3. Penolong

1.4K 141 8
                                    

"Kau memberiku sedikit keberanian untuk melawan rasa takutku, menjadi diriku sendiri"

(lanjutan setting sebelumnya)

"Lo liat disana, supporter Themia ada yang buka baju" Seorang anak Marion menunjuk dari seberang lapangan.

Arjuna mengambil teropong dan melihat anak itu "Sialan, mereka ngebully dia" Juna berdiri dan ditahan temannya, Udara.

"Jun, itu urusan sekolah mereka, lo gak perlu ikut campur" ucap Udara.

"Lo mau diem aja ngeliat ada manusia yang ngebully manusia lain di depan mata lo sendiri?" tanya Juna.

"Tapi kita gak bisa jadi pahlawan satu hari untuk dia, lo bisa bantu dia hari ini tapi besok dia bakalan digebukin sama senior-seniornya. Lo tahu kan anak-anak Themia kaya apa" sambung Udara.

"Urusan besok ya untuk nanti Ra, tapi hari ini gue gak bisa diem"

Juna berjalan mendekati Tribun SMP Themia sambil melepas jaket tim taekwondo yang dia pakai. Arjuna menarik Semesta dari tengah kerumunan dan menutupi tubuh Esta dengan jaket taekwondo itu. Dia membawa Esta menjauh, tapi Satria sempat menahan Juna.

"Ups, ada penyusup" ucap Satria.

"Gue cuma mau nolongin anak ini" jawab Juna.

"Nolongin, dia gak butuh di tolongin" Satria menyentuh kening Esta dengan telunjuknya.

"Gue gak tahu apakah kalian kehilangan simpati dan perikemanusiaan, tapi jelas dia hampir nangis, gak nyaman dan gue bisa liat bajunya robek di lantai" jawab Juna dengan berani.

"Dia ngebuka bajunya sendiri, untuk nyemangatin tim sekolah kami. Bukan salah kami dong kalau sekolah lo gak asik dan gak tahu cara jadi supporter?" sindir Satria.

"Gue yakin sekolah gue bakalan menang tanpa perlu ngelecehin murid lain" balas Juna.

"Dia gak dipaksa, tanya aja. eh lo gak dipaksa kan?" Satria melihat ke wajah Esta.

Esta tidak bisa menjawab karena teman-temannya juga melihatnya dengan wajah bimbang. Kalau Esta mengadu, bisa-bisa temannya juga terkena imbas. Esta melihat wajah Arjuna walaupun saat itu Arjuna hanya menatap penuh kebencian ke Satria.

"Jawab dong, lo gak di bully kan?" tanya Satria lagi dan tersenyum lebar.

Gabriel menatap Semesta dengan pandangan penuh ancaman. Senior yang lain juga. Tapi disamping Semesta, Arjuna berdiri kokoh seperti patung suci yang bercahaya.

"Dia gak mau jawab, seengaknya biarin dia sendiri tanpa gangguan kalian" ucap Juna.

"Gue tahu lo Juna, lo pentolan terbaik di Marion, tapi ini lokasi Themia, dan ini wilayah kekuasaan gue" Satria menunjuk Juna.

"Kekuasaan Lo?" Juna melihat sekeliling dan tertawa "Ini lapangan basket, punya pemerintah, bukan punya Themia, bukan juga punya gue, apalagi punya lo. Oh iya gue lupa, kalian anak-anak kaya kan gak ngerti arti milik pemerintah. Mungkin besok kalian udah beli lapangan ini dengan merengek ke orang tua kalian kan"

"Udah, gak perlu banyak bacot, lepasin anak itu, dan lo balik ke tribun SMA Marion lo yang sepi" sambung Satria.

"Lo gak papa?" Arjuna melirik ke Semesta sambil memegang bahu anak itu. Semesta menitikkan airmatanya karena itu pertama kalinya dia merasakan kasih sayang. Semesta jatuh cinta. Dia jatuh cinta pada anak SMA lain.

"Gue gak di bully" ucap Semesta.

Teman-temannya dan para Senior menjadi lega "Liat kan, dia gak dibully. Kami para senior baik ke junior-junior kami" Satria tersenyum.

Anak Bebek yang buruk kisah cintanya (SKY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang