1. Ghandy Manggala

2.6K 147 2
                                    

"IBUUUUUUUUUU!"

Teriakan nyaring itu menggema di sebagian rumah saat seorang remaja laki-laki berlari masuk setelah melepas sepatunya. Seragam biru-putih yang dikenakan sudah terlihat berantakan. Lantas sebelum menemui sang ibu yang sibuk di dapur, dia menatap diri pada pantulan cermin. Merapikan seragamnya secepat mungkin dan berlalu menuju dapur.

"Kalau masuk salam dulu, Mas. Jangan teriak-teriak, kedengeran sampai tetangga nanti nggak enak."

Seorang wanita yang baru saja melepas celemek, menyambut kedatangan putra tunggalnya. Dia merentangkan tangan sembari melebarkan senyumnya. Menarik sang putra ke dalam pelukan hangat setelah mengecup keningnya.

"Assalamualaikum, Ibu."

Tidak mau kalah, putranya melakukan hal serupa. Mencium lebih banyak, di bagian pipi dan kedua punggung tangan Ibu. Namanya Ghandy Manggala, remaja  laki-laki yang terlihat begitu lelah sebab setengah hari dihabiskan waktunya di sekolah.

Ibu memaklumi. Mencium kening Ghandy sekali lagi, "Waalaikumsalam. Mandi dulu, abis itu salat asar. Ibu bikinin kue."

"SIAP!" Ghandy memberi tanda hormat, tertawa lucu sebelum berlalu menuju kamarnya yang berada di sebelah ruang keluarga.

Rumah mereka sederhana. Hanya berlantai satu, tetapi cukup luas untuk diisi tiga orang. Terlebih di belakang rumah, terdapat dua kolam ikan peliharaan Ayah. Taman kecil dengan satu ayunan yang dibuat sudah cukup lama, beberapa tahun lalu saat Ghandy merengek pada ibunya.

Memasuki kamar, bukannya langsung mengikuti perkataan ibunya, Ghandy justru merebahkan tubuh di kasur. Berguling-guling, mencari tempat ternyaman untuk mengurangi sejenak rasa lelahnya. Berinteraksi dengan banyak orang di sekolah membuat energinya terkuras habis.

Ghandy memilih melepas kaos kaki, dasi, dan sabuknya lebih dulu. Mengeluarkan semua buku mata pelajaran hari ini dari dalam tas dan mempersiapkan mata pelajaran esok hari. Tugasnya terlampau banyak, sampai-sampai beberapa saat dia habiskan waktu untuk melamun. Memikirkan setelah mengaji nanti, apa dulu yang harus dikerjakan.

"AAAAAAA IBUUUUU!"

Remaja itu kembali berlari mencari Dewi-ibunya. Memeluk dari belakang saat menemukan Ibu hendak mengambil sesuatu dari rak bagian atas di dapur. Ghandy menggesek-gesekkan wajahnya di punggung Ibu.

"Heh! Disuruh mandi juga malah ke sini, mandi! Abis itu salat, terus siap-siap ngaji! Nggak ada alasan lagi, kemarin udah nggak berangkat kan?"

Ibu memutar tubuhnya, menatap wajah Ghandy yang terlihat memelas. Dia tidak luluh sama sekali, sudah terbiasa dengan akal bulus Ghandy untuk bermanja-manja dengannya. Padahal anaknya ini laki-laki, tapi masih saja sering bergelendotan padanya.

"Kalau temen-temen kamu tahu, kamu kayak gini, apa nggak malu? Udah SMP, masih aja ngerengek sama Ibu," ujarnya menangkup wajah Ghandy, membuat pipi tembam anak itu terlihat sangat lucu. Lucu sekali sampai-sampai membuat Ibu mengecup hidungnya sekilas.

"Nah kan bau asem, mandi sana! Jangan susah dong Mas kalau disuruh Ibu, sedih Ibu kalau kamu bandel."

"Ibu nggak boleh sedih," ujar Ghandy pelan sembari mengerjap lucu. "Aku mandi sekarang! Dadah Ibu!"

Remaja itu segera berlalu seraya melambaikan tangannya. Padahal dia hanya ke kamar untuk mengambil baju yang sudah disiapkan di kasur oleh ibunya, lantas keluar lagi karena kamar mandi berada di sebelah dapur.

***

"Sen!"

Ghandy berlari menyusul seorang remaja lain yang sudah lebih dulu keluar mushola, menyamai langkahnya agar mereka berdua berdampingan. Sepulang mengaji, mereka memang selalu menunggu waktu Maghrib terlebih dahulu, mengikuti salat berjamaah sebelum pulang.

Cerita Rumah dan Penghuninya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang