1. Chalqi-Kalaya

12 4 2
                                    

"Abang, cepatan dong, nanti gue bisa telat nih!" seru seorang gadis dengan rambut panjang yang dibiarkan digerai dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya.

"Iya, sebentar. Kalau nggak mau nunggu, bareng sama Chalqi aja."

"Ogah, Chalqi nyebelin anaknya," balasnya. "Ih, ayo buruan. Ini tuh hari pertama masuk tahu nggak, sih."

"Iya, sabar sedikit kenapa sih, Kalaya. Nyebelin-nyebelin gitu kalau lo lagi butuh bantuan meski karena terpaksa juga bakal mau," sahut Nohan, orang yang sedari tadi ditunggu oleh gadis yang bernama Kalaya itu.

Kalaya Delicia merupakan sepupu Nohan Balandra yang sudah hidup bersama-sama selama beberapa tahun. Orang tua Nohan merawat Kalaya layaknya putri mereka sendiri, begitu pula dengan Nohan yang sudah menganggap Kalaya sebagai adiknya. Tentu saja karena Nohan yang ingin memiliki adik, mau bagaimanapun kelakuan Kalaya maka ia tidak akan marah, kecuali hal itu bisa merugikan orang-orang barulah ia tidak akan tinggal diam.

"Thank you Abang Nohan," ucap Kalaya saat mobil yang dikendarai Nohan sudah sampai di depan sekolahnya. Hari ini merupakan tahun ajaran baru yang dimana Kalaya berstatus sebagai siswa kelas sebelas.

"Sekolah yang benar, jangan ribut mulu sama Chalqi," pesan Nohan yang di acungi jempol oleh Kalaya. Setelah itu Kalaya berlari masuk ke pelataran sekolah yang membuat Nohan geleng-geleng kepala melihatnya.

Kalaya melangkah riang menuju kelas barunya. Beberapa kali tersenyum menyapa anak-anak yang kebetulan berpapasan dengannya. Kalaya yang selalu ramah pada orang-orang membuatnya banyak disukai oleh teman-teman seangkatan bahkan kakak kelas sekalipun. Namun, tentu saja ada beberapa orang yang tidak menyukainya yang biasa Kalaya abaikan.

"Woi, Kalaya!" Seruan dari orang yang sudah sangat Kalaya hafal dari suaranya membuat Kalaya tidak menjawab. Hari-harinya terasa suram saat bertemu dengan orang tersebut. "Dasar budeg, ya lo."

Kalaya yang tidak terima dibilang seperti itu membalikkan tubuhnya. Ada empat cowok yang berjalan bersama dengan cowok yang memanggilnya itu berada di barisan paling depan. Kedatangan mereka berempat tentu saja menarik perhatian para siswi yang membuat para gadis itu berteriak tidak jelas atau hanya berani berbisik-bisik membicarakan mereka.

"Apa manggil-manggil?"

"Jangan galak-galak kenapa, Kal, gue cuma nyapa doang kali," ucap pemuda yang memanggilnya itu dengan tampang yang tentu membuat Kalaya sebal.

Chalqi Chadyaksa, laki-laki yang merupakan salah satu teman dari Nohan meski mereka terpaut usia yang cukup lumayan jauh. Dari yang Kalaya dengar dari Nohan, bahwa saat Chalqi masih anak-anak, dia terlihat sangat manis dan seperti malaikat, makanya Nohan membiarkan Chalqi untuk mengikutinya pergi kemanapun saat akan bermain. Namun, semenjak beranjak dewasa, Nohan menyesali ucapannya dulu karena sekarang Chalqi berubah menjelma menjadi setan.

"Kal," panggilnya.

"Apa!"

"Manggil doang elah, hahaha."

"Chalqi!" teriak Kalaya sambil mengejar Chalqi yang sudah lari menjauh dari jangkauan Kalaya.

"Astaga, emang nggak ada habisnya mereka tuh," celetuk salah satu cowok yang merupakan teman Chalqi, Jinan namanya. Sementara dua orang lainnya hanya tersenyum tipis mendengar celetukan Jinan.

"Kayak baru lihat aja lo, Ji," sahut Vijen yang berjalan masuk lebih ke dalam sekolah diikuti Nagen lalu Jinan.

"Gue heran deh, bisa-bisanya mereka berdua tuh berantem terus," ucap salah satu siswi pada temannya yang kebetulan dilewati oleh Chalqi dan Kalaya.

"Gue yakin salah satu dari mereka pasti ada yang suka," balasnya.

"Ngaco lo, ah, mana mungkin, mereka berantem terus tiap ketemu."

"Eh, lo nggak pernah lihat mereka pas lagi nggak berantem pasti, duh gue pengen jadi Kalaya deh, biar bisa dekat sama Chalqi." Temannya hanya bisa bergidik ngeri saat gadis itu ingin menjadi Kalaya.

Kalaya yang berhasil menangkap Chalqi, membawanya seperti anak kucing yang kerah seragam bagian belakangnya Kalaya pegang. Sesekali Chalqi meminta ampun agar bisa dilepaskan. Namun, yang namanya Kalaya tidak akan semudah itu untuk melepaskan.

"Gue turutin apapun yang lo minta, tapi lepasin gue," ucap Chalqi sambil terus mengoceh untuk bernegosiasi.

"Apapun?" tanya Kalaya semangat. "Beneran apapun?" tanyanya sekali lagi memastikan.

"Iya, apapun, astaga."

"Let's go, kita ke kantin sekarang," ajak Kalaya tersenyum puas.

Dikarenakan masih baru masuk sekolah, jadi selama beberapa hari ke depan untuk anak kelas sebelas dan dua belas tidak ada pelajaran. Selain itu untuk anak organisasi yang berhubungan dengan anak kelas sepuluh, sudah pasti akan sibuk kesana kemari. Meski masih pagi, ternyata kantin sudah penuh oleh anak-anak yang sudah pasti anak kelas sebelas dan dua belas.

"Pagi, Kalaya," sapa Argan yang merupakan kakak kelas yang pas awal-awal masuk gencar mendekati Kalaya.

"Pagi, Kak."

Entah beberapa kali ucapan selamat pagi dari anak cowok yang seangkatan atau kakak kelas yang mengenal Kalaya menyapanya. Hal itu membuat Chalqi menatapnya tidak suka. "Mau ngapain kesini?" tanya Chalqi.

"Lo bilang gue bisa minta apapun kan? Jadi nggak masalah dong kalau gue minta lo buat bayarin makanan anak-anak yang ada di kantin sekarang." Kalaya tersenyum puas kala melihat Chalqi yang raut wajahnya langsung berubah.

"Gitu doang?" Kalaya melebarkan matanya saat Chalqi berkata seperti itu.

"Woah." Kalaya menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Guys!" teriak Kalaya yang menarik perhatian semua yang ada di kantin tak terkecuali dengan ketiga sahabat Chalqi yang sudah ada disana. "Hari ini Chalqi bakal bayarin semua makanan kita."

Semua bersorak senang karena hari ini tidak mengeluarkan uang untuk makan di kantin. Banyak ucapan makasih yang hanya dibalas Chalqi dengan senyumannya. Kalaya yang tidak mau kalah juga akhirnya ikut memesan makan.

"Gila, lo," umpat Nagen sambil menonjok pelan lengan Chalqi.

"Lo kayak baru aja liat, Na. Apapun buat Kalaya pasti bakal Chalqi jabanin, yakin deh gue," sahut Vijen yang hanya dibalas Chalqi dengan senyum tipis di bibirnya.

"Tapi nggak sampai segininya juga kali, Jen. Emang nggak waras temen lo. Tapi thanks ya, Chal, gue juga mau ikut nikmatin gratisan pagi ini," ucap Jinan yang kemudian berjalan ke arah dimana tempat berbagai macam makanan berada.

"Woi, Ji. Anjir tuh bocah, ngatain Chalqi taunya nikmatin juga," teriak Nagen yang dibalas Jinan dengan lambain tangan tidak peduli.

"Sana gih, kalian berdua juga," usir Chalqi yang membuat Vijen dan Nagen terdiam karena Chalqi yang sudah lebih dulu pergi kembali menghampiri Kalaya yang tengah duduk bersama Arsha, sahabat Kalaya.

"Ngapain kesini, sih?"

"Nggak boleh gitu, Kal, kan ini tempat duduk masih kosong." Bukan Chalqi yang menjawab, melainkan Arsha. Chalqi tersenyum puas mendengar pembelaan dari Arsha yang membuat Kalaya kesal.

"Gue nggak akan ganggu, cuma pengen duduk aja disini," ujar Chalqi yang membalas tatapan Kalaya yang terus saja menatap cowok itu tidak suka. "Kalau gitu gue cabut aja, tolong lo yang urusin."

Chalqi bangkit dari duduknya dan meletakkan dompet di depan Kalaya. Tentu saja Kalaya tahu bahwa itu dpet milik Chalqi. Masalahnya kenapa jadi dirinya yang mengurusi traktiran anak-anak, batin Kalaya. "Chalqi!" teriak Kalaya. Namun, teriakan Kalaya diabaikan saja oleh Chalqi yang membuat Kalaya mau tidak mau harus mengurusnya.

HART VERHANDELING | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang