Hari-hari sibuk berlalu di kantor, benar perkiraan Andre rasanya waktu 24 jam terasa tidak cukup untuk mengerjakan kebutuhan tender Fremantle, belum lagi harus beriringan dengan pekerjaan rutin yang harus dijalankan tiap hari.
Malam itu Hanum menatap ke arah langit yang sedang turun hujan di balkon atas rumahnya, wajahnya penuh dengan raut kecemasan dan matanya sudah membendung air mata yang siap terjun ke pipinya.
Pertahanannya runtuh, kini pipinya telah basah karena air mata yang tak henti bergantian jatuh.
"Hanum." Suara Bu Ratih terdengar dari belakang, membuat Hanum langsung menyeka wajahnya dan membalikkan badannya.
"Sudah Hanum, ibu paham kamu pasti khawatir, tapi kan Andre juga melakukan itu karena kewajibannya, itu juga untuk kalian."
Hanum kembali menangis, Bu Ratih hanya dapat mengelus pundak Hanum, ia paham bagaimanapun perkataannya pasti tidak mampu menenangkan seutuhnya kekhawatiran Hanum. Anaknya ini pernah kehilangan suaminya saat kecelakaan pergi bekerja, wajar jika Hanum sangat takut dengan perjalanan calon suaminya terlebih ke benua yang berbeda.
"Kalau saran ibu kan beberapa hari ini kamu nggak ketemu Andre gimana kalau kamu kerumahnya bawa Azka, ya siapa tahu dengan kamu melihat dia kamu bisa lebih siap, lebih tenang ndo'."
Hanum menoleh ke ibunya yang terus merangkul pundaknya namun tak mengucap satu kata pun, air matanya masih menetes satu per satu.
***
Siang itu stasiun tidak terlalu ramai orang, mungkin karena ini hari sabtu tidak banyak yang menggunakan transportasi kereta seperti para pekerja di hari biasa. Hanum dan Azka turun tangga menuju pintu keluar peron, setelah melakukan tap out di mesin pintu keluar kereta Azka berlari melihat sosok pria yang dikenalnya berdiri menunggunya. Andre.
"Oom..." Teriak Azka. Azka menubrukkan badannya ke perut Andre, tangan Andre menyambut Azka dan memeluknya.
"Enak naik kereta Azka?" Tanya Andre.
"Enak dong om."
"Padahal aku sama Azka bisa naik taksi mas." Hanum menghampiri keduanya.
"Kan ada mas, ngapain naik taksi. Yuk ke mobil." Andre menggandeng tangan Azka dan Hanum menyusul di belakang. Baru saja Hanum meneguhkan dirinya untuk tidak bersedih tapi pemandangan didepannya justru sudah membuatnya mulai membendung air mata.
Mobil Andre memasuki garasi rumah, ketiganya turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah.
"Ini rumah om?" Tanya Azka sambil mengamati sekitarnya.
"Nanti ini rumah Azka juga kok." Jawab Andre.
"Emang iya om?"
"Iya dong, tapi tanya munda dulu mau nggak tinggal disini." Kata Andre meledek.
Hanum hanya tersenyum kecil.
Andre yang tengah menggenggam tangan Azka menariknya berjalan menuju satu kamar yang berada di sebelah kanan ruang TV. Ia membuka pintu kamar itu. Didalamnya tampak satu kamar tidur berukuran single namun masih belum terdapat banyak barang.
"Nanti ini jadi kamar Azka." Andre menjelaskan.
"Beneran om?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHED (On Going)
RomanceCerita hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, kejadian dan tempat maka itu adalah unsur ketidaksengajaan Hanum harus merasakan pahit ditinggalkan oleh suaminya dalam kecelakaan saat pergi bekerja. Bersama dengan anaknya Azka yang baru berum...