Sahabat Fisabilillah (eps. 6)

5 0 0
                                    

Di Taman

Farida: Sudah, Sher. La tahzan. Kalau memang kamu sama Deven jodoh, pasti kelak kalian akan di persatukan kok. Kamu harus sabar yah.

Sherly: Kamu harus tahu, Fa. Aku itu sudah suka sama Deven dari tiga tahun yang lalu. Saat itu, aku tidak sengaja melihat foto dia di instagram. Hati aku bergetar, aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Setiap hari, aku berdo'a agar bisa bertemu langsung dengan dia. Aku berdo'a, semoga dia yang menjadi imamku.

Farida: Iya, Sher. Tapi saat ini, kamu harus sabar, ikhlas atas takdir Allah.  Serahkan semuanya kepada Allah. Karena hanya kepada-Nya, kita menggantungkan harapan kita.

Sherly: Tapi, Fa. Aku tidak bisa!

Reyna: Lo harus bisa! (Farida dan Sherly secara bersamaan, menengok ke arah samping)

Reyna: Lo harus bisa merelakan Deven, Sher! Bagaimanapun caranya! Karena dia sudah nggak sopan berbicara sama lo. Dia berani bentak-bentak lo. Dia bukan imam terbaik buat lo, Sher! (Sherly berdiri)

Sherly: Cukup, Re! Ini semua terjadi, karena kamu. Gara-gara kamu, Devan marah. Gara-gara kamu, aku...

Reyna: Oke, oke, Sher. Gue tahu, gue salah. Nggak seharusnya gue nampar dia. Tapi apa yang gue lakukan, karena gue itu...

Sherly: Peduli? Peduli apa yang kamu maksud, Re? Apa dengan mengatur aku? Seolah-olah kamu tahu, apa yang terbaik buat aku. Iya, Re? (Reyna diam)

Sherly: Re, hidup itu pilihan, dan pilihanku adalah mencintai Deven, menginginkannya untuk menjadi imam.

Reyna: Tapi, Sher...

Sherly: Mulai detik ini, berhenti mencampuri kehidupan aku, Re! Aku tidak mau mendengar kamu melarang-larang aku lagi! Sudah cukup, sampai di sini!

Farida: Astaghfirullah, Sher... Jangan bicara seperti itu. Aku tidak mau persahabatan kita hancur. Kita sudah sepakat kan, ingin menjadi sahabat fisabilillah? Kita bertiga sudah sama-sama berjanji, akan saling merangkul satu sama lain. Iya kan, Sher...?

Sherly pergi, meninggalkan Farida yang  meneteskan air mata. Sementara Reyna, dia menundukkan kepala, mencoba untuk muhasabah diri dengan di iringi berjalan lurus.

Di Kelas

Azam: Ven, saya harap, kamu bisa memikirkan ulang tentang kepindahan kamu dari sini.

Gilang: Benar, itu, Ven! Gue sependapat sama Azam. Lo nggak bisa main pindah-pindah saja, sementara di sini, ada masalah yang belum terselesaikan karena ulah lo.

Deven: Terus, maksud kalian, gue harus gimana? (Azam dan Gilang saling memandang satu sama lain)

Deven: Asli, gue itu nggak paham sama masalah ini. Sebenarnya, apa sih masalahnya? Kok gue merasa jadi laki-laki yang jahat banget gitu.

Gilang: Gini, yah, Ven. Gue jelasin! (Deven mengangguk pelan)

Tring

Deven: Eh, bentar, Lang! Ada yang dm gue di instagram. (Gilang bergumam, mengiyakan)

puteri_basket
Assalamualaikum. Bisa ketemu gue di lapangan basket, sekarang?

pangeran.basket
Wa'alaikumussalam. Oke, gue ke sana. Sekarang!

Deven: Lang, gue ada urusan. Next time, kita cari waktu yang tepat yah. Gue pergi dulu.

Gilang: Ya sudah, sana! Gue juga mau pergi. Baru ingat, ada latihan band. Duluan yah, Zam! (Azam memperlihatkan kedua ibu jarinya)

Deven: Sama, Zam. Gue juga duluan. Bye...

Azam: Hati-hati. Jangan sampai buat ulah lagi.

Deven: Iya, Pak Ustadz Azam...

Short Stories Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang