"Oke Le, thank you updatenya selama disana ya, have a good day."
"Oke mba makasi ya...bye guys." Sosok Andre muncul di layar besar ruangan Bu Herna, ia menggunakan kemeja hitam dan dalam posisi duduk rapi baru saja selesai memberikan detail kegiatannya selama di Australia.
Hanum yang juga ikut menyaksikan conference call itu lega melihat Andre setelah seminggu kepergiannya ke Australia, karena selama ini keduanya hanya berkomunikasi lewat pesan.
"Nah tadi sesuai permintaan Andre aku minta Nin kamu bikin data quotation dan Hanum tolong aku dikirimin data-data legalisasi perusahan yang waktu itu kamu udah susun ya."
Nina dan Hanum mengiyakan perintah dari Bu Herna. Setelah selesai semua yang ada di ruangan satu per satu keluar menuju kursi masing-masing, termasuk Hanum.
"Gila ya makin kece aja Pak Ale." Kata Jihan yang bukannya kembali ke kursinya malah menghampiri meja Nina.
"Iya, orang kayak gitu masih aja sendiri, bingung gue." Lani mulai ikut pembicaraan tentang Andre, dan entah sejak kapan Jihan, Nina, Lani, dan Dinda tiba-tiba berkerumun di meja Lani.
"Asli makin minder sih gue sama Pak Ale, bagaikan beda dunia gue sama dia kalo disandingin." Kata Jihan.
"Siapa juga yang mau nyandingin lo sama Pak Ale Han hahahaha." Cetus Nina membuat yang lain tertawa bahkan Puri yang duduk di hadapan Hanum
"Anjir Kak Nina!" Kata Jihan marah tapi sambil tertawa.
Hanum menatap komputernya sama sekali tak menggubris apa yang dibicarakan mereka, walaupun bukan berarti ia tidak menyimak, apalagi mereka berbincang di meja Lani yang berada persis di sebelahnya.
"Gila ya standar Pak Ale kayak gimana pengen tau gue." Dinda memicingkan mata berpose layaknya sedang berpikir.
"Iya dengan semua yang dia punya, yang sosialita kan udah kelar nih nggak jadi ya kan hahaha, yang gimana coba." Sambung Jihan. "Lebih suka gadis apa janda yekaaan hahaha"
Hanum menggerakkan matanya ke arah yang tak tentu, rasanya amat tidak nyaman mendengarkan pembicaraan mengenai calon suaminya ini, lalu ia berdiri dan berjalan keluar ruangan.
Di toilet Hanum tengah mencuci mukanya, lalu mengangkat kepala melihat wajahnya di cermin dan menghela nafas berat. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan membuka histori chatnya dengan Andre.
***
Hanum membuka pagar rumah Andre yang tidak terkunci, itu berarti ada orang didalam kemungkinan Bi Wati.
Hanum mengetuk pintu, "Assalamualaikum. "
Ceklek. "Waalaikumussalam, eeh Mba Hanum...masuk mba."
Hanum masuk ke dalam rumah disusul Bi Wati yang menutup pintu terlebih dahulu.
"Belum pulang bi?" Tanya Hanum.
"Belum mba, tadi habis beresin sprei dulu. Ayo mba ke dalam." Keduanya memasuki ruang tengah, "Baru pulang kerja ya mba, mau bibi siapin apa?"
"Iya bi, ah nggak usah bi." Kata Hanum.
"Eeh pasti mba capek, sebentar bibi ambilin minum." Bi Wati bergegas menuju dapur, sementara Hanum yang masih berdiri memperhatikan seisi ruangan, lalu ia masuk ke kamar Andre yang berada didepannya dalam keadaan terbuka.
Setelah melihat sekeliling kamar dan kamar mandi didalamnya Hanum membuka lemari pakaian Andre. Ia dapat mencium aroma Andre disana, lalu ia menyentuh baju-baju Andre yang tergantung rapi. Lama sekali rasanya semenjak terakhir kali Hanum menyentuh pakaian laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHED (On Going)
RomanceCerita hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, kejadian dan tempat maka itu adalah unsur ketidaksengajaan Hanum harus merasakan pahit ditinggalkan oleh suaminya dalam kecelakaan saat pergi bekerja. Bersama dengan anaknya Azka yang baru berum...