14

3K 186 4
                                    

Tak ada yang tau kapan kita akan merasakan kebahagiaan, kesedihan ataupun kesakitan. Seperti hal nya saat ini, kala yang sedang belajar harus merasakan sakit yang teramat sakit yang ia rasakan.

Kepalanya terasa ingin pecah kenapa sakitnya sungguh menyiksa dirinya. Ingin rasanya berteriak meminta tolong pada orang rumah tapi ia tak punya keberanian untuk berteriak.

"ARGHHH...hiks sa--kit bang-et ya tuhan..". Rintihnya menarik rambutnya dan memukul-mukulnya dengan kuat agar mengurangi rasa sakitnya, namun bukannya mengurangi malah menambah rasa sakitnya.

"Bun-da arghh..hiks sss--akit arghh..ashh"

Obat aku harus minum obat tapi aku gakuat ini sangat saa-kit

"Hikss...to-longg ssaa-kitt auhh hiks too-longg si-apa pun tolong arghh"

Kala terus merintih kesakitan air matanya berlomba-lomba keluar menunjukan betapa sakitnya ia saat ini. Terus memukul kepala nya yang semakin sakit diiringi mimisan yang keluar dengan derasnya.

"Ya..tu-hann sssa-akit see--kali arghh"

"Ga--ku..at hiks...hiks"

"AAA..BANGGGGGGG!! ARGHH!!". Teriaknya tak tertahankan dan tak mampu menompang tubuhnya ia terjatuh dari kursi mejanya.

Apa ini akhirnya?
Apa ini sudah waktunya?

Hiks...hikss...hiks

gala yang tak sengaja melewati kamar kala seketika terhenti ketika mendengar rintihan menyakitkan dari kamar kala. Tak ingin pusing ia tetap melanjutkan langkahnya, namun baru beberapa langkah ia mendengar teriakan kala.

Dengan perasaan panik dan tak karuan ia langsung memutar balik dan berlari ke kamar kala dengan perasaan yang bercampur kekhawatiran.

Jangan sekarang ya tuhan saya mohon

Gala langung masuk ke kamar kala yang tak dikunci. Hal pertama yang ia lihat adalah pemandangan dimana adik yang selama ini ia caci maki, yang selalu ia abaikan sedang terbaring lemah dengan darah dari hidungnya yang sudah bercucuran dimana-mana.

Gala terpaku setelah sampai dihadapan kala, betapa rapuhnya kala, betapa malangnya kala harus menahan sakitnya seorang diri.

Apa selama ini lu harus merasakan sakit seperti ini?

Lamunan gala buyar ketika mendengar lirihan adiknya dengan tatapan sayu kala berusaha tetap menahan kesadarannya yang sudah dibatas ambang kesadarannya.

"Aaa-bang~". Lirihnya yang melihat gala sedang memangku kepalanya

"Iya ini abang bertahan ya kita kerumah sakit". Pintanya yang hanya mendapat tatapan sayu dari sang adik.

Gala diam.
Ia lebih memilih kala membencinya dari pada harus melihat kala seperti ini gala tak menyukainya ia membenci keadaan yang seperti ini.

Tanpa sadar air mata gala menetes ketika tangan mungil kala yang sedang meraba wajahnya dengan tangan bergetar dan lemas kala menghapus air mata yang keluar dari dua bola mata gala.

"Jaa-ngan...nangis aa-bangh". Ucapnya lirih

Gala menuntun tangan kala dan memegangnya erat "abang gak nangis, kamu tahan ya? jangan tu-tutup matanya okei? Ka--kamu dengar abang kan dek?"

Kala mengangguk dan tersenyum, gala tak sanggup melihatnya air matanya semakin deras keluar ketika melihat wajah kala berubah menahan sakit dan tangan yang ia genggam dengan erat terlepas ketika kala meremas dadanya dengan kuat.

Gala membenci dirinya

"A-bang uhuk...uhuk akhh...sss-aakit akh hikss..ss-ssakit". Rintihnya sakitnya berkali-kali lebih sakit saat ini.

Sakala -[END]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang