Eps 46

6.1K 478 11
                                    

Sepeda motor ninja berwarna hitam berhenti di depan teras rumah, langit mulai gelap disertai desiran angin dingin sebagai pengiring.

Sebelum beranjak pergi dari atas joke motor, Antarez mengacak-acak sedikit rambutnya sambil berkaca pada spion motor. Anak itu berlari-lari kecil melewati tangga-tangga di sana, sebagai penghubung dengan pintu rumah.

Jemari tangan Antarez membuka pintu tersebut tanpa ragu, "Assalamu'alaikum, Antarez pulang," salam Antarez sembari masuk ke dalam rumah.

Baru saja ia berbalik badan, kedatangannya telah disambut oleh Tuan Agral, lelaki itu berdiri di hadapan Antarez seraya bersedekap dada.

"Papa," ujar Antarez menatap wajah Tuan Agral, Papa tetap diam dengan sikap dinginnya, ekspresi wajahnya sama sekali tidak bisa dijelaskan.

Tuan Agral berjalan beberapa langkah menghampiri anaknya, dan //PAK// tamparan keras mendarat di pipi kiri Antarez, dan disusul dengan bogem mentah di pipi kanannya. "Argh, Pa-Papa," erang Antarez merasakan nyeri di seluruh bagian wajahnya. Dia sama sekali tidak tahu, apa alasan Tuan Agral memukul dirinya.

"Laki-laki yang dapat dipegang itu ucapannya Antarez, kamu sudah berjanji kepada saya untuk meninggalkan klub futsal itu kan! LALU KENAPA KAMU MALAH MELANGGARNYA!" bentak Tuan Agral tepat di wajah Antarez, lalu memperlihatkan sebuah gambar dari handphone milik Tuan Agral, di sana terdapat foto Antarez dan juga satu timnya sedang mengangkat piala.

"Ini kamu kan! Kalian bertanding di gedung sepak bola pagi tadi! Materi tambahan sekolah apanya, kamu sudah berani berbohong kepada saya!" marah Tuan Agral, wajahnya merah padam, napasnya begitu memburu.

"Kamu memang anak tidak tahu diuntung!" Tuan Agral kembali mengangkat tangan kanannya, berniat memukul Antarez sekali lagi.

"Antarez berhasil memenangkan pertandingan, apa Papa gak senang?" tanya Antarez sontak membuat tangan Tuan Agral berhenti.

"Setahu aku, kalau ada anak yang pulang ke rumah mereka sambil membawa kabar gembira terutama karena memenangkan sesuatu, orang tua anak itu pasti senang. Apa Papa gak mau kasih ucapan selamat untuk Antarez?" sambung Antarez dengan bola mata berkaca-kaca, dia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk menatap mata Papanya.

"Antarez suka bola Pa, Antarez suka berlarian di lapangan luas sama teman-teman Antarez. Dan Antarez akan semakin gembira lagi kalau Papa juga dukung bakat aku ini."

"Cukup! Papa lebih tahu mana yang terbaik untuk kamu," tekan Tuan Agral tajam, dan menarik lengan Antarez kasar, menyeret anak itu di sepanjang jalan.

Sesampainya di depan pintu kamar Antarez, Tuan Agral mendorong tubuh Antarez untuk masuk ke dalam sana, dan kembali menutup pintu tersebut dengan bantingan, sampai suaranya menggema seisi rumah.

"Kamu tidak boleh keluar, saya beri kamu waktu untuk menyadari semua kesalahan-kesalahan kamu hari ini," ujar Tuan Agral dari luar pintu, Antarez dapat mendengar kalau pintu kamarnya itu telah dikunci oleh Papa.

"Sial!" kesal Antarez memukul pintu tersebut dengan kepalan tangannya. Perasaan marah bercampur sedih menyatu di dalam hati juga pikirannya. Lelaki itu meringkuk di belakang pintu sambil menunduk, tetesan air mata mulai berjatuhan.

Haha, apa kalian berpikir kalau seorang laki-laki itu tidak dapat menangis?

Bisa, laki-laki juga sama seperti perempuan mereka juga memiliki sebuah perasaan. Hanya saja, air mata itu sangat jarang ataupun tidak pernah mereka tunjukkan di hadapan seseorang.

Antarez tidak perlu diakui dunia kalau dia pandai bermain bola, cukup dipandang istimewa dan berguna di mata Papanya, itu sudah sangatlah berharga untuk Antarez.

//Drrtt drrttt drrtt// handphone Antarez bergetar, ia segera mengambil benda pipih tersebut dari dalam saku celananya. Nama kontak Garuda muncul di layar handphonenya, ia sedang melakukan panggilan.

Jari jempol Antarez menekan tombol berwarna hijau.

-Garuda-

Garuda:
"Halo Rez."

Antarez:
"Da, suara Lo kenapa? Kok serak gitu, Lo habis nangis apa gimana?

Garuda:
"Rez, gua gagal."

Antarez:
"Gagal? Gagal maksudnya?"

Garuda:
"Gua... gua gagal kasih piala itu ke Mama."

Antarez:
"Emang Bunda Aza kenapa Da? Dia gak kenapa-kenapa kan Da? Kondisi dia membaik kan?"

Garuda:
"Mama sudah gak sakit lagi Rez, dia sudah sehat, Mama sudah bahagia di sisi Allah sekarang."

Antarez:
"Maksud Lo apa! Jelasin sama gua! Lo jangan bikin gua panik Garuda!"

Garuda:
"Lo gak salah denger Rez, Mama gua sudah meninggal, thanks yah Rez sudah mau ikut jaga Mama gua selama dia hidup. Lo emang temen gua yang baik."

"Apa?" batin Antarez masih belum bisa percaya, hatinya menolak jauh-jauh kalau nyonya Zahra telah meninggal.

Antarez:
"Lo lagi ada dimana sekarang?"

Garuda:
"Gua lagi ada di rumah."

Antarez:
"Tunggu di sana, jangan kemana-mana, gua datang ke rumah Lo sekarang sama semua anggota geng LEOPARD. Gua mau umumkan ke mereka, kalau ibu negara dari wakil ketua geng LEOPARD sudah tiada."

Garuda:
"Iyah Rez, thanks. Gua tunggu kedatangan kalian semua."

Antarez:
"Yah."

Selepas itu panggilan pun tertutup, Antarez segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah Garuda, ia mengenakan jaket kebesaran geng LEOPARD yang membalut tubuhnya.
"Ck gua lupa, pintunya kan dikunci," decak Antarez lalu berpikir sejenak untuk mencari cara bagaimana supaya dia bisa keluar.

Antarez menggedor-gedor pintu kamar itu berulang-ulang sangat keras, hingga membuat seisi rumah mendengarnya.

"Permisi Tuan, nak Antarez daritadi gedor-gedor pintu kamar, apa sebaiknya tidak dibukakan saja Tuan?" tanya Bi Rina kepada Tuan Agral yang tengah sibuk meminum secangkir kopi di ruang tamu.

"Biarkan saja Bi," balas Tuan Agral acuh.

"Mmm tapi Tuan, maaf kalau sikap saya lancang, kalau saya boleh mengatakan sebenarnya semua orang juga terganggu Tuan dengan suara pukulan nak Antarez."

"Huh," Tuan Agral mendengus sebal, dia segera bangkit dari tempat duduknya, untuk menghampiri Antarez yang masih sibuk dengan keributannya.

"Bisa diam gak?" tanya Tuan Agral telah membuka pintu kamar tersebut, ia melihat anaknya Antarez yang sudah berdandan rapi.

"Mau pergi kemana kamu?"

"Pa, aku mau minta izin keluar sebentar aja. Orang tua temen Antarez ada yang meninggal dunia Pa, Antarez sama temen-temen mau datang ke rumahnya," jawab Antarez.

"Enggak! Itu pasti cuman alasan kamu saja kan supaya bisa keluar rumah," tolak Tuan Agral.

"Enggak Pa, Antarez mana berani main-main, apalagi soal nyawa. Ini beneran serius Pa, anaknya Tuan Alam Papa tahu kan?"

"Owh," Tuan Alam memang tidak pernah menjalin hubungan bisnis dengan Tuan Agral, tetapi dia tahu siapa orang itu dan apa statusnya.

"Baik, Papa izinkan kamu pergi, tapi hanya saya kasih waktu sampai jam sembilan nanti, kalau lebih dari itu siap-siap saja, kamu akan menerima hukuman dari saya."

"Baik Pa, kalau begitu Antarez berangkat dulu yah," senang Antarez lalu salim mencium punggung tangan Tuan Agral, dan segera pergi berangkat menuju rumah Garuda bersama semua anggota LEOPARD.

°•••Brother konflik•••°




BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang