"Jake!"
Gue menoleh dan membalas sapaannya. "Halo Ken, ikut Ayah kamu kesini lagi, ya?"
Lelaki itu mengangguk kecil dan mensejajarkan langkahnya sama gue.
"Jake mau ketemu sama kak Sunghoon 'kan? Barusan aku ke ruangannya tapi kosong. Terus kata Papinya kak Sunghoon, kak Sunghoonnya masih meeting"
"Oiya, Jake bawa apa itu baunya enak"
Ken melongok melihat tas totebag yang lagi gue jinjing. Sumpah walaupun gue seumuran sama nih anak, tapi kadar kelucuan dia itu asjaksjsk banget. Gue berasa punya adek.
"Hahaha... aku bawa bekel nih. Kebetulan aku bawa lebih, nanti ikut makan bareng yuk"
"Boleh emangnya? Entar aku dimarahin lagi sama kak Sunghoon"
"Boleh kok. Lagian gak ada Sunghoon jadi Ken gak bakal kena marah. Ayo sini kita ke kantin selagi nunggu Sunghoon"
Anak itu seneng banget. Sebenernya gue boong kalau gue bawa bekel lebih. Tapi biarlah jatah gue dimakan sama anak manis ini yang sekarang lagi gandeng tangan gue sebelah kiri di ayun-ayun. Ikhlas lahir bathin gue kalau yang makan modelannya lucu begini.
Ketika sampai di kantin, mata anak itu berbinar ngeliat masakan gue kaya liat harta karun aja. Padahal cuman perkedel jagung, sambel, ayam goreng, dan sayur bayem.
Apa karna dia kaya ye, jadi kaga pernah ngerasain masakan kek begini. Sunghoon aja belum pernah makan ayam geprek kalau gak gue paksa dulu sampai dia ikut doyan.
"Wihh enak bangett, Jake masak sendiri?"
Gue mengangguk dan memperhatikan anak itu terus ngunyah sambil ngoceh. Lahap bet dah makannya, emang masakan gue seenak itu? Padahal perdana nih gue masak banyak lauk begini.
Ide aja gitu pengen masak sesuatu buat suami gue. Walau entar gue pastiin kalau gue bakal dapet ceramah dari dia soal gue yang repot buat masak sendiri.
"Waktu aku kecil, mama suka banget masak-masakan rumah kaya gini. Aku paling suka sama perkedel jagung! Makasih ya Jake, karna masakan kamu aku bisa ngobatin kangen aku ke Mama yang udah bahagia di atas sana"
Ah ternyata dia sama kaya gue, sama-sama gak punya emak....
"Ayo makan lagi yang banyak. Besok aku bisa masakin lagi buat Ken ya-." Kata gue sambil ngusak kepala dia.
"Gak."
Tiba-tiba Sunghoon nyaut omongan gue dari belakang tubuh gue.
"Lo bisa gak jangan menjual cerita sedih lo itu buat caper?"
Gue kaget denger Sunghoon ngomong hal kaya gitu. Gue nyenggol tangan dia pelan.
"Sunghoon!" Gue negur dia. Tapi dia sama sekali gak gubris ucapan gue dan malah narik tangan gue untuk berdiri.
Sunghoon cengkram kuat tangan gue yang berusaha berontak. Gue sampai sedikit keseret karna ngikutin langkah dia. Beberapa karyawan melihat ke arah kami berdua.
Gue malu. Gue merasa jadi bahan tontonan yang tidak layak sama sekali untuk ditonton.
Gue menoleh kebelakang ke arah Ken yang ngeliat kepergian gue dengan sedih. Anak itu masih dengan posisi berdiri dan memilin bagian bawah kemejanya. Gue buka mulut gue tanpa suara dan hanya gestur, 'maaf.'
Ken senyum dan menggeleng pelan ke arah gue, 'gak papa Jake.'
●
●
●
●
●
Setelah sampai di ruangan pribadi Sunghoon. Gue baru berani bertindak lebih karna emang di ruangan hanya ada kami berdua.
"Maksud kamu apa? Kamu gak malu sebagai atasan memperlihatkan sesuatu yang gak pantes ke bawahan kamu? Kamu nyeret aku kasar seakan-akan aku ini bukan suami kamu"
Tambah gue, "Ken gak cerita macem-macem. Dia cuman bilang kalau dia lagi kangen masakan mamanya. Cuman sekadar itu. Lagian kalaupun dia cerita tentang masalah dia ke aku, aku juga gak bakalan mempermasalahkan. Kenapa jadi kamu yang marah-marah gak jelas?"
Sunghoon menghela napas. Terus dia menarik tubuh gue untuk dia pangku tapi gue menolak.
"Gak dulu. Kamu jelasin kenapa? Kasian anak orang gak bersalah kamu marahin. Apalagi kata-kata kamu tadi.... aku yakin sensitif bagi dia"
Lama banget gue menunggu kata-kata yang gue harap dapat menjawab segala pertanyaan gue. Tapi nihil. Suami gue tetep membisu.
Dia malah melihat keadaan pergelangan tangan gue yang sedikit memerah dan mengelusnya berulang.
"Maaf. Tangan kamu jadi sakit gara-gara aku." Sunghoon saat ini tengah mengecup pergelangan tangan gue.
Segala tingkah dia yang terkesan menghindar saat gue suruh menjelaskan itu malah semakin memancing amarah gue untuk meledak.
"Otak lo dimana gue tanya?"
Taik kucing panggilan aku-kamu.
"Lo gak ada rasa bersalah ke Ken ya ternyata. Gue bakalan nyoba buat gak menyudutkan lo, kalau lo jelasin awal masalahnya sehingga gue bisa ambil sikap yang semestinya. Kalau kaya gini tuh gue berasa kaya orang dongo yang ha-ho-ha-ho"
"Gue dan Ken berada di posisi yang sama. Kita berdua gak punya sosok Ibu. Gue sering cerita ke lo masalah gue, apakah lo juga anggep gue hanya menjual cerita sedih buat caper ke orang-orang? Iya? Serendah itukah gue dan Ken dimata lo?"
Muka gue merah padam karna nahan hasrat gue yang sedari tadi pengen nonjok Sunghoon.
"Enggak, maaf, aku gak maksud kaya begitu cantik. Maafin aku. Aku sama sekali gak pernah berpikiran jelek tentang kamu. Maaf, aku salah"
Gumoh gue saat ini denger kata maaf dia. Sunghoon masih aja berusaha buat nutup-nutupin masalah.
Gue pengen nangis. Gue gak kuat untuk membendung air mata gue. Tapi untuk saat ini gue gak mau keliatan nangis didepan Sunghoon.
"Gue pulang. Jangan ajak ngomong gue dulu, sebelum lo paham apa kesalahan lo"
Gue mau nenangin diri sendiri dan butuh ruang untuk menata kembali ego gue yang saat ini lagi kacau balau.
----------‐-------------------------------------‐---------------------------
Note : karena aku sendiri kurang paham dunia perkantoran dan antek-anteknya. Jadi harap maklum kalau ada kesalahan
KAMU SEDANG MEMBACA
SETAHUN?! (Sungjake) Sampe Tanggal 29 (+-)🔒
HumorGak up dulu ya karna aku masih masa ospek🙏 Gimana sih kehidupan pasangan baru, Sunghoon dan Jake yang akan berjalan selama setahun ini? Iya bener setahun. Ga lebih, karena perjanjiannya cuman sampe disitu. Ini semua gara-gara Sunghoon yang males...