Gencatan Senjata

32 1 0
                                    

Aku terbangun di sebuah ranjang yang sangat empuk. Aku melihat-lihat sekeliling dan 

menghembuskan napas lega saat tau bahwa aku berada di kamarku. Tapi tunggu ... bukankah 

terakhir aku tertidur di dalam mobil Om Rega. Lalu siapa yang membawaku ke sini? Ah 

sudahlah yang penting sekarang aku selamat dari kejar-kejaran maut itu. Aku melirik jam di atas 

nakasku ternyata sudah jam 10 malam. Tenggorokan ku terasa kering jadi kuputuskan untuk 

turun ke dapur mengambil segelas air minum. Saat aku melangkah turun dari tangga, samar-

samar aku mendengar suara orang sedang berbicara. Aku berjalan ke ruang tamu, rasa hausku 

tertelan dengan rasa penasaranku. Siapa yang berbicara malam-malam begini. Saat tiba di ruang 

tamu aku melihat Om Rega, Bang Aria dan Ayah. Aku tidak melihat Bunda. Aku mendekat, 

sepertinya mereka masih terlalu serius hingga tak menyadari kehadiranku. Aku berdehem untuk 

mengalihkan perhatian mereka.

"Ayira... kamu terbangun." Suara Ayah menyapaku.

"Iya Yah, tadi Ayira haus mau ke dapur tapi Ayira dengar ada ribut-ribut disini." Aku duduk di 

samping Bang Aria. Aku menoleh ke arah Om Rega.

"Loh Om kok ada disini? Nggak pulang?" tanyaku.

"Lo ngusir?" kulihat dia mendengus sebal.

"Eh? Nggak. Tapi..." ucapanku terputus saat Ayah berbicara.

"Jadi Ayira, ceritakan kenapa kamu bisa pulang malam begini?" Tanya Ayah dengan santai tapi 

aku tau nada bicara Ayah menuntut penjelasan dariku.

 bukankah kalau dia disini itu artinya dia sudah menceritakan semuanya kepada Ayah. 

"bukankah Om Rega sudah menceritakannya?"

"memang. Tapi Ayah ingin mendengar versi dari kamu." Aku menghela napas kalau begini 

bakal panjang urusannya.

Aku mulai menceritakan kejadian yang menimpaku. Mulai dari aku diculik di depan kampus, di 

ajak kebut-kebutan dan di tolong oleh pria yang duduk disamping Bang Aria.

"Siapa yang menculik kamu dek?" kali ini bang Aria yang bersuara.

"nggak tau bang. Badannya gede-gede kayak preman gitu." Bang Aria merangkulku dan 

mengusap lembut kepalaku. Aku menyandarkan kepalaku di bahu bang Aria.

 "Jadi, Rega kamu mentor Ayira di kampus?" Ayah bertanya kepada Om Rega. Kulirik dia dan 

ternyata dia sedang memperhatikanku. Aku segera memalingkan muka kearah lain. Sial... 

kenapa jadi salah tingkah gini.

"Iya Om. Baru kemarin masuk." KulihatOm Rega sangat ramah kepada Ayah. Ayah juga 

kelihatannya welcome dengannya.

"Om sangat berterima kasih kepadamu karena telah menyelamatkan Ayira." Aku melongo 

melihat Ayah yang biasanya sangat dingin kepada orang baru apalagi kepada seorang pria kini 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fast or Slow(down)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang