Capter 7 : berlansungnya exsekusi

1.5K 161 114
                                    









  " hargailah selagi masih ada .... karna saat itu menghilang hanya penyesalan yang akan kau dapatkan ". Halilintar  teringat akan kata kata dari Moli saat dia tak sengaja  berpapasan  sehabis menuntaskan latihannya dengan yang lain, Moli mengatakan itu sembari menatap tajam mereka semua tak terkecuali adik dari patnernya Fang. Halilintar ingat jelas  saat sebelum dia meminta yang lain untuk memulai menggunakan panggilan saudara dan mulai  menerima ikatan yang telah di berikan oleh tuannya ini.

   Namun setelah mendengar itu hatinya tak henti merasa sakit, dia sadar mereka telah menyia nyiakan sebuah kasih sayang yang tulus, mengingatkan kembali  saat dia bertemu dengan Taufan, ingat akan betapa kosongnya tatapan sosok itu saat ini bahkan saat dia mengatakan maaf pun sosok itu hanya tersenyum dan berkata  bahwa dia tak membenci mereka semua.

   Halilintar dan semua saudaranya sebenarnya peduli dengan Taufan  namun, tuduhan yang diarahkan dan juga bukti yang ada membuat kepedulian mereka memudar dikalahkan dengan rasa kecewa dan marah. Gengsi mereka lebih tinggi dibandingkan rasa peduli membuat mereka buta akan kebencian dan mencari cara agar bisa terbebas dari amarah yang membara ini, yaitu pelampiasan. Taufan  sebagai tertuduh adalah pelampiasan yang cocok bagi mereka setelah diberatkan oleh tekanan misi, tanpa mereka  sadari mereka menggores luka yang dalam pada hati rapuh itu. "Huh........ " helaan nafas panjang mengudara dalam keheningan kamar. Sampai suara ketokan pintu menghancurkan kesunyian itu.


"Tok .....tok...tok...."
Halilintar hanya melirik sebentar malas untuk beranjak dari kasurnya saat ini.

"Kak Hali, ini sudah waktunya ayo berkumpul di aula..." suara lembut Gempa mengembalikan kesadarannya bahwa saat ini adalah saat exsekusi akan berlansung.

"Baiklah " singkatnya. Dia tak tau bahwa dari balik pintu itu saudaranya yang lain menampakkan perasaan gusar akan exsekusi itu.

"Kak, apa sebaiknya kita katakan saja pada komandan untuk tidak melakukan exsekusi  ini..?" Gempa bersuara dengan cemas, setelah mendengar kaadaan Taufan  di sel penjara dan kejadian yang terjadi sebelumnya dari Blaze.

Gempa merasakan perasaan bersalah yang besar, dia berharap Hali  akan mengiyakan permintaannya.

Halilintar mengambil pistol di mejanya dan menyembunyikannya di balik jaketnya, helaan nafas berat kembali mengudara " itu percuma Gem..! " Gempa tersentak mendengar jawaban sang kakak.

" TAPI KAK... KAKAK KAN BELUM MENCOBANYA...!! BAGAIMANA KAKAK TAU KALO ITU PERCUMA, APA KAU TAK PEDULI DENGANNYA..? " bentak Gempa kesal. Mengundang tatapan iba yang lain, kesal tentu saja dirasakan yang lain saat mendengar jawaban  Halilintar.

" karna aku sudah mencobanya...." tegas Hali.

" Tapops tak akan mengubah hukumannya, meski kita memintanya ratusan kali. " lanjut Halilintar.

"Apa ....." ucap mereka berbarengan.


























    Tatapan Taufan bergetar saat mendapati wajah pucat di hadapannya. Bahkan dia yakin dengan satu serangan gadis ini akan ambruk kapan saja.

"Anu .... Gea  kau yakin kau baik baik saja..? Kalau kau tak bisa eksekusinya bisa dilakukan oleh Ochobot  saja " tawar Taufan sembari berjalan di belakang sang gadis.

"Heh ..... di saat seperti ini, kau masih mengawatirkan orang lain.. ugh ... kawatirkan saja dirimu, bodoh " Gea  memegang kepalanya yang terus berdenyut.

"........" Taufan terdiam, dia mempercepat langkahnya, tangannya meraih punggung gadis itu membantunya berjalan agar tak jatuh.

"Tenang saja aku akan melakukan hukumanmu tanpa rasa sakit kok...." seru sang gadis.

how are you (BOBOIBOY AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang