Cukup lama Dafira berdiri didepan kelasnya, padahal sudah menunjukkan jam pulang. Murid dikelasnya juga sudah tidak ada orang, namun Dafira masih saja berdiri didepan pintu kelasnya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada dan matanya yang menatap ke arah depan. Entahlah fokusnya sekarang dimana, Ia seperti melamun.
Seorang perempuan melihat Dafira disana langsung menghampirinya. "Woi!" Jihan memanggilnya tepat di telinga Dafira tersebut membuat Dafira kaget.
"Anjing," umpatnya.
"Astaghfirullah, Fir mulut lo." Jihan mengelus dadanya.
"Gara-gara lo sih bikin gue ngeluarin kata-kata mutiara," belanya.
"Kenapa masih disini? Gak mau pulang lo? Mau tidur disekolah?" Rentetan pertanyaan konyol dari Jihan—Sahabatnya.
"Lo sendiri kenapa belum pulang?" Dafira balik bertanya.
"Gue baru keluar dari kelas, biasalah hari Senin jam pelajaran terakhir kalo sama Bu Ratna, suka korupsi waktu." Jihan berbicara sedikit pelan, takut Bu Ratna atau murid yang lain amendengarnya.
Dafira menahan tawa mendengarnya.
"Nanti deh, males gue pulang," kata Dafira. Menjawab pertanyaan Jihan tadi."Kalo belum mau pulang, seenggaknya pergi ke cafe kek atau mall," ujar Jihan.
Seperti menemukan lampu hijau, Dafira menarik tangan Jihan. "Ayo ke mall!" Ajak Dafira.
Disisi lain Jeffray yang baru saja keluar dari area kampusnya kembali membuka layar ponselnya. Lebih dari dua puluh kali ia menelepon orang yang tertera dilayar ponselnya, siapa lagi kalau bukan Dafira.
Gadis itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya, bahkan untuk menelepon balik atau memberi pesanpun tidak.
Jeffray memang tidak pernah untuk menjemput Dafira pulang sekolah, ia hanya selalu mengantarkannya ke sekolah, karena kebetulan dari dulu arah sekolah dan kampusnya saat ini Jeffray melewati sekolah gadis itu. Jika pulang sekolah Papanya lah yang selalu menjemputnya.
Selain jam pulang berbeda, tentu Jeffray memiliki kesibukan yang lain bukan.Berbeda lagi jika sudah berada dirumah. Jeffray dan Dafira begitu lengket.
Tapi untuk hari ini, Dafira memintanya untuk menjemputnya pulang sekolah karena Papanya hari ini tidak bisa menjemputnya dan Jeffray menyetujui. Namun mendadak ada urusan Jeffray tiba-tiba membatalkannya. Sudah jelas Dafira marah, permintaan yang jarang ia minta tapi tidak bisa ia tepati.
Jeffray pikir Dafira bisa untuk naik taxi atau nebang pada teman sekolahnya.
"Ni bocah pasti ngambek, gue telepon gak diangkat-angkat," monolognya.
Jeffray yang sudah berada di atas motornya mulai menghidupkan dan menjalankan motornya.
Jeffray tentu tidak langsung pulang kerumah, ia ingin ke tempat tongkrongannya dengan teman-temannya. Soal Dafira akan ia pikirkan nanti. Dasar cowok gak pernah memikirkan perasaan cewek.
Biasanya perempuan jika sudah memasuki mall akan memasuki toko area tas, sepatu, atau baju dress. Berbeda dengan Dafira dan Jihan yang kini memasuki toko yang menjual baju tidur. Mereka sama-sama sibuk memilih baju tidur mana yang lucu untuk dipakai tidur.
"Ini bagus gak Fir?" Jihan menunjukkan sebuah piyama gambar mickey mouse. Dafira mengangguk menyetujui.
"Gue yang milih yang mana ya, bingung banget. Lucu semua," ucap Dafira.
"Udah deh semua bagus, kalo lo milih diantaranya gak bakal nyesel."
Dafira terus memilih hingga menemukan baju tidur ceropi yang menarik perhatiannya. "Aaah lucu banget, gue ini deh," ucapnya memeluk baju tidur itu.
"Oke udah fiks ya," kata Jihan.
Mereka langsung menuju kasir untuk membayar masing-masing baju mereka. Tidak banyak, mereka masih anak sekolah tentu tidak banyak menyimpan uang. Itu juga hasil simpanan mereka beberapa minggu ini.
***
"Dadaa.." Dafira melambaikan tangannya pada mobil milik Jihan. Saat selesai dari mall Jihan menelepon supirnya untuk dijemput, lalu juga mengantar Dafira pulang kerumah.
Sambil makan es krim digengamannya, ia sedikit terlonjak kaget dengan kedatangan Jeffray didepannya.
"Pulang sama siapa tadi?"
Dafira tidak menjawab, ia membalikan badannya, ia ingin langsung masuk ke kamar saja rasanya. Dafira malas untuk berbicara dengan lelaki itu.
"Sama siapa, Fira?" Jeffray mengulang pertanyaannya tadi.
"Sama temen."
Dafira lalu melangkahkan kakinya, buru-buru ia menaiki tangga kamarnya yang berada diatas. Tentu Jeffray mengejar gadis itu.Kedua orang tua Dafira sedang tidak ada dirumah, mereka selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya.
"Dafira." Jeffray memanggil gadis itu, menahan knop pintu kamar saat gadis itu ingin membukanya.
Es krim yang Dafira pegang sampai jatuh ke lantai.
"Jangan ngambek."
Kini mereka berdua saling tatap, dengan tatapan Dafira yang menggambarkan marah dan Jeffray yang memohon.Sisa es krim disudut bibir gadis itu mengalihkan tatapan Jeffray. Jeffray lamgsung membersihkan menggunakan jari telunjuknya lalu menjilatnya.
Tentu Dafira menepis tangan Jeffray dari mulut lelaki itu. "Jorok banget." Dafira kemudian membuka pintu kamarnya, mendudukkan diri ditepi kasurnya lalu disusul oleh lelaki itu.
"Jangan ngambek ya, Fir."
"Gak." Sudah jelas Dafira menolak. Bukannya mengucapkan kata maaf malah menyuruhnya untuk tidak ngambek.
"Kakak pergi deh, aku gak mau diganggu sama kakak dulu," ucapnya kemudian.
Jeffray yang posisinya berada di bawah kasur kembali berdiri.
"Yaudah, gue pulang." Hanya kalimat itu yang Jeffray. Lelaki itu sama sekali tidak mengerti. Padahal Dafira ingin dipujuk sedikit lagi.Dafira diam ditempat, membuang mukanya ke arah lain. Bukannya teguh dengan pendirian dengan tidak peduli pada Jeffray, Dafira malah menangis.
Tentu Jeffray menunggu reaksi Dafira saat ia mengucapkan akan pulang saja. Jeffray tersenyum smirk, mudah sekali untuk mengelabui Gadis itu.
Air mata Dafira tak terbendung lagi, ia mengeluarkan tangisnya yang ia tahan-tahan sejak pulang kerumah.
"Cengeng banget, gue juga gak serius ngomong gitu." Jeffray menundukkan dirinya kembali, memeluk gadis itu agar tangisnya reda. "Gue minta maaf," ucapnya kemudian."Kak Jeff jahat banget.. Hiks," sautnya.
"Iya gue minta maaf. Gue bener-bener gak bisa jemput tadi. Tadi ada jam pengangganti mata kuliah, gak mungkinkan gue ninggalin gitu aja,"
Jeffray melepaskan pelukannya. "Udah ya jangan nangis lagi," ucapnya lalu mencium puncak kepala Gadis itu.
Dafira sudah selesai dengan tangisannya, rasa pusing dan ngantukpun melanda. Ia memutuskan untuk tidur, Jeffray tentu memberikan Dafira waktu untuk beristirahat.
Dafira memperbaiki posisi tidurnya, lalu Jeffray menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh gadis itu.
"Masih bocah ternyata," gumamnya.
TBC!

KAMU SEDANG MEMBACA
Gone || Jaehyun
Teen FictionJeffray mengangguk lalu menyuruhnya untuk masuk. "Masuk, nanti Mama Papa kamu nyari." Dafira mendengar nada lembut dari lelaki yang lebih tua darinya tersenyum lebar, nada bicara lelaki itu tidak sekasar tadi. Sambil melangkahkan kaki, Dafira melamb...