Chapter 36

2.9K 328 131
                                    

⚠︎𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆⚠︎
➪Typo adalah seni, semakin banyak typo maka semakin banyak seni
➪ Tak bermaksud menyinggung siapapun
➪Maaf apabila terdapat penulisan kata yang salah

||𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐||
(つ≧▽≦)つ
▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭

||𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐||(つ≧▽≦)つ▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Chapter 36 : Mengetes]

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Pagi hari yang indah dengan suara burung yang berkicauan, udara segar di musim semi yang indah membuat pagi hari ini berbeda dengan hari-hari biasanya.

Terlihat diatas kasur besar nan empuk terdapat seorang anak kecil yang tengah terbaring pulas di atasnya. Wajar saja anak itu terlelap sangat pulas, lihat saja kain yang melapisi kasurnya yang begitu lembut! Di tambah dengan bantal yang super empuk.
Ahh~ jiwa para kaum rebahan meronta-ronta melihat ini😌.

Sinar matahari yang masuk kedalam kamar nya melalui sela-sela tirai membuat nya sedikit terusik. Ia mengembungkan pipinya kesal karena merasa terganggu akan sinar matahari tersebut, di tambah dengan ketukan dari luar kamarnya.

"Raden! Mohon segera lah bangun! Yang mulia raja dan ratu serta para pangeran sudah menunggu anda di meja makan!" Teriak seorang dayang dari luar kamarnya.

(Disini yang di panggil Raden cuma Nusantara ya, kenapa? Ya...gapapa sih, author cuma mau nambah kesan aja supaya sedikit membedakan Nusa sama pangeran lainnya. Jadi anggap aja panggilan Raden itu khusus untuk pangeran bungsu.)

Kelopak matanya perlahan mulai bergerak pelan, ia membuka matanya perlahan, mata merah ruby nya berkilap meskipun sedikit berair.

Ia kemudian terdiam sejenak untuk mengumpulkan nyawa dan energi.
Setelah lebih dari 5 menit, ia pun mendudukkan dirinya perlahan di atas kasur king size nya.

Mengucek pelan matanya seraya menstabilkan penglihatannya. Ia kemudian mengerang pelan untuk meregangkan otot-otot kecilnya.

Nusa:"Haaa~" Ia menghela nafas pelan.

Perlahan ia turun dari kasurnya dan melangkah ke balkon kamarnya. Ia membuka tirai berwarna putih bersih itu dengan tangan kecilnya.

»SRET

Tirai terbuka memperlihatkan pintu kaca yang membatasi antara balkon dan kamarnya. Ia kemudian membuka pintunya dan berjalan keluar.

Perlahan menghirup udara segar di pagi hari yang masih asri seraya melihat pemandangan taman bunga milik bundanya dari atas sana.

Ia masih mendengar ketukan dari luar pintunya, Akh! Ia harus melakukan ini untuk mengatakan tanpa langsung kalau dirinya sudah bangun.
Nusa menarik nafas dalam-dalam kemudian...

Sihir Sang Pangeran S2-CH【𝐄𝐍𝐃】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang