بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Baik meminta maaf ataupun memaafkan. Keduanya merupakan akhlak mulia, yang nyatanya sama-sama mampu mengundang cinta dari Sang Maha Kuasa.-Humaira Khanza-
"Yang sebelah sini rumputnya udah dicabutin semua, ya, Dir?"
"Alhamdulillah udah, Kak Zai."
"Kalo gitu aku bantuin buang ya."
"Ok, Kak Zai. Makasih ya."
"Hm."
Zainab mengangkat keranjang sampah yang sebelumnya sudah diisi rumput-rumput. Untuk dikumpulkan di lahan kosong dekat masjid, lalu disatukan dengan sampah-sampah lain yang nantinya akan dibakar setelah agak kering.
Namun, saat berbalik. Nyaris keranjang yang ada di tangannya terjatuh seandainya tidak Ia pegang dengan erat. Degup jantung yang semula berpacu dengan normalpun kini berdegup lebih cepat saat dirinya berhadapan dengan seseorang yang ingin sekali Ia hindari saat ini.
"K-kak Aira?"
"Assalamu'alaikum, Zainab."
"Wa'alaikumussalam, Kak."
Zainab langsung menunduk. Lututnya terasa lemas padahal sebelumnya sangat bertenaga. Gadis itu tak menyangka akan bertemu dengan Aira saat ini. Padahal saat kedatangannya pertama kali ke sana, tidak tertangkap sedikitpun bayangan Aira di sekitar masjid.
Maka dari itu, Ia memberanikan diri untuk mendekat. Bergabung dengan anak-anak lain untuk membersihkan tempat ibadah umat muslim, dengan niat melepas rindu setelah hampir satu minggu tidak menginjakkan kaki ke sana.
Bukan karena tak ingin. Melainkan izin mengaji yang tak lagi Ia dapatkan dari orang tua yang sudah terprovokasi ucapan Windi. Membuatnya harus merelakan keinginan memperdalam ilmu agama dengan menghentikan rutinitas mengajinya setiap maghrib.
Belum lagi, apa yang sempat Kakaknya lakukan terhadap Aira, membuat Zainab terlalu segan bertemu dengannya karena malu.
Zainab tidak ingin dengan menampakkan diri di depan Aira, mampu menjadi celah bagi luka yang sempat ditorehkan oleh Kakaknya, kembali Aira ingat.
Maka dari itu Ia memilih menjauh. Namun, Qadarullah mereka justru kembali dipertemukan di sebaik-baiknya tempat. Di mana keduanya pertama kali bertemu, yakni di masjid ini.
"Alhamdulillah kamu datang ke sini, Zainab. Kebetulan Kakak lagi perlu bantuan. Kamu bisa bantuin Kakak bersihin kotoran yang ada di belakang masjid?" tanya Aira menatap Zainab yang masih bergeming.
Meskipun kecanggungan masih mendominasi, Zainab memilih mengangguk. "Bisa, Kak. Sebentar, aku mau buang rumput ini dulu."
Aira mempersilahkan. Setelah memastikan keranjang yang semula penuh kini sudah kosong, Zainab mulai mengikuti langkah Aira yang hendak membawanya ke belakang masjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Humaira ✓
Novela JuvenilMenilai masa depan seseorang berlandaskan masa lalunya adalah suatu kekeliruan. Karena Umar Bin Khattab yang dahulu sangat membenci islam bahkan hendak membunuh Rasulullah pun kini terbaring di sampingnya. Hal tersebut terjadi karena hidayah Allah...