I : Daffano Haydar Grahadi

21 1 0
                                    

Haii guyss...

buat ganti aku telat Up, akuu mau double up yee.. :)


Happy Reading yaaww.. :)


‌****

"nggak ada yang namanya keluarga baik-baik aja Daf. Semua keluarga pasti memiliki garis cobaannya masing-masing"

****

Tepatnya pukul 22.00 WIB

‌Nampak seorang remaja pria dengan seragam putih abu-abu yang masih melekat ditubuhnya, dia tengah duduk ditepian danau sambil menatap sendu sebuah action figure berbentuk kapal selam.

‌___

‌Ingatannya terlempar akan kenangan beberapa tahun silam, saat dia masih seorang bocah berusia enam tahun.

___

"Papah..papah... Dapa mau naik ikan raksasa itu pah.." Tunjuk Daffa kecil ceria sambil menunjuk tampilan kartun di ponselnya.

"Itu bukan ikan raksasa bang, itu namanya kapal selam"

"Kapal seram? Kapalnya berarti banyak hantunya dong, hiii dapa nggak jadi naik deh, takut" Seru Daffa sambil bergidik ngeri.

"Bukan kapal seram, tapi kapal selam bang. Nanti sepulang papah dari terbangin pesawat, papah bakal ajak kamu keliling dasar laut naik kapal selam bareng mamah sama adek kamu. Papah jamin kamu pasti senaangg sekalii" Terang Papah daffa dengan menampilkan ekspresi yang penuh kebahagiaan.

"Beneran nggak ada hantunya kan pah?" Tanya Daffa masih sedikit takut.

"Nggak ada bang, di dalam laut nanti, kamu bakalan lihat banyak ikan-ikan cantik, batu-batuan karangnya juga nggak kalah cantik. Papah pastikan kamu bakalan betah disana" Terang sang papah lagi dengan tak menghilangkan senyumannya yang penuh semangat.

Seketika ekspresi takut dalam raut wajah daffa, berubah menjadi raut berbinar.

"Yeayy! Dapa jadi nggak sabar pengen cepat-cepat naik kapal seram!" pekik Daffa senang sambil bertepuk tangan heboh.

"Kapal selam bang" koreksi sang papah.

"Yaa ituu pah pokoknya, janji ya pulang dari terbangin pesawat, papah ajak, dapa, mamah sama anin keliling dasar laut, oteyy??" Pekik Daffa girang sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

Dengan senyuman lebarnya, sang papah menautkan jari kelingkingnya dengan milik Daffa.

"Janji"

__

Daffa terkekeh miris saat kembali mengingat janji papahnya dulu sambil meremas kuat gantungan kapal selam ditangannya, beruntung gantungannya terbuat dari karet jadi tidak akan rusak.

"Nyatanya, papah yang lebih dulu nyelam ke dasar laut, mana pakek pesawat terbang lagi, nggak pake kapal selam" Tepis Daffa perih diakhiri tawa hambar yang terdengar sangat menyakitkan.

"Pah.. Daffa kangen"

Ditengah monolognya dengan menatap hamparan danau yang kelam. Daffa dikejutkan akan tepukan keras dibahunya.

"Kangen bokap?" Tanya orang itu yang kini ikut duduk disamping Daffa sambil menatap lurus kearah langit hitam yang nampak gelap tanpa sinar gemerlap bintang.

"Lo harusnya bersyukur Daf, karena lo masih punya nyokap sama adek yang sayang banget sama lo" Lanjutnya dengan diiringi senyuman kecil.

"Kalo mau nostalgia, ajak-ajaklah nyokap sama adek lo, jangan sendirian mulu. Entah bikin acara piknik kek, holiday ke luar negeri kek. Ato hal positif lainnya gitu. Senggaknya itu bisa refresh otak lo biar bisa mikir positif dan maju ke depan" Orang itu kembali berkata dengan nada tenang yang membuat Daffa menghela nafas panjang.

"Teori doang, gue juga bisa kali, Ka" Cetus Daffa datar.

"Teori doang? Praktek nggak akan pernah terlaksana tanpa adanya teori" Sangkal Raka dengan sikap santainya dengan segaris senyum yang tak pernah absen mengiringi setiap ujung ucapannya.

"Lo mana paham Ka soal beginian. Keluarga lo kan masih utuh, mana lo anak bungsu. gue yakin lo nggak bakal kurang kasih sayang dari keluarga lo!" Tepis Daffa yang masih keukeuh dengan pemikirannya.

Seketika itu, raut wajah Raka yang semula tenang berubah keruh. Namun, dia berusaha menutupinya dengan berdehem kecil dan berucap tenang.

"nggak ada yang namanya keluarga baik-baik aja Daf. Semua keluarga pasti memiliki garis cobaannya masing-masing"

Daffa hanya berdecih menimpali ucapan Raka.

Setelah hening beberapa saat...

"Kuylah ke warkop deket sini. Gue mau ngajak lo mabar sambil ngopi. Gimana?" Tawar Raka sambil menepuk bahu Daffa dua kali, kemudian dia berdiri dari tempat duduknya.

Daffa memutar bola matanya malas, saat sadar kalau Raka sengaja mengalihkan pembicaraan. Namun, dia tetap mengikuti ajakan Raka karena otaknya memang butuh refreshing. Dan Mabar sambil meminum kopi adalah solusi terbaik baginya.

****

Buat perkenalan Daffa segini dulu ya kakackk :)

Nextt, double up yaa.. hehe


DaffaLiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang