Jika saja boleh memilih, tentu saja Elleana lebih memilih semuanya kembali baik-baik saja. Saat dia dan laki-laki itu menggenggam hangat dalam simpul persahabatan. Tertawa menikmati pekatnya malam di teras belakang rumah, berbagi cerita seru tanpa ada rasa risih.Namun semua tak lagi sama. Ketika satu titik membuat keadaan berubah drastis. Fataya Adhiyaksa bukan lagi sahabat termanis yang diam-diam Elle cintai, sejak Taya memutuskan untuk melangkah serius dengan Lily. Taya yang dulu memperhatikannya, bersikap lembut padanya melebihi seorang kekasih. Taya yang selalu sabar dan memprioritaskan Elle. Taya yang selalu hadir dengan senyum termanisnya yang hanya untuk Elle.
Tetapi kini yang tersisa hanya Taya yang selalu bersikap dingin padanya. Tak peduli bahkan seakan tak menganggapnya ada. Taya kini menatapnya penuh kebencian. Hanya karena satu titik dimana orangtua Taya lebih memilih Elle menjadi menantunya daripada Lily, kekasih Taya sejak jaman kuliahnya -itu berarti sekitar lima tahun yang lalu- saat Taya mengenalkan Lily ke hadapan orangtuanya, dengan satu alasan bahwa hanya Elle yang bisa memahami dan menghadapi sikap dan sifat Taya yang tak bisa ditebak.
Apa yang diragukan dari seorang Lily? Wanita masa kini dengan karier yang cukup gemilang. Lekuk tubuhnya yang terpahat sempurna. Tak salah jika dulu Lily menjadi primadona SMA bahkan saat kuliah. Tidak ada citra buruk sedikitpun yang pernah Lily toreh sepanjang masa sekolah ataupun kuliahnya. Bahkan dalam dunia kerjapun. Lily sungguh sangat beruntung. Jabatannya kini menjadi sekretaris pribadi Taya, penerus tunggal Adhiyaksa Company.
Jauh berbeda dengan Elle yang hanya seorang admin di koperasi yang kerjanya selalu berhadapan dengan komputer. Elle juga cantik tapi tak bisa mengalahkan milik Lily. Lily dengan mudah mendapatkan apa yang Lily inginkan. Termasuk Taya, kecantikannya seperti sihir untuk Taya. Tak perlu berjuang keras, lelaki manapun akan terpesona padanya hanya dengan sekali menatap.
Lily dengan mudah membuat Taya jatuh padanya. Dan Lily pun dengan mudah membuat keadaan jauh berbeda. Kehadiran Lily membuat Taya membencinya.
Elle masih ingat jelas Taya datang padanya dengan kemurkaannya. Marah yang pertama kali Taya perlihatkan pada Elle dengan alasan yang tak Elle mengerti. Matanya berkilat penuh benci.
"Aku benci dengan seseorang yang pintar mencari muka. Apalagi itu hanya untuk mendapatkanku," ucap Taya sinis dengan tatapan merendahkan. Elle yang sedang membaca novel di beranda rumahnya hanya mengernyit.
"Sampai-sampai dia membuat orangtuaku tidak menyukai Lily," ucapnya lagi.
"Maksudmu?" Elle menatap Taya penuh tanya.
"Kamu, Ell!! Apa maksudmu? Kamu adalah sahabatku. Tidak lebih!! Apa maksudmu membuat orang tuaku membandingkan Lily yang kamu tau sendiri bagaimana sempurnanya dia?!! Kamu.. Bahkan kamu.." Taya mengatupkan rahangnya keras. Ia mengerang keras tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Apa maksud Taya? Elle bahkan tak pernah membicarakan Lily di depan orangtua Taya terlebih ibu Taya. Bahkan jika Ibu Taya bertanya tentang Lily, Elle selalu menjawab tidak tau. Taya kini menutup kedua telinganya atas penjelasan Elle. Bahkan Taya menuding Elle bahwa itu hanya pembelaan kosong. Taya meninggalkan Elle yang kini hanya bisa menangis dalam diam. Malamnya tak lagi indah, malamnya tak lagi penuh cerita dan harapan seru. Dan sejak saat itu Elle tak pernah tau lagi tentang Taya. Taya menghilang dengan hutang penjelasan.
Dua bulan kemudian, Elle mendengar kabar Taya kembali karena Ibu Taya jatuh sakit. Memikirkan Taya yang menghilang dengan kebenciannya pada Elle. Satu permintaan terakhir yang menambah kebencian Taya pada Elle.
Menikahlah dengannya, Taya. Ibu percaya Elle bisa memahamimu.
***
Menikahlah dengannya, Taya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Did That Hurt?
Short Storysebuah cerita pendek.. iseng2 aja sih bikinnya September 2015