.. 00.02 ..

664 61 2
                                    

beberapa menit lalu jaemin masih terbaring memeluk renjun, enggan beranjak dari kenyamanan yang menyelimuti mereka walaupun hari sudah lewat jam makan siang. tapi mark mengingatkannya tentang meeting penting yang perusahaan mereka adakan.

mau tak mau jaemin bersiap.

tangan jaemin dengan asal melilitkan dasi dilehernya seraya bercermin, lumayan baik untuk seseorang yang selalu dipasangkan dasinya. disisi lain renjun masih terbaring dengan tubuh yang tenggelam kedalam selimut menyisakan pucuk kepalanya saja.

jaemin menghampiri renjun, " pasti aku berbuat kasar lagi ya?" ucapnya yakin karena sikap renjun sejak pagi sangat diam, tidak ada ocehan kesal keluar dari celah bibirnya padahal jaemin memeluknya malas hingga pukul satu siang.

diusapnya helaian rambut lepek renjun. ia tidak mendapat jawaban apapun, renjun juga tidak menatapnya sama sekali. " aku sudah menghubungi seseorang dikantormu, tidurlah. aku tahu kau tak tidur semalam, sudah kusiapkan sesuatu dibawah jika kau lapar hangatkan dulu dimicrowafe."

mata renjun terpejam, berusaha menikmati kehangatan saat dominan itu menempelkan bibirnya pada kening renjun. setelah kecupan singkat, jaemin pergi dan renjun semakin menenggelamkan tubuhnya dibalik selimut.

gumpalan besar itu perlahan bergetar saat suara pintu tertutup, isakan demi isakan menjadi semakin pilu didalamnya. renjun kesal hingga rasanya ingin memukul habis dominan tadi, menjadikan pria itu adonan donat. kesukaannya.

" kau bodoh, huang renjun!"

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

"selamat dat─ah! renjun?" sapaan itu terhenti saat terkejut melihat siapa yang datang menjadi pelanggannya kali ini, ia lekas menghampiri renjun lalu memeluk singkat tubuh kecil itu. " lama tidak datang kemari, ingin kusiapkan bunga kosmos?"

" um.. kurasa tidak, aku ingin bunga lain yang terlihat simple namun sangat cantik. bisa tolong siapkan bucket bunga mawar putih, kak chan?" mintanya malu malu. pegawai didekat haechan langsung bersiap untuk menyusun untaian bunga, namun dicegah oleh si pemilik toko.

haechan terkekeh sesaat, " tentu, untukmu aku akan menyiapkannya sendiri." ujarnya langsung mengambil plastik dan kertas khusus untuk bucket bunga, " hanna, tolong ambilkan beberapa bunga mawar putih terbaik didalam."

" baik, sebentar."

tak lama pegawai dengan name tag hanna itu kembali dengan sekeranjang kecil bunga mawar putih, senyum renjun mengembang saat melihat bunga bunga itu. sementara haechan dengan telaten menggunting tangkai berduri mawar itu lalu disusun serapih mungkin.

" bayi apa kabar, kak?"

haechan terkekeh sesaat, " baik.." jawabnya tanpa beralih fokus dari bucket yang sedang dibuatnya, sedikit geli dengan panggilan dari renjun untuk anakanya. itu terdengar.. menggemaskan?

" kapan bayi lahir?"

senyum haechan melebar, " sebentar lagi!" bisiknya pelan namun tegas, kemudian menyerahkan bucket bunga mawar yang telah siap. " bunga mawar putihmu sudah siap." renjun nyengir kuda.

" terima kasih."

renjun sudah siap mengeluarkan uangnya, namun ditahan haechan. " baiklah, tapi itu gratis khusus untuk aunty anakku dan kak mark." renjun pun kembali mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk duduk berdua disofa.

" bagaimana kabar jaemin?" haechan menaruh masing masing dua bunga didua gelas yang ada dihadapan mereka, renjun yang sedang memperhatikan bergumam sebelum berucap.

" baik? ya.. seperti biasa."

terdengar acuh, namun haechan tak terganggu sama sekali dengan nada sumbang renjun. ia hanya mengangguk, seraya menuangkan air hangat kedalam gelas berisi bunga kecil dan teh itu.

" minumlah selagi hangat."

" terima kasih.."

" ini.. adalah teh kesukaannya."

renjun terdiam sejenak, " em, semua yang dia sukai sama cantik dengannya." ucap renjun lagi dengan nada semakin sumbang. ciri khas renjun saat sedang merasa tidak enak, suaranya akan sedikit berbeda.

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

air dingin jatuh membasahi rambut, badan hingga kaki renjun secara bertahap. udara dingin diluar sana, tidak mempengaruhinya sama sekali untuk mandi dengan air hangat seperti orang kebanyakan.

shower dimatikan bersamaan dengan suara gemericik air berhenti, lalu pemandangan berikutnya adalah kaki jenjang renjun yang mulai tertutupi tiga perempatnya oleh handuk kimono.

rambutnya yang masih basah meneteskan buliran air, kakinya yang mengenakan sandal rumahan dibawanya kedekat nakas panjang disamping pintu. bunga mawar yang sempat ia beli tadi, ia pindahkan letaknya kenakas kecil disamping tempat tidurnya.

laci pertama ia tarik, menampilkan satu foto berukuran sedang didalamnya. diusap foto itu lalu berbisik, " sesuai keinginanmu, kuharap kau menyukainya. maaf aku baru memberikannya juga karena aku belum bisa lagi mengunjungimu secara langsung."

" sedang apa hm?"

suara rendah itu berhasil mengejutkan renjun, segera laci itu ditutup sebagai respon mendadak dan renjun langsung berdiri, " tidak ada." dinginnya tanpa menoleh, menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil yang sedari tadi bergelantung dilehernya.

dengan inisiatif sendiri, jaemin memeluk renjun dari belakang, menumpukan dagu dibahu sempit renjun, membuat si empu berhenti menggosok rambutnya karena terkejut dengan kedekatan itu. itu─ itu terlalu dekat!

" sudah bosan dengan bunga kosmos ya?"

renjun masih terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mendengus sinis, menyingkirkan tangan jaemin dari perutnya dengan kasar. " dasar bodoh, minggir!" ketusnya. " mandi! sudah kusiapkan air hangatnya dibathup."

jaemin pun langsung patuh walau hatinya sedikit terluka, " kau makanlah, renjun. aku lihat makanan dibawah masih utuh, makan tidak akan membuatmu menjadi pendiam. percaya padaku, kau masih bisa marah─"

" MANDI SAJA YANG BENAR!"

" IYA IYAA!!"

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

ruangan yang cukup luas itu hanya diisi suara dentingan alat makan yang beradu, setelah mandi jaemin memutuskan untuk bergabung makan dengan renjun. namun nyalinya masih ciut untuk sekadar mengajak bicara.

" besok tidak perlu memanggil asisten rumah tangga, aku bisa menanganinya." ucap renjun dengan mulut penuh. besok adalah hari minggu, hari dimana asisten rumah tangga mereka akan datang seminggu sekali.

" kau sudah bekerja, apa tidak lelah?"

dulu asisten rumah tangga akan datang setiap hari bahkan beberapa kali menginap, namun semakin kesini renjun semakin mengurangi pekerjaannya. jaemin akui renjun memang pandai membagi waktu..

tapi jika dirinya mampu memperkerjakan orang kenapa tidak? lagi pula renjun tidak mau resign dari perusahaan tempatnya bekerja, meskipun jaemin sudah menjamin semua yang renjun perlukan hingga inginkan.

" tidak." singkat renjun.

" baiklah." enggan berdebat.

keadaan kembali hening sebelum ide baik muncul diluar kepala jaemin, " bagaimana jika besok kita pergi keluar? sudah lama bukan kita tidak jalan jalan dan membeli barang bagus? kau tidak bosan hanya melihat dokumen dikantor dan cucian dirumah?"

" tidak. aku menyukainya. lagi pula bukankah ayah mengundangmu kerumah utama? jangan pura pura melupakannya, tuan na." renjun bangkit dari duduknya. sebelum langkahnya dibawa kewastafel, dilirik dulu jaemin yang nampak kecewa.

" kita bisa melakukannya minggu depan, jangan kecewakan orang tuamu hanya demi aku." tambah renjun seraya mencuci piring bekas makannya, tidak ada jawaban hingga renjun selesai dengan piring kotornya.

baru saja ia hendak menjauh, sepasang tangan justru menghalanginya dari masing masing sisi. renjun terkurung, sementara tangan jaemin tengah mencuci piring kotor bekasnya.

permodusan minggu ini.

" baiklah, minggu depan." bisiknya.

to be continue..
with love, dean

DIDYMO ─ JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang