Sejarah dari munculnya Jack The Ripper

15 0 0
                                    

Pada akhir abad ke-19, kota London adalah yang terbesar di dunia, sebuah kota metropolitan yang luas dan tempat untuk perdagangan, keuangan, dan masyarakat. Namun pada musim gugur 1888 sebuah cerita mengerikan muncul dari ibu kota, sebuah cerita yang sangat mengerikan, cerita itu pun mengirimkan kejutan ke seluruh dunia. Beberapa wanita miskin di ibu kota East End menjadi korban pembunuhan kejam dari seseorang yang akan dikenal sebagai Jack The Ripper. Meskipun pemburuan telah dilakukan dan ada beberapa penemuan tentangnya Jack The Ripper tidak pernah tertangkap. Hingga suatu saat pembunuhannya tiba-tiba berakhir dan meninggalkan pertanyaan besar dalam sejarah kejahatan.


Pada pertengahan abad ke-19, ada sebuah distrik yang dikenal sebagai whitechapel, distrik itu terkenal sebagai daerah kumuh yang padat. Banyak orang miskin dan pengangguran mengungsi disitu dan oleh sebab itu polisi akan berpatroli siang dan malam menelusuri tempat-tempat disana, dan salah satu tempat disitu adalah bangunan George Yard. Disana kita akan bertemu John Reeves, saksi mata pertama pembunuhan yang dilakukan oleh Jack The Ripper. Saat John Reeves akan berangkat kerja ia menemukan tubuh seorang wanita berbaring telentang di genangan darah, ia pun pergi mencari polisi untuk melaporkan apa yang ia lihat. Thomas Barret seorang polisi datang dan didampingi oleh seorang dokter bernama Timothy Killeen melakukan pemeriksaan singkat.

"Wanita itu telah ditikam sebanyak 39 kali dan dia telah mati selama sekitar tiga jam" kata Timothy killeen.

"Aneh, tidak ada penyewa di gedung ini yang mendengar teriakan maupun merasa ada gangguan satupun" kata Thomas Barret.

Korban tersebut akhirnya dibawa dan diidentifikasi sebagai Martha Tabram seorang prostitusi yang rumahnya tidak jauh dari dimana ia meninggal, salah satu teman Martha yang bernama Mary Ann Connelly mengatakan bahwa

"Saya dan Tabram keluar minum-minum dengan dua tentara dan saat kitaberpisah, Tabram pergi bersama salah satu tentara itu dan itu adalah terakhir kalinya saya melihatnya".

Investigasi pun dilaksanakan untuk mencari tentara/prajurit yang pergi bersama Tabram tersebut, namun karena informasi yang kurang dan tidak adanya alibi yang jelas maka kasus ini tidak kunjung terselesaikan. Pada 23 Agustus, pemeriksaan terkahir dilakukan dan hanya seminggu kemudian kejahatan muncul kembali. Pada 31 Agustus seorang pria bernama Robert Paul meninggalkan rumahnya dan pergi berkerja, ditengah jalan ia melihat seseorang berdiri di jalan, seseorang tersebut pun berbalik dan berkata

"Kemari dan lihat ini, ada seorang wanita yang tergeletak di trotoar "

Seseorang tersebut diidentifikasi sebagai Charles Cross dan mereka berdua menghampiri wanita tersebut, saat dihampiri mereka mengira wanita tersebut tidak dapat diselamatkan melanjutkan perjalanan mereka karena mereka takut akan terlambat untuk pergi ke tempat kerja, mereka berdua berharap untuk menemukan seorang polisi di sepanjang jalan, untungnya seorang polisi sudah dekat. Polisi tersebut bernama John Neil, Neil mendatangi wanita tersebut dan menemukan wanita tersebut terlentang dengan luka dalam di bagian tenggorokan, lukanya masih mengalir dan badannya masih hangat, ia pun menyuruh teman polisinya untuk memanggil seorang dokter, dokter pun datang dan memperkirakan bahwa wanita tersebut belum mati lebih dari setengah jam, dengan kata lain Paul dan Cross menemukan wanita tersebut beberapa menit setelah ia terbunuh. Setelah mayat wanita tersebut dipindahkan ke kamar mayat sebuah penemuan mengejutkan ditemukan, selain dua sayatan di tenggorokan, wanita itu juga menerima sayatan melintang di perutnya.

Para dokter itu membuat konklusi bahwa pembunuhnya memiliki pengetahuan anatomi dan telah menyerang semua bagian vital. Dan terlepas dari mayat itu  si pembunuh tidak meninggalkan apapun, tidak ada jejak darah, alat pembunuhan, maupun saksi. Kasus ini pun dikaitkan dengan kasus pertama dan walaupun telah terjadi dua kali namun para penyelidik tidak dapat mendapatkan motif maupun apa yang menyebabkan serangan itu sangat brutal. Walaupun penyelidikan masih berlangsung Jack The Ripper tidak berhenti dan tetap melakukan aksinya.

 Pada 8 september, John Davis seorang penyewa bangunan melihat pintu yang terbuka lebar dan pada saat ia akan menutupnya ia menemukan sebuah mayat seorang wanita, ia pun memanggil seorang dokter dan seorang inspektur, sang dokter mengatakan bahwa wanita tersebut sangat dimutilasi, tenggorokan dibelah dalam-dalam dan perutnya dibuka seluruhnya dan bagian dalamnya diacak-acak. Akhirnya para dokter mengakui keterampilan dan pengetahuan anatomi dari sang pembunuh dan mengatakan bahwa tidak ada luka yang tidak berarti, mereka yakin bahwa sang pembunuh pasti terbiasa dengan ruang bedah mayat. Investigator pun menanyakan pemilik gedung dan penyewa bangunan apakah mereka melihat sesuatu, pembunuhan seharusnya terdeteksi namun entah bagaimana tidak ada satupun dari mereka yang melihat maupun mendengar apapun walaupun sang pembunuh mengacak dan mengatur barang-barang sang korban.

Seiring bertambahnya jumlah korban, publik makin cemas. Mereka tidak hanya takut dengan pembunuhan itu, tetapi juga frustasi dengan polisi dan ketidakmampuan mereka untuk mencari sang pembunuh. Bahkan para polisi dikritik keras oleh para rakyat "Polisi dan detektif London mungkin yang paling bodoh di dunia". Polisi menghadapi seseorang yang menyerang tanpa motif, tidak meninggalkan saksi mata, dan tidak meninggalkan bukti. Selain itu polisi distrik tersebut kekurangan staf dan membuat si pelaku bagaikan sebutir pasir, seperti tidak terlihat dan hampir tidak dikenali di tengah massa.

 Disaat-saat ini Jack The Ripper menggunakan kesempatannya untuk membunuh lagi pada 29 September. Joseph Lave seorang anggota klub sosialis keluar dari tempat itu untuk mencari udara segar, beberapa menit kemudian Morris Eagle, seorang anggota klub tersebut datang dan mengajak Lave untuk berbicara, mereka pun masuk dan tidak melihat ada kejanggalan. Beberapa menit kemudian seorang pria bernama Louis Diemschutz menemukan seorang wanita berbaring di dekat pintu klub tersebut, ia pun bergegas masuk untuk menjemput istrinya yang ada di dalam. Ketika ia menemukannya aman, ia memberi tahu yang lain dan kerumunan pun muncul, mereka dapat melihat bahwa leher wanita itu telah dipotong dengan mengerikan. Mereka akhirnya berpencar untuk mencari polisi, namun sebelum pihak berwenang datang, di seberang kota penemuan yang lebih mengerikan terjadi. Seorang polisi yang berpatroli menemukan seorang mayat dan mengidentifikasi mayat tersebut

"Saya datang dan belok ke kanan dan saya melihat tubuh seorang wanita tergeletak, saya melihat tenggorokannya terpotong dan isi perutnya menonjol, perutnya robek dan dia berbaring di genangan darah" kata polisi tersebut.

Para investigator akhirnya sadar bahwa ketika Diemschutz datang melalui pintu gerbang, tanpa disadari dia menyela pembunuhan tersebut, dan sang pembunuh terperangkap karena pintu keluar masuk hanya melalui pintu gerbang, saat Diemschutz masuk untuk melihat keadaan istrinya kemungkinan Jack The Ripper kabur melarikan diri dan berburu korban lain.

Setelah lima korban tersebut, banyak orang yang mengirim surat berpura-pura menjadi si pembunuh tersebut dan ada beberapa pembunuhan diatas namakan Jack The Ripper, misteri Jack The Ripper hingga saat ini belum diketahui resolusinya. Banyak tersangka yang menjadi fokus investigasi seperti Charles Cross, Joseph Barnett, dll. namun hingga saat ini dimana zaman iptek yang sudah maju dan adanya test DNA misteri siapa dibalik Jack The Ripper masih belum terselesaikan.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejarah dan Misteri dibalik Jack The RipperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang