"Iww murah!" Sinis seorang siswi yang tengah duduk di koridor saat melihat Elina berjalan di antara anak Teleios hendak melewatinya.
Elina yang tau kalimat itu ditunjukkam untuknya sontak menghentikan langkah tepat di depan cewe tadi. Sepertinya murid baru yang tak tau banyak tentang Teleios.
Elina memandang cewe tadi dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan julid.
"Kenapa? Ga terima?" Tantang cewe yang diketahui Elina bernama Anya setelah melihat name tag nya.
Elina menaikan sebelah halis nya mendengar ucapan Anya.
"Emang bener kan lo tuh murah! Udah berapa kali lo digilir mereka biar bisa deket sama mereka?" Pertanyaan itu tentu saja memancing amarah anak anak Teleios yang sedari tadi memperhatikan. Tapi mereka tahan karna mereka yakin Elina bisa menghadapi Anya dengan caranya sendiri.
"Oh gue tau! Lo pasti pake pelet ya, makannya bisa deket sama mereka" lanjutnya tak merasa takut ditatap tajam oleh semua anak Teleios.
"Kalo iya kenapa?" Tantang Elina.
Anya membuka mulutnya hendak membalas tapi perkataan Leo lebih dulu menyelanya.
"Sing tenang, sing tenang" lerai Leo lalu menatap Elina lekat.
"El, jujur ayeuna keneh! Demi apa lo pelet kita?" Tanya Leo dramatis berhasil mengundang atensi anak anak Nusantara yang tengah berada di koridor jadi meperhatikan mereka.
Anya tersenyum sinis "Ketauan kan busuknya. Ewww"
Leo memegang kedua bahu Elina agar tubuh Elina menghadap dirinya.
"Kita temenan udah dari orok El! Berarti selama itu juga lo kasih kita pelet!" Tanya nya dramatis.
"Ga nyangka gue El"
"Tau, parah banget lo El!" Sahut Anya memanasi. Ia merasa menang melihat respon Leo.
Tak tau saja apa yang akan terjadi setelahnya.
"Kasih tau El! Kasih tau dukun mana yang bisa bikin pelet buat narik perhatian cowo setampan gue!"
"Rahasia Le! Kalo gue sebutin nanti ada yang diem diem ikutan pake!" Jawab Elina seraya melirik Anya dengan ekor matanya.
"Ya ampun El. Segitu pengen deketnya lo sama manusia setampan gue?"
"Gue lebih pengen deket sama duitnya sih daripada sama orangnya"
"Ihh.. jangan jangan simpenan om om juga tuh" ujar Anya dengan ekspresi jijik.
Jawaban Elina membuat Leo menutup mulutnya dramatis.
"El, tatap mata gue El! TATAP MATA GUE!" Leo semakin dramatis dengan mengguncang guncang bahu Elina cukup kencang.
Elina menggelengkan kepalanya pelan guna menghilangkan rasa pusing efek guncangan Leo.
"Lo bikin pala gue puyeng singa!" Protes Elina sebal menepis tangan Leo di bahunya.
Leo kembali memegang bahu Elina, tak memperdulikan protesan cewe itu "tatap mata gue El!" Ulangnya mendesak.
Juan dan Andra lantas maju, berdiri rapat mengapit Elina dengan tubuh agak condong ke arah Leo menatap cowo itu dengan mata memicing.
Dahi Leo mengernyit "Ngapain lo berdua?"
"Mau ikutan liat mata lo. Ada apaan si?" Tanya Juan penasaran.
"El, tatap mata gue El!" Ulang Leo sekali lagi tak menggubris Juan dan Andra yang masih menatapnya.
Elina mendelik tapi tetap mengikuti kemauan cowo itu juga. Menatap matanya dengan tatapan bertanya.
"Ada beleknya ga?" Tanya Leo polos mendapat dua toyoran di kepalanya dari Juan dan Andra sekaligus.
"Yeuuu, gue kira apaan anjir!"
Elina menghela nafas lelah "Kalo gue beneran pake pelet kayanya sekarang gue nyesel senyesel nyeselnya melet kalian"
"Kenapa gitu?" Heran Leo.
"Deket sama kalian ga ada untungnya! Bikin stres yang ada" gerutu Elina kesal.
Leo tertawa mendengar jawaban Elina "Pinter lo El! Bangga banget gue sama lo" Leo menepuk nepuk bahu Elina dengan sebelah tangan lainnya mengusap bawah mata seolah ada air mata haru mengalir disana.
Anya mendelik mendengar penuturan Leo. Apa apaan? Padahal respon Leo di awal seperti mempercayai ucapan nya. Ia merasa dipermainkan. Ia memandang sekitar, terlihat para murid yang memperhatikan mereka seperti menahan tawa membuat Anya semakin ingin meledak. Tapi sepertinya ini bukan saatnya jadi ia memutuskan untuk pergi dengan kaki di hentak hentakkan kesal.
Sedangkan anak Teleios yang lain mandang Leo dan Elina dengan senyum puas. Kebiasaan mereka yang senang membuat orang lain darah tinggi memang sangat diperlukan untuk mengusir orang orang macam Anya tanpa menggunakan kekerasan.
Setelah kepergian Anya murid lain juga sontak membubarkan diri karna merasa tontonan mereka telah selesai.
"Tapi, lo beneran pake pelet El?" Tanya Leo dengan ekspresi serius.
Elina menatap Leo julid "gue bisa membunuh tanpa menyentuh loh Le"
Jawaban Elina membuat Leo menyengir lebar "ampun ndoro" katanya dengan kedua tangan ditangkupkan di depan kening dan tubuh yang sedikit di bungkukkan.
*****
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
TELEIOS (END)
Fiksi RemajaSUDAH END!! Bagi warga SMA Nusantara, teleios itu merupakan kumpulan manusia tampan yang sempurna. Tapi bagi Elina, teleios itu tak lebih dari kumpulan manusia manusia abnormal yang kelakuannya bikin geleng geleng kepala. Elina ini sebenarnya gadis...