(9)

191 43 10
                                    

"Bagaimana ceritanya Noona bisa sampai disini?"

Kim Taeyeon mengendikkan sebelah bahu dengan ringan. Melihat adiknya, Kim Taehyung datang dengan wajah malas untuk menjemputnya. Beberapa saat yang lalu dia memang cuma duduk di bangku yang sama sambil memainkan ponsel. Taeyeon sedang sibuk membersihkan foto-fotonya dan Ravi di ponselnya ketika adiknya muncul.

"Panjang ceritanya."

"Tunggu, Noona habis menangis?" Taehyung langsung menahan lengan Taeyeon, tapi kakaknya itu malah meringis hingga dia refleks melepaskan tangannya. Agak terkejut melihat kalau sikut kiri kakaknya lecet dan dibalut plester luka.

"Itu kenapa?"

Dan Taeyeon malah berdiri setelah memakai tasnya.
"Ayo kita pulang."

"Noona, aku tanya itu kenapa?"

Kim Taeyeon langsung menghela nafas.
"Aku tidak apa-apa."

"Jawab saja, apa susahnya?"

Dan pada akhirnya, Taeyeon yang sudah sangat mengenal adiknya itu cuma bisa pasrah dengan melemaskan bahu.
"Nanti kuceritakan di mobil." Katanya. "Aku lelah, Tae. Ayo pulang."




...


Jeon Jungkook mungkin terlihat sebagai laki-laki tangguh dengan badan tegap yang kokoh. Dia juga lumayan nakal, tentu saja. Kesukaannya adalah mencari masalah dengan ayahnya. Meskipun begitu, dia sebenarnya bukan orang bodoh yang mendeklarasikan keonaran adalah hal yang patut dijunjung tinggi. Begini juga dirinya perampas piala sewaktu masa-masa sekolah. Tapi dia membenci kuliahnya. Maksudku, dia mau kuliah tapi di tempat yang dia sendiri yang tentukan.

Toh, dia menghabiskan dua tahun di kampus sialan itu karna paksaan dari ayahnya. Jika sudah kehendaknya, maunya dia tidak usah kuliah dengan jurusan bisnis. Dia ogah jadi seperti ayahnya. Lebih bagus menjadi seorang musisi berdasarkan hobinya menulis lagu dan menyanyi.

Malam ini dia pulang agak larut. Melihat kalau mobil ayahnya juga masuk garasi saat dia keluar dari mobilnya sendiri. Membuat Jungkook buru-buru menghindari berpapasan dengan ayahnya karna jengkel untuk berdebat, tapi pada akhirnya dirinya dipanggil juga.

Dengan satu helaan nafas malas, Ia berbalik. Melihat ayahnya yang--bukan mengejek, tapi dia memang sudah kepala enam jadi akan kelihatan tambah tua kalau baru pulang kerja begini--berjalan kearahnya dengan wajah tegas. Tanpa pikir panjang melayangkan satu tamparan keras pada wajah Jungkook yang hanya bisa diam menerimanya.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, hah?! Kau selalu mempermalukanku!"

Jungkook bergeming sejenak dan kemudian menyentuh bekas tamparan ayahnya yang memang lumayan kuat untuk seorang laki-laki yang sudah akan menyentuh usia 70 tahunan itu.

"Sudah?"

"Kau--" dan Tuan Jeon tidak meneruskan tangannya. Justru menahan dan dengan kesal membuang ludah karna jengkel. Kemudian berkacak pinggang dengan wajah frustasi.
"Aku menerima laporan kalau kau membolos kuliah lagi. Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Aku tidak mengerti lagi dengan sikapmu, Jungkook."

"Ayah memang tidak pernah mengerti." Dan dia berbalik begitu saja setelah menjawab dengan dingin. Tapi berhenti ketika Tuan Jeon yang makin naik pitam oleh sikap makin tak terdidik putranya itu menghentikannya dengan sebuah kalimat yang membuat Jungkook mengepalkan tangannya.

"Apa bisa sekali saja kau tidak harus bertengkar begini dengan ayahmu sendiri, hah?!"

Jungkook memang berbalik, tapi dia tidak mengatakan apapun. Cuma menaikkan tasnya yang disampirkan di bahu, lalu masuk lebih dulu. Mengabaikan setidaknya 4 orang laki-laki berjas hitam yang membungkuk untuknya di depan pintu masuk.

Blue HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang