JIKA Ivan merasa tak bisa sepenuhnya memiliki tubuh dan jiwanya, mungkin ada sedikit benarnya. Sejak kecil kedua orangtuanya memperlakukan dia seperti sebuah alat. Rutinitasnya diatur dari mulai bangun tidur hingga terlelap lagi. Mulai dari sekolah, bertemu dengan banyak guru dari bimbingan belajar, latihan berkuda, menembak, dan berbagai kegiatan padat lainnya sampai basic skill memasak pun ia jalani atas perintah Mama. Semuanya itu di lakukan demi terbentuknya sosok penerus perusahaan yang sempurna tanpa cacat.
Mungkin ini terdengar seperti sebagaimana upaya terbaik orang tua mempersiapkan masa depan anaknya. Tapi bagi Ivan, yang ia jalani bagaikan penjara. Jika kelihatannya ia sudah berkelana ke berbagai belahan dunia mengikuti pekerjaan Papanya, sebenarnya ia tidak jauh beda seperti burung dalam sangkar yang dibawa kemana-mana oleh tuannya. Sebab Ivan tidak dibebaskan melangkah menghendaki pemikiran dan maunya. Semuanya serba soal peraturan perusahaan dan tahta yang akan ia pegang nanti.
Dalam urusan wanita pun tidak lepas dari tabel sederet gadis muda dari keluarga kaya yang sudah di siapkan Mamanya. Tapi sayangnya Ivan tidak terlalu tertarik, mungkin hanya satu atau dua gadis saja yang bisa mendekatinya. Selebihnya Ivan lebih memilih menyibukkan diri kembali ke pekerjaan yang menumpuk. Karena menurutnya itu lebih baik dari pada berurusan dengan banyak wanita yang malahan nanti akan mencederai citranya.
"Kamu bisa pergi kalau ngerasa udah capek sama aku."
Selalu kalimat itu yang jadi adalannya ketika sudah mulai muak dengan kelakuan gadis yang ia hadapi. Yang selalu menuntutnya ada, menuntut hubungannya menyeruak ke publik demi sebuah validasi semata. Gadis-gadis itu pun mundur teratur, bukan tanpa alasan. Toh mereka juga tidak kalah banyak memiliki pria cadangan. Meskipun tidak seflamboyan dan semisterius Ivan.
Lain halnya dengan Nirmala. Ia selalu kembali dan selalu memaklumi sikap Ivan yang sering berubah-ubah. Dia lah gadis pertama dari kalangan biasa-biasa saja yang berhasil masuk dalam kehidupan seorang Ivan Kaliandra Ryder.
Dulu sewaktu Ivan remaja, ia diperintahkan Papa untuk rutin menyumbangkan tenaganya di sebuah Panti Asuhan naungan Ryder Group. Di sana ia bertemu Mala. Saat dirasa memiliki obrolan sefrekuensi, akhirnya keduanya dekat. Ivan sangat menyukai kesederhanaan yang Mala miliki, gadis sebatang kara itu memiliki tekad yang kuat demi mengubah jalan hidupnya yang gelap. Tekadnya itu nyatanya berhasil membuat Mala menjadi murid berprestasi di sekolahnya. Tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga non akademik.
Karena sederet kemampuannya itu, suatu hari Ivan berjanji akan terus mendukung mimpi Mala untuk menjadi seorang model profesional dan berkuliah sebagai mahasiswi fashion design.
"Papa setuju buat biayain semua keperluan kamu La. Mimpi kamu sekarang ada di tangan kamu, ayo bangun, kita sama-sama bikin itu jadi nyata." ujar Ivan kala itu, "So, udah ya, nggak ada yang perlu kamu khawatirin lagi."
Sebuah berita bahagia dikala masa-masa kelulusan SMA nya saja Mala tidak tahu nanti harus melanjutkan hidup dengan cara apa. Sebab saat itu ia hanya menerima pekerjaan paruh waktu dari distro dan butik lokal yang meminta jasanya menjadi model katalog dan iklan. Yang mana bayarannya tidak seberapa. Jangankan untuk membayar kuliah, untuk kebutuhan dia sehari-hari saja Mala harus mati-matian berhemat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romance🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...