1. Just a Friend to You

84 11 0
                                    

Kalau ada yang bilang cewek dan cowok itu nggak bisa temanan, itu benar!

Fayra Laraticya, diri gue sendiri adalah bukti konkrit dari korban friendzone sialan. Atau mungkin cuma gue yang menganggap ini sebagai friendzone, sementara dia nggak?

"Please lah, Ra, cuma nemenin gue kondangan masa nggak mau?"

Nah, cowok yang lagi merengek minta gue jadi partner kondangannya itu namanya Sehun Ravindra, pelaku utama yang bikin perasaan gue gonjang-ganjing selama empat tahun belakangan ini.

"Lo kan punya temen cewek banyak, ajak mereka apa susahnya sih!" balas gue tetap menolak. Yang ada nanti gue makin baper ke kondangan mantannya dia.

Sehun berdecak, mukanya yang ganteng makin kelihatan ganteng kalau lagi frustrasi begitu. "Ribet lah, nanti mereka baper dan mikir yang enggak-enggak karena gue ajakin kondangan. Kalau sama lo kan gue cuek aja. Lo udah kayak adik gue sendiri lagi."

Dih. Enggak ada tuh gue anggap lo sebagai Abang. Sial memang, dia kira gue nggak punya perasaan apa ya?

"Gue tetap nggak mau, Ka."

Sehun diam, keliatan lagi mikir keras sambil mengusap-usap tengkuknya. Garis wajahnya yang sempurna menggambarkan ketegasan di sana. Sehun sadar nggak sih kalau mukanya makin keliatan ganteng kalau lagi mikir serius begitu?

Gue yakin orang yang punya mata minus parah pun bakal bisa ngeliat dengan jelas ketampanan cowok yang satu ini. Sehun tuh... gue bingung sendiri gimana cara deskripsiin visual Sehun yang sempurna dari ubun-ubun sampai ke jengkal kaki. Dia ganteng parah, wangi, tinggi, badannya atletis dan pintar.

Sayang, ditinggal nikah sama mantan.

"Lagian lo nggak ingat apa?" gue menyeletuk, membuat Sehun kontan menatap gue penasaran.

"Apa?" sahutnya singkat.

"Dulu lo pernah bilang nggak bakal pacaran sama bocil kayak gue. Lo lebih milih pacarin mantan lo itu. Tapi sekarang lo malah mau bawa gue ke pernikahannya dia. Lucu lo." kata gue sambil mendengus jengkel. Mengingat kenangan dulu pas gue ditolak mentah-mentah sama dia.

Nggak. Gue nggak sungguhan nembak Sehun, waktu itu cuma asal nyeletuk aja, 'Nanti kalo gue udah boleh pacaran sama bang Ali, gue mau cari pacar yang kayak lo, Kak. Udah ganteng, jagain gue terus lagi. Atau lo aja yang jadi pacar gue nanti?'

Tapi dengan ampasnya Sehun malah balas, 'Nggak mungkin lah gue pacaran sama bocil. Lagian gue baru jadian sama Meysha.'

Ngeliat Sehun sekarang mohon-mohon ke gue buat nemenin dia ke pernikahannya Meysha, rasanya pengen gue tepokin tangan.

Mampus lo!

Enak ya ditinggal nikah?

"Itu kan dulu, Ra, sekarang lo bukan bocil lagi, tapi udah remaja. Udah tumbuh tetek."

"Bangsat!" umpat gue sambil jambak rambutnya Sehun kencang. Tapi dia cuma ketawa puas, senang udah bikin gue kesel.

Sehun ngerapiin tataan rambutnya yang berantakan karena habis gue jambak, dia berdiri di depan gue yang lagi duduk tenang di kursi teras rumah.

"Emang bener kan? Sekarang lo bukan bocil SMP lagi, lo udah tujuh belas tahun. Udah bisa gue pacarin."

Badan gue seketika membeku. Bola mata gue seakan terhipnotis pancaran obsidian milik Sehun dan enggan berpaling. Tatapannya yang dalam dan sejuk berhasil menghanyutkan kesadaran gue secara perlahan. Detak jantung gue lambat laun berdetak semakin tak beraturan.

Gawat, Sehun mulai mengeluarkan jurus buayanya!

Sadar, Fayra! Sadar!

Bugh!

More Than Friends ; Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang