Saat Taehyung menanyakan soal itu. Tzuyu hanya mampu membeku di tempatnya. Ia tahu sekali bahwa suaminya anti ditanyai begitu. Tzuyu sudah pernah mencoba, dari memberikan pilihan teringan sampai terberat yang akan sangat merugikannya jika sampai terjadi. Tapi, mertuanya memang benar, ia selalu berpikir begitu. Dua orang dewasa yang sama sibuknya tinggal dalam satu rumah yang mewah merupakan ide terburuk dalam waktu-waktu tertentu.
Terkadang jika Tzuyu off saja, ia memilih bermain ke rumah Tiffany, kakak iparnya atau ke rumah orangtuanya. Tzuyu jarang ke rumah mertuanya, dulu memang sering, tapi semenjak sering dinyinyirin begitu, Tzuyu jadi takut. Takut sakit hati kepada mertuanya dan menciptakan hubungan yang buruk dengan suaminya karena begitu besarnya tekanan. Diam-diam dia juga sering konsultasi ke temannya, mencari referensi pengobatan modern sampai tradisional. Dia tidak bilang pada Taehyung bahwa ia pergi berobat dan terapi, takut Taehyung sedih. Taehyung selalu mengerti bagaimana perasaan Tzuyu, jika sedih segala hal akan suaminya kerahkan agar istrinya itu bisa kembali bahagia.
Saat Tzuyu demam saja, Taehyung bisa mengambil cuti sesukanya, memeluk istrinya seharian agar panasnya pindah. Dia selalu takut jika Tzuyu sakit. Bahkan Taehyung selalu bilang, bahwa jika nanti mereka tua bersama, Taehyung ingin menjemput ajalnya duluan. Tak ingin dilaluinya barang seharipun tanpa sang istri. Taehyung juga selalu meminta persetujuan istrinya dalam menyangkut hal-hal kecil. Jika dia sangat suka tapi Tzuyu tidak setuju, dia akan tetap mendengarkan Tzuyu. Kalau kata orangtua zaman dulu, menikahlah dengan pria yang usianya jauhhhh lebih tua diatasmu. Karena dia tidak aka merawatmu seperti seorang wanita dewasa, ia akan memomong-mu layaknya anak perempuan yang paling ia kasihi. Dan mungkin saja itu ada benarnya, jika Tzuyu yang menjadi buktinya.
“Kak...”
“Tzuyu berhenti disitu! Kita sudah mengulangi ini berapa kali. Dan kau tahu jawabanku, sekali tidak ya TIDAK.” Taehyung berujar tegas, tangannya berkacak pinggang memandangi istrinya yang memainkan jemarinya.
“Aku tahu kakak sangat menyukai anak-anak. Dan aku... Aku tidak—kak, mau sampai kapan kita seperti ini?” saat Tzuyu mengangkat wajahnya, istrinya itu sudah menangis. Dan Taehyung tidak suka itu.
Jadi, didekatinya istrinya, Taehyung berjongkok didepan tubuh itu dan menggenggam lembut kedua tangan itu.
“Aku sudah bilang, kalau kau saja cukup. Apa lagi yang membuatmu seperti ini?”
“Pernikahan kita sudah berjalan 10 tahun kak, kakak pasti tidak sabar.”
“Tidak sabar apanya? 10 tahun, dan pernahkah kau dengar suamimu ini menginginkan yang lebih selain dirimu?” diciumnya kedua tangan Tzuyu lembut dan tidak melepas pandangan itu barang sedetikpun.
“Aku tidak akan menikah lagi dengan alasan apapun. Aku memang suka anak-anak, tapi tidak! Aku tidak mau membawa benalu untuk istriku. Aku sangat mencintaimu. Itu sudah cukup.” telunjuk Taehyung berjalan, menyapa lembut pipi istrinya dan menghapus air mata itu. Dia sangat menyayangi Tzuyu-nya ini. Sangat.
“Kita harus punya anak, kak.” karena aku tahu dari matamu kau merindukan yang seperti itu. Dan mama, mama juga menginginkan bagiannya.
“Iya, tapi hanya anak darimu. Sampai kapanpun aku akan menunggu, selama apapun. Selama-lamanya.”
Tzuyu menggeleng dengan air mata baru.
“Jangan membohongi apapun, kak.”
Taehyung terdiam. Tidak habis pikir.
“Aku bilang aku tidak mau, kenapa sulit sekali bagimu untuk mengerti, kalau aku tidak bersedia. Jadi, seandainya. Jika aku yang mandul, kau akan mencari lelaki lain agar bisa memiliki anak di rumah ini? Kau akan menyakiti aku?” Taehyung marah sekali malam itu. Dihempaskan tangan istrinya dan berdiri dengan nyalang.