prolog

34 10 8
                                    

Dinginnya suhu ruangan yang berasal dari air conditioner ruangan menerpa permukaan kulitnya. Cuaca di luar tak begitu panas tapi siapapun yang keluar pasti akan berkeringat saat masuk kembali ke dalam ruangan.

Dion duduk di antara kedua orang tua yang tengah bermain catur, entahlah permainan itu di buat hanya untuk bersenang senang atau mereka sedang mengadu kepintaran?

Wajah keduanya terlihat begitu fokus, mata mereka tak lepas dari bidik catur yang tertata dengan tidak beraturan di atas papan.

Sesekali Dion mengalihkan pandangannya dari laptop menuju papan catur, dia bisa menebak bahwa pria tua yang berada di sebelah kanannya itu sebentar lagi pasti akan menang mengalahkan papanya.

"skakmat! HAHAHAHA saya menang, lagi." ucap Henry, si pria tua itu dengan nada sombong.

Ayah Dion— Darren hanya tersenyum menerima kekalahannya "anda sangat hebat pak, saya tau anda adalah orang yang jenius makanya perusahaan anda tak pernah punya masalah berat kan?" candanya dengan kalimat yang memiliki maksud lain.

Henry hanya mengangguk nganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia setuju dengan ucapan Darren tadi.

"ohh iya ada satu hal yang mau saya sampaikan, ehm minggu depan perusahaan mengadakan anniversary apa anda berkenan untuk datang pak?" undangan ini di sampaikan langsung oleh si pembuat acara, Henry.

"saya merasa sangat terhormat karena anda sendiri yang menyampaikan ini pak, terima kasih kami akan hadir dalam acara tersebut." jawab Darren di iringi senyuman bahagia.

Henry juga tersenyum karena Darren menerima undangannya "ehm ajaklah istri dan juga anakmu itu, lebih lengkap lebih baik kan?"

Dion langsung melirik ke arah ayahnya, minggu depan? Sepertinya Dion punya acara sendiri jadi dia tak mungkin ikut apalagi ke acara yang seperti itu "maaf pak sebelum tapi saya—"

"Dion pasti akan ikut kok." belum selesai Dion berbicara, sang papa sudah terlebih dahulu memotong ucapannya.

"papa." tegur Dion pelan namun di penuhi dengan penekanan.

Darren melempar tatapan tajam ke arah mata putranya, kini Dion hanya diam dan tak berani mengatakan apa apa lagi.

Drtt.... Drtt....

Henry pamit pergi ke balkon untuk mengangkat telepon. Setelah selesai berbincang dengan orang dari telepon itu Henry pamit untuk pulang karena dia masih punya beberapa urusan penting, orang sibuk.

"saya juga berterima kasih pak sebelumnya, hati hati yaa!"

"iyaa sama sama, Dion saya permisi."

"silahkan pak." Dion mempersilahkan Henry untuk keluar dari ruangan.

Kini di dalam hanya tersisa Dion dan papanya "minggu depan kamu harus ikut, ini acara besar yang ga boleh kita lewati."

Dion menghela nafasnya kasar kemudian mengambil kunci mobil yang berada di atas nakas dan pergi dari gedung pertemuan itu.

"DION! PAPA BELUM SELESAI BICARA!" walaupun demikian Dion tetap berjalan keluar dan tak menoleh sama sekali, apa pedulinya?

Sampai di parkiran pria itu segera masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobilnya menuju kantor miliknya.

Papanya seorang direktur di perusahaan yang keuangannya sedang berada di ujung jurang, mereka mempunyai dua perusahaan yang satu di urus oleh Dion sementara yang satu lagi di urus oleh Darren sendiri.

Kedua perusahaan tersebut sedang dalam keadaan yang tak baik, makanya nanti Darren mau hadir ke acara yang Henry adakan. Siapa tau dia akan mendapatkan keberuntungan dari acara tersebut.

when we're together | Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang