa nabrak saya, kalau kamu jalannya nggak meleng?" sahut Alicia reflek.

Dengan kesabarannya, Alicia tetap membantu untuk mengambil beberapa kertas yang berserakan. Dan lelaki itu malah mengambilnya secara kasar.

"Maaf, kalau kamu mau mencetak ulang, saya bersedia membantu." Alicia berusaha menunjukkan keramahan dengan senyumnya. Dipikir-pikir, Alicia juga tidak paham siapa disini yang salah.

"Gak perlu, minggir." Lelaki itu segera melenggang pergi.

Sudahlah. Setelah melihat punggung itu semakin jauh, dia melanjutkan langkahnya menuju kelas.

***

Empat mahasiswa terlihat duduk bersebelahan di kursi panjang koridor depan kelas. Sembari meneguk minuman yang tadi dibeli mereka pada minimarket universitas. Dari raut wajah mereka, terlihat raut lelah dan bingung. Maklum, mereka seakan tidak memiliki waktu setelah jam kerja karena langsung pergi untuk kuliah. Apalagi, baru saja mereka pusing dengan masalah laporan yang balance tetapi salah. Kecuali, Alicia.

"Hm, seneng kamu yah. Sudah balance, betul lagi," celetuk Ersya melihat Alicia yang terlihat fine fine saja.

"Iyalah, orang situ dasarannya tiga tahun belajar gitu. Suhunya kamu lawan," sahut Amira. Memang, Alicia lulusan dari sekolah vokasi atau biasa disebut SMK. Disini ia hanya melanjutkan keterampilan yang sempat digelutinya.

"Ah iya sih, aku kan sempat lama nggak pegang buku," kata Ersya. Dia selaku mantan gapyear 3 tahun, ternyata kembali menempuh pendidikan bukanlah hal yang mudah. Ersya perlu niat yang besar dan kemauan tinggi untuk memulai belajar lagi. Semua dia lakukan untuk mempertaruhkan posisinya di perusahaannya yang bergerak sebagai produsen kosmetik.

Sementara Yoga yang menyimak pembicaraan mereka ikut kesal. Mengapa saat kelas sudah selesai, mereka masih membahas perihal balance tadi. "Ruwet. Ngapain dibahas lagi seh?"

"Gak asik kamu Yog, lihatlah laporanmu itu sudah keliru tanggal, tidak balance pula kan," sahut Amira dengan nada mengejek.

Yoga hanya melempar tatapan sinis pada Amira. Menurutnya, Amira tipikal orang yang biasa saja dalam perkuliahan, tetapi bisa-bisanya mencibir seperti itu. Ya, meskipun dia tergolong orang baik. Masih ada saja beberapa masa dimana dia berkata dengan blak-blakan.

"Sudah, pulang deh daripada makin pusing." Ersya melangkah terlebih dahulu.

"Iya, agaknya kita perlu belajar lagi deh. Toh, Pak Romi juga nggak marah kalau kita keliru." Alicia mencoba menenangkan.

"Iya. Kita cabs dulu ya. Kalian hati-hati di jalan." Ersya berpamitan. Dia membonceng Amira yang nebeng untuk pulang.

"Al?"

Alicia yang sedang memasang helm menjadi kaget saat Yoga memanggilnya. "Kenapa?"

"Aku ngerti kamu sibuk, tapi boleh nggak kalau ada waktu, belajar bareng?" Yoga memohon dengan ekspresi datarnya. Jari telunjuk lelaki itu bertemu. Membuat Alicia menahan tawa. Yoga tipikal pemuda yang berwajah lebih dewasa, meskipun umurnya belum mencapai kepala dua. Cara meminta bantuannya kini terlalu lucu.

"Boleh. Kalau kamu shift pagi atau waktu libur?" Alicia memastikan.

"Kamu hari Sabtu libur kerja?"

Alicia mengangguk. "Kamu juga kan?"

"Emh, aku kan nggak pasti. Tapi kelihatannya bisa ambil libur Sabtu besok. Kabar-kabar aja ya." Yoga sembari mengacungkan ibu jari.

Yoga adalah salah satu mahasiswa moving class. Karena dia jam bekerjanya menerapkan shift. Jadi, terkadang dia mengikuti kelas pagi, terkadang mengikuti kelas sore. Tidak setiap hari dapat menemui Alicia.

"Iya, nggak usah didengerin Amira. Pokoknya kamu kan kamu selalu berusaha." Alicia mencoba menyemangati. Jika didengar, candaan Amira tadi lumayan kelewatan.

"Iya, apaan coba, aku nggak juga peduli dia bilang apapun. Cuma aku merasa agak tertinggal gitu."

"Tapi memang nih prodi butuh fokus dan teliti. Kadang kita pas badan capek, jadi buyar semua nggak sih?" Alicia menjadi pro pendapat, bahwa jurusan akuntansi itu sebenarnya tidak sulit apabila mahasiswanya selalu fokus dan teliti. Masalahnya, dominan mahasiswa kelas sore ini menjalani perkuliahan seusai jam kerja, otomatis fokus mereka terhadap mata kuliah seakan diuji.

Alicia mencoba memahami apa yang dikeluhkan Yoga. Lelaki ini adalah temannya cukup random. Dia lulusan bidang perangkat lunak yang kini bekerja sebagai quality control salah satu perusahaan produsen kertas, malah nekat menyelingi shift kerjanya dengan kuliah akuntansi. Bukannya pada bidang serupa seperti Teknik Industri untuk menunjang pekerjaannya. Katanya sih, waktu itu dia melamar QC hanya digunakan sebagai batu loncatan, tentunya dengan kemampuan yang otodidak. Karena sebelumnya, dia merasa kurang kompeten pada bidang perangkat lunak, akibat tugasnya yang kebanyakan joki pada saudaranya. Maka dari itu, dia tiba-tiba mendapat panggilan hati untuk menjerumuskan diri dengan alternatif di bidang akuntansi, barangkali cocok.

"Bener Al. Makanya itu tantangan yang makin bikin aku nggak paham."

"Jangan gitu ih, habis ini paham kok. Semangat dulu."

"Makasih ya."





















Kelas Sore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang