Bab 139. Kejamkah?
★★★"Dek kamu ada disini?" tanya mas Surya kaget dengan keberadaanku didekatnya. Aku memilih untuk diam memunggungi nya.
Entah mengapa niatanku untuk menemuinya di dunia mimpi?
Tapi aku punya tujuan, yaitu...
"Dek kenapa diam, kamu masih marah padaku? Dek, bicaralah, jangan diam saja seperti ini?" bujuknya dengan nada lembut.
"Dek,,, maafkan aku, boleh aku memelukmu. Aku,,,?"
"Stop?" seruku pelan menghentikannya sambil ku angkat tanganku tanpa berkeming dari tempatku.
"Kenapa dek? Aku tak boleh memelukmu?" keluhnya, bernada frustasi.
"Cukup!" sentakku, masih dengan nada pelan. Walaupun, sumpah, aku sangat menahan perasaanku untuk itu. Supaya aku mengabaikannya nya namun hati kecilku tidak mampu, seakan menolaknya. Itulah aku mencoba untuk bertahan pada posisiku.
Tentu hatiku bukan terbuat dari besi dan baja, hatiku tentu mudah rapuh dan hancur. Bikin aku miris.
"Dek,,," panggilnya pelan. Ragu. Tentu saja mas Surya tidak berani dekat.
Suasana saat ini berbeda karena memang bukan ditempat biasanya. Andai tempat nya diruang penyiksaan tentu akan sangat berbeda. Disini lebih santai seperti saat suasana rembang sore hari hingga tampak begitu indah dipandangan.
Tapi suasana hatiku tidak seperti suasana saat ini, sangat berbeda.
"Dek, dek,,," sebutnya kembali hampir membuatnya putus asa. Karena aku tidak berkeming.
Perlahan ku putar tubuhku,,,
"Dek,,,?" Tentu saja mas Surya kaget menatapku karena air mataku sudah bercucuran. Ya, aku sedang terluka, sangat kecewa sekali.
"Aku salah menilaimu,,," hanya itu yang terlontar karena aku seperti merasa buntu.
"Dek,,,"
"Mas,,," potongku, kini aku tidak ragu. Semarah apa pun aku tahu hatiku tetaplah hati yang pernah merasakan kasih sayang kelembutannya.
"Aku tahu, aku salah. Aku sadar, aku bukan siapa siapa. Tapi, kenapa mas begitu tega didepanku mesra. Satu hal yang ingin ku tanyakan pada mas, apa mas punya ilmu Halimunan? Jawab jujur mas" desakku dengan suara bergetar serta tatapan tajam kearahnya.
"Darimana kamu tahu dek,,,?" suara mas Surya sedikit gemetar. Jadi tanda tanya buatnya karena dari mana aku bisa tahu tapi hal itu tidak penting, tidak perlu aku ceritakan.
"Jawab!" bentakku tertahan, masih dengan menatapnya.
Mas surya tidak menyangka jika aku sampai seperti ini sekarang. Rasa hormatku hilang.
Tidak ada kata hanya anggukan saja sebagai jawaban....
"Hanya seperti itu. Mas bisa jujur tidak" bentakku sekali lagi, air mataku bercucuran tak terbendungkan. Hingga membuat tubuhku bergetar hebat.
"Iya dek, aku punya ilmu Halimun. Kenapa kamu jadi seperti ini dek"
"Mas masih tanya aku jadi seperti ini? Mas pernah bilang apa dulu padaku, hah?"
"Ku akui aku salah dek. Tapi aku sudah minta maaf padamu. Apa yang harus ku lakukan?"
"Tidak ada. Tapi mengapa mas berkata seperti itu padaku, dulu...."
"Aku tidak bermaksud membohongi dek,,," mas Surya kini mendekat kearahku.
Entah apa yang ada dalam pikiranku saat ini, rasa dendam telah menguasai diriku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjerat Mimpi 2
Детектив / ТриллерCerita dunia pelangi Pemain penjerat mimpi! ★★★★★ 1. Bening ria Saputra 3. Kharisma Setiaji Ibunya kharisma: Sarinah Mukti Ayahnya: Ganjar Teman- teman Bening: 4. Ferdy alamsyah 5. Dimas anggara 6. Gimen 7. Tono Al aska 8. Dirga Gilang -Supriyanto ...