Utakata Hanabi~

882 59 6
                                    

Sasuke Uchiha, orang yang begitu berharga untukku. Orang yang aku sukai sejak dulu. Sejak masa Genin hingga sampai saat ini aku masih mengaguminya Bagiku Sasuke itu keren, Sasuke itu tampan, meskipun sikapnya begitu ketus terhadapku. Tapi, itu malah menambah kesan cool dimataku.

Tapi, apakah aku masih bisa menyukainya saat ini? Sasuke terlalu jauh jatuh dalam kegelapan. Sasuke yang kukenal bukan seperti Sasuke yang dulu, hatinya sudah tertupi oleh kebencian dan dendam. Hingga hari itupun tiba. Dimana aku harus..

Membunuhnya.

Membunuhnya dengan tanganku sendiri, aku merasa harus melakukannya. Tidak selamanya aku bisa bergantung kepada Naruto, tapi disisi lain aku bertanya pada diriku sendiri.

'Apakah aku bisa?'

Rasanya seperti membakar barang kesayangmu sendiri, memusnahkannya hingga tak tersisa. Apakah kau sanggup? Tapi memang harus seperti itu, aku harus melakukannya. Untuk desa, juga untuk Naruto. Harapan kosong begitu luas terukir didalam hatiku, sampai kapanpun Sasuke tidak akan pernah memahami perasaanku. Aku menangis untuknya, percuma dia tak akan peduli. Dia tak akan melihat dari jauh didalam hatiku.

Aku menangis..

.

.

.

Malam gemerlap penuh dengan cahaya kembang api dilangit hitam, membentuk sebuah formasi yang indah, cahaya berganti warna setiap detik. Aku memakai Yukata yang warnanya senada dengan rambut merah mudaku. Kulihat dari kejauhan seorang anak gadis dan anak laki-laki berlarian sembari berteriak memegang sebuah kembang api ditangannya masing-masing. Mengingatkanku ketika seumuran dengan mereka. Orang-orang dengan Yukata beramai-ramai mendatangi bukit dikejauhan, tentu saja mereka berpasangan. Harusnya pun aku begitu.

Dan entah aku disini untuk apa, aku seperti menunggu seseorang. Tapi aku tak tahu sedang menunggu siapa. Hingga kudengar sebuah suara dehaman mengagetkanku. Aku berbalik, sedikit menenggakan wajahku karena orang itu lebih tinggi dariku.

"Sasuke.." mulutku berucap begitu kaku, ketika kuketahui ternyata pemuda berambut raven yang selama ini aku kagumi kini berada sangat dekat denganku. Penampilannya begitu mempesona, Sasuke mengenakan kimono biru dongker dan rambut bermodel chicken butt itu ditata sedemikian rapih.

"Sudah menunggu lama?" ucapnya. Jadi, aku sedang menunggunya? Mengapa aku sendiri tidak tahu.

Aku hanya membalasnya dengan tersenyum simpul. Rasanya sedikit aneh.

"Ayo." ajaknya sembari menggenggam tangan kananku, kami berjalan beriringan saling menautkan jari agar tidak terlepas. Aku hanya bisa membalas genggamannya. Rasanya sangat nyaman, membuatku merasa terjaga. Aku ingin terus seperti ini, berada sangat dekat dengannya.

...

Duuaaaar.. duaaaar.. cuiiit...

Kembang api semakin jelas terlihat ketika kami berada dipuncak bukit, indah. Dalam diam, aku memalingkan pandangan menatap wajah Sasuke yang sedang serius melihat kembang api, cahayanya berganti seiring waktu.

Aku baru menyadari sesuatu, bahwa ini adalah pesta akhir musim panas Matsuri, yang diselenggarakan akhir Agustus. Aku ingin mengingat ini, malam ini terlalu indah.

Hingga aku memikirkan musim panas akan berakhir, mengapa itu terasa menyakitkan. Sesak karena ini adalah malam yang berarti.

...

Karena lelah kami duduk dipinggir jalanan yang mulai sepi, dikejauhan aku mendengar sebuah nyanyian, itu adalah nyanyian kegembiraan. Dan tiba-tiba suasana diantara kami menjadi canggung. Aku sendiri tak tahu harus memulai pembicaraan seperti apa.

"Sakura.." panggil Sasuke lirih. Aku menoleh.

"Aku mencintaimu."

"..."

Emerald hijauku membulat, seketika terpaku dalam diam. Menatap onyx kelam itu tak percaya, tapi kemudian kurasakan pelupuk mataku menghangat. Aku menangis.

Menangis karena bahagia, dan entah mengapa juga terasa menyakitkan. Rasanya seperti tertusuk ribuan jarum yang tajam. Bukan kah seharusnya aku bahagia? Tapi mengapa rasanya begitu sesak. Sasuke..

Perlahan Sasuke mendekat, mendekap tubuhku dengan penuh kehangatan. Menghapus jejak sisa air mata. Aku tak mampu berucap. Aku tak bisa mengucapkan apapun. Rasanya bahagia bercampur sakit.

Tangan kekar itu beralih menelusup kesela kupingku, aku menenggak seakan mengerti. Juga memejamkan mata.

Cup~

Satu kecupan hangat terasa dibibirku, aku akan selalu mengingat ini. Sasuke..

.

.

Duaaar... duaaar cuuuuuiiiitt..

Suara berisik itu perlahan membawa kembali kesadaranku. Perlahan kubuka kelopak mataku. Gelap. Itulah yang kulihat, butuh waktu beberapa menit untuk menyadari bahwa aku sedang berada didalam kamarku. Tapi kemudian, cahaya kerlip kulihat menembus dari kaca jendela kamar. Juga suara berisik itu masih menggelegar. Serpihan mimpi itu masih teringat jelas dalam memoriku. Sasuke itu hanya mimpi?

Jam dinding menunjukan pukul 2:00 malam, tapi langit malam justru ramai dengan penuh cahaya kembang api. Sedikit kuregangkan tanganku dan mulai berjalan keluar kamar. Menatap cahaya itu dari balkon kamarku.

Membuatku teringat sesuatu, dan begitu terasa sangat amat menyakitkan. Bahwa semua yang kualami tadi hanyalah sebuah mimpi.

Sasuke..

Aku masih merindukannya, apakah kau rindu padaku?

Apakah kau begitu menyangi kakakmu sehingga kau harus membalaskan dendamnya dengan menghancurkan Konoha?

Mungkin membencimu akan lebih mudah jika aku memulainya dari awal. Tapi kini aku menanggung beban itu sendiri, membunuhmu adalah cara terbaik.

Fin~

NB :

budayakan komen dan like usai membaca :D hargai karya pencipta ^_^ see yaa.. in next fic.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Utakata Hanabi~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang