see him in you [s.th x y.hb]

206 20 10
                                    

Tw // explicit dikit

Aduh, siapa, sih, yang enggak kenal sama Seong Taehoon? Cowok dengan tinggi 188 senti dan tubuh yang... atletis. Andalan Korea Selatan dalam bidang olahraga taekwondo, yang sering juga diagung-agungkan oleh kaum hawa itu benar-benar tinggal selangkah lagi menuju kata sempurna. Sayang sekali sikap kasar yang dimilikinya itu udah benar-benar enggak bisa tertolong lagi.

Tapi kaum hawa peduli apa? Asal tampan dan bisa melindungi, kebanyakan dari mereka mau-mau aja diperlakukan kasar.

Namun faktanya, kaum adam pun enggak jauh berbeda dengan kaum hawa. Yoo Hobin, contohnya. Udah beberapa kali diingatkan oleh temannya, Woo Jihyeok, tapi masih aja kolot. Setiap hari membelikan susu pisang (yang sebenarnya adalah sebuah kesalahan besar karena Taehoon merasa diremehkan, dianggap anak kecil. Namun nyatanya, susu pisang adalah salah satu minuman favoritnya), berusaha duduk di meja yang sama saat istirahat di kantin (yang selalu berujung dengan Taehoon yang enggak menghabiskan makanannya), sampai menawarkan pulang bersama.

Begitu banyak yang dilakukan Hobin, dari tindakan kecil sampai tindakan besar yang (sebenarnya) merepotkan. Tapi Hobin sama sekali enggak keberatan. Hingga akhirnya percobaan 'PDKT' dengan Taehoon selama setahun penuh itu membuahkan hasil. Orang yang terlihat seperti enggak punya hati itu bisa luluh dengan Yoo Hobin.

Perasaan Hobin? Senang bukan main. Dia betulan mengagumi sosok Seong Taehoon, baik sebagai atlet maupun sebagai seorang laki-laki.

Malam ini adalah kencan pertama mereka. Hobin sangat bersemangat. Sweater biru muda dengan celana jeans abu telah melekat apik di tubuhnya. Pengharum ruangan mendadak beralih fungsi menjadi parfum.

"Gimana, Bu, penampilanku? Ganteng, 'kan?" Hobin bertanya setelah melangkahkan kaki ke ruang depan.

"Anak Ibu ganteng banget. Tumben. Mau ke mana?"

Hobin terkekeh seraya menampakkan wajah sengaknya. "Mau kencan, Bu. Sama yang aku bilang kemarin itu, Taehoon. Hehe."

Yoo Jihyun berbinar menatap putranya. "Anak Ibu sudah besar... Sekarang sudah punya teman kencan. Hati-hati, Nak."

Entah sejak kapan Hobin telah berdiri di halte bus dekat rumahnya. Masih pukul enam tiga puluh, terlalu awal 30 menit dari jam yang mereka sepakati. Namun enggak lama menunggu, surai kecokelatan milik kekasihnya pun tampak dari kejauhan. Hobin sendiri enggak sadar sedang menarik kedua ujung bibirnya terlalu lebar sampai kelihatan seram.

Enggak ada yang spesial dari penampilan kekasihnya malam ini. Cuma hoodie abu-abu dan celana training hitam dipadu sneakers putih. Sebenarnya Hobin mau marah kalau dipikir kembali; kenapa malah datang seawal ini? Coba kalau Hobin datangnya tepat waktu, mungkin Taehoon bakal harus lama menunggu. Namun mengingat bahwa ini adalah Seong Taehoon yang itu, Hobin jadi mengurungkan niatnya. Dia mau kencan aja mungkin Hobin udah beruntung banget.

"Udah nunggu lama?" Taehoon mengusak rambut yang lebih pendek. Hobin menggeleng, "Baru 5 menit, malah. Padahal, 'kan, kita janjiannya jam 7 malam."

"Aku dateng cepet bukannya khawatir kamu nunggu terlalu lama, cuma sekalian mumpung udah di luar." Taehoon berdalih entah dari apa. Padahal Hobin juga enggak nanya. Tapi tetap, Hobin senang mendengarnya.

"Okaaay, sekarang kita ke mana dulu? Atau mau ketemu ibuku langsung? Kita nikah besok." Hobin berujar sumringah. Taehoon melotot, "Sembarangan! Mau main-main sama pernikahan kamu??!"

"Hehe, bercanda. Serius banget, deh. Nanti cepet tua, lho?" Kekeh Hobin. "Ah, di deket sini ada toko es krim. Sambil nunggu bus, kita makan dulu, gimana?"

Taehoon segera melangkahkan kakinya tanpa memerhatikan Hobin. "Ngapain bengong ngelihatin aku? Cepet kasih tahu jalannya, nanti keburu busnya dateng!"

Hobin tersenyum lagi dan berlari mengejar kekasih hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

buagh..! ¦ 싸움독학Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang