Hari beranjak malam saat Jeno dan Jaemin tampak sedang membicarakan bisnis mereka. Sedangkan Jisung, pemuda manis itu tampak dengan senang hati mendengarkan - ralat, memperhatikan wajah tampan Jaemin saat berbicara serius.
Memperhatikan bagaimana bibir tipis lelaki itu berucap, senyuman kecil yang sesekali akan muncul diwajah tampannya dan bahkan wajah seriusnya saat memikirkan sesuatu terlihat berkali-kali lipat sangat tampan.
"Tampan .." gumamnya, tak sadar.
"Jie mengatakan sesuatu?" Jeno bertanya, memperhatikan anak manisnya yang tampak menopang dagunya sambil tersenyum dengan mata berbinar yang tak lepas dari wajah Jaemin.
Jeno mendengus geli. "Wajah Om Jaemin bisa berlubang kalau ditatap terus-terusan seperti itu oleh Jie."
Jaemin yang mendengar namanya disebut pun menoleh kearah Jisung yang duduk disampingnya. Sebenarnya sedari tadi dia sudah tau kalau pemuda manis itu sedang memperhatikannya, tapi tentu saja ia abaikan.
Jisung tak bergeming, sekarang ia sudah menatap mata bulat berwarna hitam milik Jaemin. Ia semakin terseyum saat tau kalau lelaki tampan itu tengah menatapnya.
"Adek, tidak kenapa-kenapa?" Jaemin menyentuh pundak Jisung, membuat pemuda manis itu tersadar dari acaranya 'memandangi wajah tampan calon suami'.
"Aku cuma ngerasain sakit Om, tapi rasa sakitnya aku suka." Ujar Jisung pelan.
Jeno menatap anaknya dan Jaemin bergantian, menanti apa yang akan dikatakan anak manisnya itu kepada tetangga sekaligus rekan bisnisnya.
"Sakit?"
Jisung mengangguk.
"Soalnya aku jatuh ..." Jisung tersenyum manis saat melihat lelaki tampan itu tampak menunggu kelanjutan ucapannya."Jatuh cinta sama Om Jaemin." Ujar Jisung blak-blakan membuat Jaemin tertawa kecil mendengarnya. Mungkin bagi Jaemin itu adalah hal yang lucu dan tentu menghiburnya juga.
Tingg!!!
Tingg!!!
Ponsel Jaemin yang berada pada meja berbunyi, lelaki tampan itu lantas mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel miliknya. Memperhatikan isi pesan yang masuk, lalu membalasnya dengan wajah penuh senyuman, membuat Jisung penasaran akan siapa yang mengirim pesan kepada Jaemin.
Lelaki tampan itu menggelengkan kepalanya, lantas berdiri dan berpamitan untuk pulang.
"Kau tidak ingin makan malam bersama kami?" Tanya Renjun yang baru saja muncul dari arah dapur, lalu berdiri disamping suaminya.
"Mungkin lain waktu, ada seseorang yang harus saya temui sekarang dirumah." Jaemin menolak ajakan makan malam itu dengan sopan.
"Baiklah, lain waktu kita semua harus makan malam bersama."
"Tentu saja tuan Jeno, kalau begitu saya permisi sekarang." Jaemin membalas perkataan Jeno, lalu berpamitan kembali untuk pulang.
"Aku akan mengantarkan Om Jaemin sampai kedepan rumahnya." Ujar Jisung lantas berjalan terlebih dahulu kearah pintu rumahnya, diikuti oleh Jaemin beserta Jeno dan Renjun.
Saat membuka pintu rumahnya, Jisung dapat melihat dengan jelas sebuah mobil mewah lain yang terparkir pada halaman rumah Jaemin. 'Siapa? Siapa yang datang kerumah Om Jaemin?'
'Tidak mungkin kan aku kalah sebelum berjuang.' Jisung menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran jeleknya.
'Kalau pun dia memiliki kekasih, aku akan dengan senang hati merebutnya dari kekasihnya itu.' Jisung tersenyum miring. Lantas mengalihkan tatapannya kearah Jaemin yang sudah berdiri disampingnya.
"Ayo Om, Jie antarkan kerumah dengan selamat." Ujarnya riang, menarik tangan Jaemin dan menggenggamnya.
"Harus banget kita gandengan?" Tanya Jaemin, menunjuk kearah tangannya yang digandeng oleh Jisung.
"Iyalah Om, aku takut Om Jaemin hilang." Jaemin hanya mengangguk, lalu merubahnya menjadi dia yang menggandeng tangan Jisung yang tampak sangat pas dalam genggamannya.
"Saya yang takut kalau kamu hilang." Jaemin berucap saat tau kalau Jisung memperhatikan tangan mereka. "Bisa-bisa saya masuk penjara karena menghilangkan anak orang."
"Kalau begitu, Om harus nganterin aku balik lagi kerumah biar aku gak hilang."
Jaemin terkekeh. "Boleh, nanti saya anterin kamu lagi."
"Kalau kayak gitu, sampai pagi gak bakaln selesai kita saling nganternya Om. Gimana kalau tinggal seatap saja, Om kan bisa jagain aku terus biar gak hilang." Jisung berhenti tepat pada mobil mewah yang terparkir pada rumah Jaemin, entah milik siapa.
"Boleh. Adek mau jadi anak angkat saya? Atau adik angkat saya?"
Jisung menatap tajam Jaemin saat mendengar ucapan lelaki tampan yang sekarang sedang memperhatikannya.
"Dikartu keluarga sudah jelas tercatat kalau aku anak tunggal dan orang tuaku adalah Papa Jeno dan Mama Renjun." Jisung merubah tatapan tajamnya menjadi tatapan teduh hanya kepada Jaemin. "Kalaupun harus ada kartu keluarga baru, maka harusnya tertulis kalau aku istrinya Na Jaemin."
"Kamu sangat lucu dan menggemaskan saat bercanda seperti itu. Tapi jangan pernah bermain-main saat mengucapkan hal yang menurut saya hanya boleh terjadi sekali dalam seumur hidup setiap orang."
"Apa aku terdengar bercanda?" Jisung masih terus menatap Jaemin.
"Kamu masih sangat kecil untuk membicarakan hal seperti ini Jisung. Tugasmu sekarang harusnya belajar dan bersenang-senang bersama teman-temanmu."
"Apakah anak kecil sepertiku tidak boleh berharap? Apakah anak kecil sepertiku tidak boleh merasakan cinta?" Jisung melepas genggaman tangannya. "Hey .. aku jatuh cinta padamu dan itu benar." Jaemin hanya terdiam kaku saat Jisung menepuk pundaknya.
"Tapi saya tidak mencintaimu."
"Makanya belajar Om, belajar untuk cinta sama aku." Jisung menyentuh dada Jaemin. "Aku yakin, Om Jaemin gak bakalan butuh waktu lama untuk mencintai aku."
"Jisung ..." Gumam Jaemin tak percaya dengan ucapan anak tetangganya.
"Masuklah kedalam Om, tamu yang datang kerumah mu pasti sudah lama menunggu." Jisung melempar senyum manisnya kepada Jaemin, ia lantas mendekat, sedikit berjinjit dan tanpa aba-aba mengecup bibir tipis Jaemin. "Selamat malam, aku mencintaimu."
Pemuda manis itu lantas berbalik lalu berjalan kearah rumahnya, tapi baru beberapa langkah ia kembali melihat kearah Jaemin. "Gak boleh deket-deket sama betina ataupun Uke manapun, bakalan aku pantau apa yang sudah aku tandai."
Jaemin menghela nafasnya. Memperhatikan Jisung yang sudah berlari, membuka pintu rumah, dan kembali menutupnya.
"Kenapa seperti ini?" Gumam Jaemin, ia masih berdiri memperhatikan pintu rumah keluarga Lee yang sudah tertutup rapat, hingga ia merasakan sebuah tangan yang menggandeng lengannya membuat dia tersadar.
"Kemana saja? Aku sudah menunggumu sedari tadi."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Jaemin, Nikah yuk!
Romansa"Yang seumuran memang menawan, tapi Om Jaemin sangatlah menggoda."