Dua minggu sebelum keberangkatan Andre ke Australia untuk acara puncak Tender Fremantle membuat semua yang terlibat di dalamnya ikut sibuk mempersiapkan segala hal yang Andre butuhkan selama kegiatan disana.
Hanum pun tak luput dari kesibukan itu, ia bahkan semakin jarang pulang tepat waktu, karena banyak hal yang diurusnya justru saat di sore hari, belum lagi meeting-meeting yang semakin sering diadakan di sore hari juga.
Sementara Andre mempersiapkan acara puncak itu justru dengan banyak meeting di luar kantor, bahkan belakangan ini dalam seminggu Andre hanya ada di ruangannya hanya satu atau dua hari, itupun tidak seharian.
Sesekali Hanum melihat ke arah ponselnya, berharap Andre memberi kabar tentang dirinya, beberapa hari ini ia tidak melihat Andre atau bahkan berpapasan dengannya. Ia ingin menghubungi Andre duluan tapi tidak tahu harus bicara apa.
"Guys hari ini meeting terakhir kita sama team Ale, tadi sih Ale minta kita kumpul jam 2 di lantai 9." Kata Bu Herna kepada timnya.
Pukul 14.00 Di Ruang Meeting "Jakarta"
"...Ya mungkin kurang lebih itu yang bisa saya sampaikan, saya berharap kerjasama yang baik ini akan terus berjalan baik dari tim bu Herna ke tim saya begitu pula sebaliknya, kita nggak pernah tau ya ada kesempatan apa di depan. Yang pasti saya mau mengucapkan terima kasih banyak selama beberapa bulan ini kedua tim sudah amat membantu dan memberikan performa terbaiknya..." Ucapan Andre terhenti karena tepuk tangan dan siulan dari semua yang ada di ruangan.
"Oke mungkin nanti kita akan adakan lunch bareng setelah saya pulang dari Australia ya, gimana Bu Herna?"
"Oh dengan senang hati dong bapak Ale, Jihan nih biasanya yang harus cari tempat." Bu Herna mengulurkan tangannya ke arah Jihan.
"86 pak bos bu bos hahahaha." Kata Jihan membuat orang lain semakin riuh.
"Kalau begitu saya mau terima kasih atas waktunya yang pasti banyak terganggu di kegiatan ini, dan maaf apabila ada kesalahan saya yang mungkin sengaja atau tidak disengaja, saya akhiri meeting ini, selamat siang assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh."
Semua yang hadir di ruangan itu beranjak keluar ruangan termasuk Hanum, sambil mengikuti langkah Dinda yang ada didepannya ia berusaha melihat ke arah Andre yang masih berbicara dengan Bu Herna dan tak melihat ke arahnya. Udahlah Num, dia tuh orang sibuk nggak kayak lo, jangan terlalu banyak nuntut deh. Batinnya.
Hanum kembali ke kursinya dan membuka komputernya, mengecek email-email yang belum ia balas namun rasanya ada kegelisahan dalam dirinya.
"Mba, punya camilan manis nggak?" Tanya Hanum pada Lani.
Lani membuka laci penyimpanan camilannya,"Ada nih, beng beng"
"Minta."
"Eh lo kenapa kok kayak bete gitu sih Num?"
"Nggak apa-apa, laper."
"Boong ah, lo kenapa, cerita doong." Lani mengamati Hanum yang memakan bengbeng pemberiannya sambil menatap monitor dengan raut kesal.
Drrt...ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.
"Kamu lagi sibuk nggak? Bisa pulang jam berapa?"
Hanum mengurungkan dirinya untuk memasukkan potongan bengbeng terakhir saat melihat pesan dari Andre.
Belum tau mas, kenapa?
"Mas mau ajak kamu pergi sebentar, setelah itu mas antar pulang."
Hanum berpikir sejenak, menimbang apakah ia bisa pulang di jam itu, kalaupun bisa apa yang harus ia jawab kalau ada yang tanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHED (On Going)
RomanceCerita hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, kejadian dan tempat maka itu adalah unsur ketidaksengajaan Hanum harus merasakan pahit ditinggalkan oleh suaminya dalam kecelakaan saat pergi bekerja. Bersama dengan anaknya Azka yang baru berum...