The Moment Ica Hoerunisa

121 12 3
                                    

05 Mei 2015

"Besok," ucapnya seraya menghembuskan nafas sedih ketika dia tak sengaja melihat tanggal 6 terpampang dikalender ponselnya. Tak menyangka hari itu akan datang begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia melewati hari itu. Hari dimana dia ah, bahkan hanya untuk mengingatnya pun itu membuat dadanya sakit.

"Ica! Ngapain sih diem aja? shalat duha yuuk"

Ica hanya menggeleng menjawab pertanyaan dari Adinda. Dia memang sedang tidak shalat, makanya tadi ketika istirahat tiba dia hanya terdiam. Iseng membuka ponsel dan berujung dengan dadanya yang nyeri.

Tidak. Dia tidak membenci hari itu. Hanya saja dia merasa bahwa besok tak akan dilaluinya dengan mudah. Ya, tak akan mudah seperti tahun lalu.

***

"Kenapa murung sih? Ngga sabar nunggu besok ya? Ngapain coba nunggu besok, mau cepet-cepet tua?"

Lagi. Ica hanya terdiam mendengar ocehan Shanggita. Dia malas jika ada orang yang membahas besok. Sungguh, tak bisakah satu orang pun mengerti apa yang dia rasakan? Besok? Mungkin itu adalah hari yang akan Ica tunggu di tahun-tahun kemarin. Tapi sekarang, rasanya ia sangat ingin tertidur nyenyak dan bangun di hari lusa, skip saja hari besok.

"Kenapa sih? Ko jadi aneh gitu?"

Malas. Ica sangat malas membahas ini. Dan dengan langkah gontai dia pergi meninggalkan teman-temannya tanpa mengacuhkan satu pun pertanyaan dari mereka.

***

Tik Tak Tik Tuk

"Aish," ica berdecak kesal. Dia kesal kenapa saat ia ingin sekali tertidur nyenyak matanya tak mau berkompromi. Ini bahkan sudah beberapa menit lagi hari itu akan tiba. Dia tak tahu harus bagaimana mengahadapi hari itu. Senangkah atau sedihkah? Tertawa atau menangis? Sungguh dia benar-benar bingung harus bersikap apa.

Ting

Ting

Ting

Dia menatap ponselnya yang ramai bersuara. Ah, ternyata hari itu telah tiba. Hari kelahirannya. 06 mei 2015. Dia mengecek siapa saja yang mengirimkan pesan baik itu lewat sms, bbm maupun jejaring sosial. Kebanyakan dari teman-temannya, mantan pacar maupun saudara.

"Baik, semua dari teman dan saudaraku. Ya hanya dari teman dan saudaraku. Benar Ica, semuanya dari temanku. Ya, tidak ada dari orang itu. Jadi apa yang aku harapkan. Tiduuuur!"

Batinnya berteriak frustasi. Rasanya ia ingin berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Ini yang ia takut dan khawatirkan. Ketika hari ini datang bukanlah kebahagian yang dia peroleh, tapi semua kenangan dari orang itu. Orang yang mungkin bahkan tak ingat bahwa hari ini bukan hanya hari lahirnya tapi hari dimana mereka membuat sebuah janji.

***

Rasanya seharian ini dia capek. Tersenyum dan tersenyum. Tersenyum yang dipaksakan hanya untuk membuat orang-orang berpikir bahwa dia sedang bahagia. Mungkin orang akan bahagia jika hari kelahirannya datang, tapi hari ini dia tak merasa seperti itu.

Padahal malam ini seharusnya ia berkutat dengan setumpuk tugas sekolah, tapi rasanya ia ingin rehat sejenak dan menenangkan pikiran rumitnya.

"Kamu tahu? Tak ada gunanya kamu memikirkan seseorang yang telah melepaskanmu."

Ica mendongkak ketika ia mendengar sebuah suara rendah yang ia yakin berasal dari sebelahnya. Dan apa yang ia lihat, orang yang baru saja berbicara padanya tak pernah sekalipun Ica lihat. mungkin pernah tapi Ica lupa, atau mungkin memang tidak pernah? Entahlah, tapi yang pasti dia tak mengenal orang itu.

"Apa yang kamu harapkan dari seseorang yang telah melepaskanmu? Berharap jika dia kembali padamu lagi? Jangan berharap terlalu banyak. Meskipun suatu saat nanti dia kembali padamu, aku yakin dia akan kembali meninggalkanmu."

Meskipun ucapan orang itu sedikit menyebalkan, tapi Ica hanya diam. Dia berusaha mengabaikan karena merasa orang itu tak perlu ditanggapi. Yah, meskipun Ica harus akui kalau orang aneh yang tiba-tiba muncul dan berbicara padanya itu termasuk kategori cogan. Matanya tajam, hidungnya mancung, bibirnya mungil dan tipis, badan nya tinggi dan atletis.

"Orang yang serius mencintaimu tak akan mengajakmu menjalin hubungan denganmu sebelum dia menjadi orang yang sukses. Jadi lupakan semua laki-laki yang hanya berkata cinta sesat saja. Tunggulah laki-laki sejati yang akan langsung meminangmu dan meminta restu kedua orangtuamu."

Ica bernyengit mendengar ucapan laki-laki aneh itu. Dia tak habis pikir dengan semua ucapan yang terlontar dari bibir tipisnya itu.

"Memangnya kamu siapa berani berbicara seperti itu? Aku bahkan sama sekali tak mengenalmu," ucap Ica dengan nada sinis.

"Aku adalah orang yang akan meminangmu dihadapan orangtuamu dan dimana hari itu adalah hari ulangtahunmu."

*******

Pret preeeeeet selamat ulang tahun icaaaaaaa :D ini spesial untuk kamu yang lagi nambah umur dan akan semakin tua :v tuh aku kodoin buat kamu cowo yang bakal meminangmu dihadapan orangtuamu *tsaaah :D maaf binggow ceritanya gaje, buatnya ngebut brooooooh :D

Story of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang